PPI 2016 Pamerkan Mesin Penghancur Alat Suntik

:


Oleh Wawan Budiyanto, Minggu, 23 Oktober 2016 | 20:45 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 879


Jakarta, InfoPublik - Pameran Produk Indonesia (PPI) 2016 yang digelar oleh Kementerian Perindustrian banyak menampilkan inovasi produk industri di Indonesia salah satunya mesin penghancur alat suntik.

“Alat suntik bekas atau yang telah digunakan, memerlukan pemrosesan lebih lanjut agar aman bagi manusia dan lingkungan,” kata Analis Laboratorium Elektronika dan Telematika Baristand Industri Surabaya, Lukman Hanfi melalui siaran resmi Kemenperin, Minggu (23/10). 

Menurutnya, insinerator (alat pembakar sampah) yang ada di pasaran saat ini sulit dioperasikan, boros energi, dan harganya mahal. Sedangkan, alat penghancur jarum suntik yang portabel hanya mampu menghancurkan jarum saja. 

Oleh karena itu, pihaknya menciptakan mesin alternatif penghancur alat suntik yang mampu memproses jarum sekaligus tabungnya. 

“Sejak tahun 2015, kami telah melakukan penelitian dan akhirnya kami bisa membuat inovasi mesin penghancur jarum suntik yang menggunakan prinsip las busur listrik untuk melumerkan jarum sekaligus membunuh kuman penyakit,” jelasnya.

Ia menambahkan, tim risetnya terus mengembangkan teknologi di mesin tersebut agar dapat dimanfaatkan oleh industri untuk bisa diproduksi massal dan akan mudah dipakai oleh konsumen. 

“Kami telah menggunakan teknologi dengan prinsip hammermill dengan poros pemukul yang digerakkan oleh motor listrik, serta dilengkapi generator ozone,” ujarnya.

Sementara itu, PPI juga memamerkan nasi analog instan yang diproduksi oleh Balai Besar Industri Agro (BBIA) Bogor. Nasi analog instan ini terbuat dari campuran tepung mokaf (modified cassava flour), jagung, koro, dan ubi jalar ungu.

“Akhir-akhir ini, terjadi perubahan gaya hidup dan pola makan masyarakat, terutama di perkotaan. Konsumen mulai menyukai produk pangan praktis yang bersifat instan dan siap saji. Untuk itu, berdasarkan prospek tersebut, kami dari BBIA Bogor mengembangkan produk olahan beras analog instan,” urai Peneliti Madya BBIA Bogor, Enny Hawani Loebis.

Inovasi ini menjadi salah satu alternatif untuk mendukung program diversifikasi pangan yang mempunyai peluang cukup baik untuk dikembangkan di Indonesia. 

“Nasi analog ini berfungsi sebagai beras fungsional untuk kebutuhan khusus seperti untuk penderita diabetes atau kebutuhan diet,” katanya.