Tingkatkan Produksi, KKP Investasi Perikanan Budidaya sebesar Rp 260 Miliar

:


Oleh Baheramsyah, Selasa, 8 November 2016 | 07:52 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 1K


Jakarta, InfoPublik - Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) bakal menggelontorkan anggaran sebesar Rp 260 miliar untuk revitalisasi keramba jaring apung (KJA) dan tambak. Anggaran ini dialokasikan untuk meningkatkan produksi perikanan budidaya.

Direktur Jenderal Perikanan Budidaya Slamet Soebjakto mengatakan, revitalisasi ini dilakukan dalam rangka memperbaiki kondisi keramba ikan & tambak guna meningkatkan produksi budidaya perikanan.

Dia menjelaskan, pihaknya menargetkan produksi budidaya perikanan mencapai 22,46 juta ton pada 2017. Dari angka tersebut, budidaya rumput laut diprediksi masih memberikan kontribusi paling besar yaitu sekitar 13 juta ton.

"Target produksi budidaya di 2017 sekitar 22 juta ton, itu total. Rumput laut 13,4 juta ton ," tutur dia di kantor KKP, Jakarta, Senin (7/11).

Slamet menyatakan, pihaknya bakal melakukan revitalisasi pada 300 hektar tambak dan 250 paket keramba KJA.

Untuk revitalisasi tambak, bakal dialokasikan anggaran sebesar Rp 210 miliar, sedangkan untuk KJA sebesar Rp 50 miliar.

"Kalau untuk revitalisasi KJA itu sekitar Rp 50 miliar dan Kalau untuk tambak itu ada revitalisasi total lahannya sekitar 300 hektare, kira-kira Rp 210 miliarlah," kata dia.

Selain revitalisasi fasilitas secara fisik, lanjut Slamet, pihaknya juga melakukan penyuluhan pola fikir bagi para pembudidaya ikan dan rumput laut. Salah satunya terkait dengan pemanfaatan bibit di keramba.

Mindset pembudidaya juga harus diubah, sebab biasanya mereka itu menggunakan (bibit) itu terus, panen diambil bibitnya dan sisanya dijual. “Nah nanti itu tidak, dari hasil budidaya yang dibudidayakan itu 100 persen mesti dijual, bibit didatangkan dari kebon bibit yang baru lagi," jelas dia.

Terkait hal ini, Slamet menyatakan telah mengirim para petugas penyuluhan ke wilayah budidaya perikanan. Dengan demikian diharapkan akan ada perubahan pola pikir para pembudidaya untuk memanfaatkan bibit lebih optimal guna meningkatkan produksinya.

"Karena sebagian usai mulai disebarkan, di Sulawesi, di Sumatera, Jawa, Riau, Nusa Tenggara Timur, Kalimantan. Hanya belum merata saja, karena saking banyaknya tempat di Indonesia," tutur dia.