:
Oleh Masfardi, Rabu, 20 Januari 2016 | 11:48 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 528
Jakarta, InfoPublik - Ketimpangan pembangunan infrastruktur antara Jawa dan luar Jawa, serta Indonesia bagian barat dan bagian timur, membutuhkan solusi revolusi infrastruktur.
“Revolusi itu tinjauannya berbagai sisi, seperti pembangunan MRT yang dapat menciptakan peradaban baru. Teknologi kereta bawah tanah tersebut sudah berkembang di dunia lebih 50 tahun,” kata anggota komisi V DPR RI Nursiran Sajono di Jakarta, Rabu (20/1).
Sayangnya, lanjut dia, di Indonesia pembangunan MRT baru pertama kali dilakukan saat ini. Demikian pula kereta api di Sulawesi. Lain lagi dengan rencana Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) membangun jalan di perbatasan. "Sebenarnya hal itu sudah dicanangkan sejak 40 tahun lalu sebagai jawaban membangun jalan di perbatasan yang begitu jomplang antara negara tetangga kita Malaysia," ungkapnya.
Meski demikian, katanya, apa yang dilakukan oleh Kementerian PUPR di perbatasan itu sudah merupakan bentuk revolusi infrastruktur.
Dia menjelaskan, dalam memahami revolusi bisa berbagai macam. Pada awal dulu Presiden Soekarno membangun Stadion Senayan untuk ASEAN Games. Itu adalah revolusi dilihat yang sesuai kebutuhan. Saat ini, banyak rencana pembangunan infrastruktur yang juga segera dikerjakan karena kebutuhan.
Sudah banyak dilakukan peluncuran pembangun infrastruktur. Sebenarnta, dulu juga banyak dilakukan, tapi banyak pula yang mangkrak, karena belum adanya tekad dan revolusi infrastruktur. "Dengan adanya revolusi infrastruktur, kita berharap tidak sebatas peluncuran, tapi bisa benar-benar terwujud, bisa terlaksana sesuai rencana," tandasnya.