:
Oleh Eko Budiono, Rabu, 4 Agustus 2021 | 14:18 WIB - Redaktur: Ahmed Kurnia - 460
Jakarta, InfoPublik - Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi dan Menlu Amerika Serikat (AS) Antony Blinken, membahas kerja sama kesehatan pada pertemuan pertama dialog strategis kedua negara di Washington DC, AS, Selasa (3/8/2021).
Dialog strategis pertama antara menlu RI dan AS berlangsung dengan bersahabat dan sangat terbuka. Kunjungan Menlu RI ke AS juga merupakan kunjungan menlu pertama dari kawasan Asia Tenggara, yang diterima oleh Menlu Blinken di Washington DC.
Menteri Retno menyampaikan bahwa untuk jangka panjang, Indonesia berupaya melakukan kerja sama dengan AS terutama untuk pengembangan vaksin dengan teknologi mRNA serta penguatan sistem ketahanan kesehatan global. “Upaya kerja sama jangka panjang penting dalam upaya mengurangi kesenjangan akses global terhadap vaksin dan obat-obatan COVID-19, serta mengantisipasi potensi terjadinya pandemi di masa yang akan datang," kata Menlu RI dalam keterangan tertulisnya yang diterima InfoPublik, Rabu (4/8/2021).
Saat bertemu Blinken, Menlu RI menyampaikan penghargaan atas kerja sama dan dukungan AS bagi Indonesia selama pandemi. Hal ini terakit dengan bantuan AS yang telah memberikan lebih dari delapan juta vaksin COVID-19 Moderna dengan mekanisme berbagi dosis (dose-sharing) melalui Fasilitas COVAX.
Sebelumnya pada awal pandemi, AS telah memberikan bantuan 1.000 unit ventilator dan peralatan medis kepada Indonesia.
AS juga telah mengumumkan tambahan dukungan kepada Indonesia sebesar US$30 juta (sekitar Rp429,2 miliar) untuk penanganan COVID-19.
Terkait kerja sama bidang kesehatan, Indonesia menjajaki kerja sama dengan AS dalam penyediaan obat-obatan terapeutik.
Selain kerja sama kesehatan, kedua menlu juga sepakat mengenai banyaknya ruang bagi upaya peningkatan kerja sama ekonomi.
Menyangkut aspek tersebut, Menlu RI menyinggung mengenai Undang-Undang Cipta Kerja yang diyakini akan dapat membantu upaya meningkatkan investasi AS di Indonesia.
Sementara di bidang perdagangan, Menlu Retno kembali menyampaikan bahwa pembahasan mengenai perjanjian dagang terbatas (limited trade deal/LTD) antara kedua negara perlu dilanjutkan.
Berdasarkan catatan pemerintah pada 2020, AS merupakan mitra dagang terbesar ke-2 bagi Indonesia dengan nilai perdagangan bilateral sebesar US$27 miliar (sekitar Rp386,2 triliun).
Menlu RI dan Menlu AS juga bertukar pendapat mengenai sejumlah isu kawasan dan internasional
Sementara itu, Menlu AS mengapresiasi peran penting Indonesia dalam menjaga perdamaian dan stabilitas kawasan. “Indonesia merupakan mitra demokrasi kunci AS dan AS siap bekerja sama dalam berbagai isu-isu penting di kawasan,” kata Blinken.
Keduanya pun bertukar pikiran mengenai situasi di Myanmar dan menyampaikan kekhawatiran yang sama melihat perkembangan Myanmar saat ini.
Indonesia menegaskan bahwa demokrasi penting untuk ditegakkan kembali di Myanmar dan keselamatan serta kesejahteraan rakyat Myanmar penting untuk terus dijadikan prioritas.
Perkembangan situasi di Afghanistan juga menjadi bahasan dalam dialog strategis RI-AS. Menteri Retno menekankan pentingnya perlindungan dan pemberdayaan perempuan dalam kehidupan masa depan Afghanistan. “Perempuan harus diberikan kesempatan untuk membangun Afghanistan ke depan pascakonflik,” ujar Menlu RI.
Kedua menlu sepakat mengenai pentingnya komitmen dan niat baik para pihak di Afghanistan untuk melanjutkan perundingan perdamaian.
Mengenai isu perubahan iklim, Menlu RI menyampaikan perkembangan pemenuhan komitmen Indonesia dalam isu perubahan iklim. Indonesia yakin akan dapat memenuhi komitmen penurunan emisi sebanyak 29 persen dengan kapasitas nasional dan 41 persen dengan bantuan internasional pada 2030.
Indonesia mengharapkan AS dan negara maju dapat juga memenuhi komitmennya, termasuk penyediaan Dana Iklim Hijau (Green Climate Fund) untuk mendukung program-program adaptasi.
Sebagai penutup, Menlu RI juga mengharapkan dukungan AS bagi presidensi Indonesia pada pertemuan G-20 tahun 2022 mendatang. Menteri Retno berharap forum itu akan menjadi ajang untuk menciptakan pemulihan ekonomi dunia yang inklusif, hijau, dan berkesinambungan.
(Foto: ANTARA)