:
Oleh Taofiq Rauf, Rabu, 17 November 2021 | 08:28 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 2K
Jakarta, GPR News - Pandemi COVID-19 telah menjadi ujia bagi negara-negara di dunia tak terkecuali Indonesia. Wabah yang datang dengan cepat telah membuat efek bersandar di berbagai sendi kehidupan masyarakat. Kehidupan sosial terganggu dan perekonomian terdampak. Pun demikian di sektor pendidikan.
Pandemi menguji ketangguhan sebuah bangsa. Seberapa tangguh suatu negara bisa bertahan dan beradaptasi dengan masalah yang belum pernah dihadapi sebelumnya. Pandemi ibarat gelombang besar yang harus diarungi dengan perjuangan dan ketekunan.
Presiden Joko Widodo mengumpamakan pandemi bak kawah candradimuka yang menguji, mengajarkan, dan sekaligus mengasah. Pandemi memberikan beban berat dan penuh risiko yang memaksa bangsa ini untuk menghadapi dan mengelolanya.
Dua tahun awal pemerintahan Joko Widodo-Ma’ruf Amin, menghadapi ujian itu dengan cepat dan sigap serta adaptif melihat kondisi di lapangan. Keseimbangan dijaga antara penanganan kesehatan dan ekonomi. Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan ekonomi Nasional (KPCPEN) dibentuk agar penanggulangan virus dan pemilihan ekonomi nasional dilakukan secara terstruktur, terkoordinasi, dan terintegrasi
Dalam hal penanganan COVID-19, pemerintah melakukan pembatasan gerak yang menyesuaikan situasi dan kondisi di daerah masing masing. Tracking (pelacakan). testing (tes), dan treatment (perawatan) didorong untuk mencegah penyebaran
Isolasi massal juga diberlakukan dengan mengoptimalkan beragam fasilitas dari gedung pemerintahan, sekolah, hingga kapal milik Pelni. Aparat keamanan dan beragam unsur masyarakat dilibatkan agar pelaksanaan protokol kesehatan benar-benar diterapkan.
Di satu sisi pemerintah menggencarkan vaksinasi agar kasus cepat mereda dan herd immunity dapat segera terbentuk
Di sektor ekonomi, pemerintah menggelontorkan beragam bantua sosial melalui program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN). Perlindugan sosial dibutuhkan agar mereka yang terdampak pandemi bisa bertahan dan tidak terpakul terlalu dalam.
Kebijakan yang diambil oleh pemerintah sejalan dengan saran Bank Dania. Dalam laporannya, Bank Dunia menyatakan bahwa stimulus perlindungan sosial pemerintah merupakan kunci untuk menyelamatkan perekonomian dari krisis ekonomi. Langkah ini terbukti berhasil menjaga perekonomian Indonesia, sehingga meskipun terkontraksi, namun tidak terlalu dalam. Begitupun angka kemiskinan yang kembali naik setelah sebelumnya telah menunjukkan penurunan.
Di tengah badai tersebut, program-program prioritas tetap berjalan. Penyelesaian pembangunan infrastruktur, dan pengembangan sumber daya manusia menjadi penting agar jalan menuju indonesia Maju terbuka semakin lebar. Reformasi birokrasi, deregulasi, penegakkan Hukum dan HAM juga menjadi perhatian agar visi misi besar tersebut dapat digapai. Sebut saja UU Cipta Kerja yang berhasil disahkan di tengah pandemi
Kini kasus COVID-19 mulai mereda. Banyak pihak memuji penanganan pandemi yang di lakukan Indonesia. Gerak bahu membahu antara pemerintah pusat, pemerintah daerah. aparat keamanan, TNI/Polri serta beragama unsur masyarakat menjadi salah satu kanci keberhasilan itu.
Kita memang tak boleh euforia, karena virus belum sepenuhnya hilang. Naman pandemi ini telah menunjukkan bahwa Indonesia adalah bangsa yang kuat dan tahan banting. Pandemi telah mengajarkan kita untuk lebih mawas diri adaptif, dan siap menghadapi tan tangan masa depan.
Seperti disampaikan Presiden saar sidang Tahunan MPR RI dan sidang bersama DPD RI dan DPR RI pada 16 Agustus 2011 lalu. "Kita ingin pandemi ini menerangi kita untuk mawas diri, memperbaiki diri, dan menguatkan dari dalam menghadapi tantangan masa depan.
Baca dan download lengkapnya di Edisi 10 GPR News: http://www.gprnews.id/books/truo