:
Oleh Amrln, Senin, 24 Oktober 2016 | 07:44 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 1K
Jakarta InfoPublik - Korps Alumni (Koral) Akademi Usaha Perikanan-Sekolah Tinggi Perikanan (AUP-STP) terus berupaya untuk memajukan industri kelautan dan perikanan Indonesia yang potensinya masih sangat besar. Dukungan tersebut diwujudkan melalui sinergi antar alumni.
Ketua Koral AUP-STP Koordinator Wilayah DKI Jakarta Cahya Rustiadi mengatakan Indonesia adalah negara yang memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia. Kondisi seperti ini seharusnya dapat menjadikan sektor kelautan dan perikanan Indonesia menjadi pemain utama di kawasan ASEAN.
Menurut Cahya, banyaknya praktik illegal fishing di laut Indonesia telah mengakibatkan hilangnya potensi yang ada. Jutaan ton ikan di laut Indonesia setiap tahun diselundupkan ke luar negeri. Caranya dengan menggunakan modus transhipment atau bongkar muat di tengah laut.
"Tapi sejak diberlakukannya kebijakan pemberantasan illegal fishing yang diinisiasi Bu Menteri (Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti), sektor perikanan Indonesia telah bergairah kembali. Ekspor perikanan meningkat pesat. Bahkan Thailand saja yang jarang minta ikan dari Indonesia, sekarang ini sudah mulai impor ikan Indonesia, Karena banyak kapal Thailand yang sudah tidak berani melakukan pencurian ikan di laut kita sejak adanya pemberantasan illegal fishing," kata Cahya dalam acara Pengukuhan Korps Alumni AUP-STP Korwil DKI Jakarta di Jakarta, Sabtu (22/10).
Berdasarkan data Kementerian Kelautan dan Perikanan disebutkan bahwa dalam kurun waktu empat tahun, 2012-2016 ekspor ikan Indonesia meningkat sekitar 7.34 persen dan untuk nilai ekspor naik sekitar 4,28 persen dan untuk impor mengalami penurunan sekitar 14.83 persen.
Sampai saat ini Indonesia sedang dalam masa peningkatan tren ekspor, terhitung hingga Juni 2016 nilai ekspor Indonesia sudah 1.9 Dollar AS, sementara itu untuk nilai impor mengalami penurunan yang cukup tajam. Tujuan ekspor Indonesia ke Amerika Serikat mengalami peningkatan selama empat tahun terakhir yaitu sekitar 11.1 persen sementara itu untuk ke negara ASEAN ekspor Indonesia meningkat 0.4 persen per tahun. Kemudian ke Tiongkok naik 14,5 persen per tahun, dan ke Uni Eropa 4,2 persen per tahun.
Namun lanjut Cahya, potensi yang dimiliki Indonesia di sektor kelautan dan perikanan ini, dalam pengelolaannya, belum didukung oleh SDM yang cukup. Jumlah SDM, misalnya di sektor perikanan, masih ada gap yang cukup besar.
"Hal inilah yang menjadikan pemikiran bagi kami (Koral AUP-STP Jakarta), bagaimana memanfatkan dan mengolah potensi sektor perikanan yang ada," ujarnya.
Asep Sutiana selaku Pengurus Bidang Komunikasi dan Promosi Koral AUP-STP Korwil DKI Jakarta menambahkan bahwa dalam memenuhi kebutuhan SDM perikanan, pemerintah mendirikan AUP-STP diberbagai daerah di Indonesia.
Mengenai perekrutan peserta didik, kata dia, mereka terdiri dari 40 persen anak pelaku utama kelautan dan perikanan (nelayan, pembudi daya dan pengolah ikan, serta petambak garam). Berikutnya, 40 persen masyarakat umum dan 20 persen mitra kerja sama. Satuan pendidikan itu meliputi sembilan Sekolah Usaha Perikanan (SUPM) yang masing-masing di Aceh, Pariaman, Kota Agung, Tegal, Pontianak, Bone, Kupang, Ambon dan Sorong.
"Kemudian, tiga Politeknik Kelautan dan Perikanan (Poltek KP) dengan masing-masing di Sidoarjo, Bitung, Karawang, Kupang dan Sorong," katanya.
Menurut Asep, selain sebagai wadah untuk memupuk silahturahmi antar alumni, Koral juga menjadi tempat membangun sinergi antar alumni dalam memajukan sektor kelautan dan perikanan.
"Banyak hasil nyata yang merupakan hasil sinergi antar alumni AUP-STP Korwil Jakarta ini, diantaranya Kelompok Usaha Bersama di Serang, Komira Seafood, Sakana Seafood. Ketiganya ini sudah dapat menciptakan lapangan pekerjaan yang cukup besar," ujar Asep.
Menurutnya, Koral memiliki tanggung jawab moril kepada negara, karena itulah dalam perjalanannya Koral akan terus mensukseskan program pemerintah, khususnya dalam memajukan sektor kelautan dan perikanan Indonesia.