Papua, Torang Bisa

:


Oleh Taofiq Rauf, Senin, 25 Oktober 2021 | 14:12 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 1K


Jakarta, GPR News - Perhelatan Pekan Olahraga Nasional (PON) Papua telah secara resmi dibuka pada 2 Oktober 2021. Presiden Joko Widodo hadir dan menyaksikan langsung pembukaan yang digelar secara  megah dan meriah. Beragam penampilan seperti tarian dari lima wilayah adat Papua, alunan musik lagu khas Papua, serta pesta kembang api mewarnai pembukaan yang penuh suka ria.

Menteri Badan Usaha Milik Negeri (BUMN) Erick Thohir bahkan menyebut pembukaan PON  apua tak kalah dengan Asian Games. Bagi Papua, ini adalah pertama kali mereka menjadi tuan rumah PON, sejak perhelatan akbar olahraga nasional itu dimulai pada 1948. Sebelumnya PON lebih banyak digelar di Pulau Jawa, terutama ibu kota Jakarta.

Terpilihnya Papua sebagai tuan rumah boleh dibilang sebagai sebuah kepercayaan besar.  palagi provinsi di wilayah Timur Indonesia itu kerap dicitrakan negatif, terutama terkait dengan isu  keamanan. Gerakan separatis Papua yang hanya dilakukan segelintir orang berulangkali  eneror warga dan menyerang aparat untuk mendapatkan perhatian nasional maupun internasional.

Di sisi lain, terbatasnya infrastruktur olahraga, juga menjadi salah satu tantangan dalam penyelenggaraan PON kali ini. Berbeda dengan Jakarta dan sejumlah kota besar di tanah air, Papua sebelumnya tidak memiliki stadion berskala internasional seperti GBK.

Namun sejak secara resmi ditunjuk sebagai tuan rumah pada 2014, Papua mencoba menjawab semua tantangan ini dan tidak menyia-nyiakan kepercayaan yang diberikan.

Pemerintah Provinsi Papua berkolaborasi dengan pemerintah pusat secara bertahap berhasil menyiapkan infrastruktur olahraga berskala dunia. Sebut saja Stadion Lukas Enembe yang disebut Presiden Jokowi sebagai stadion terbaik di Asia Pasifik. Di stadion Arena Akuatik, Papua kini memiliki kolam renang terbaik di Indonesia bagian timur berluas bangunan 17.733 meter persegi dengan kapasitas 1.772 tempat duduk single seat. Begitu juga dengan sejumlah arena olahraga dan infrastruktur pendukung seperti jalan dan bandara yang ‘dipercantik’ dalam menyambut PON.

Terkait dengan isu keamanan, pemerintah dan masyarakat Papua pun menunjukkan bahwa secara umum wilayah mereka aman. Papua memperlihatkan kepada dunia bahwa mereka cinta damai dan persaudaraan. Warga lokal menyambut atlet dan official dari berbagai daerah sebagai saudara sebangsa. Di sisi lain, Kesigapan TNI – Polri juga berkontribusi penting bagi keamanan pelaksanaan PON XX. Satu hal yang juga tak kalah penting adalah bahwa Papua memiliki anak-anak muda yang kreatif dan inovatif. Mereka mampu menyuguhkan sebuah acara pembukaan PON yang tak kalah memukau dengan pesta olahraga kelas dunia.

Papua berhasil membuktikan frasa ‘Torang Bisa!’ yang menjadi jargon pelaksanaan PON kali ini. Selain sebagai ajang pembuktian, PON XX juga merupakan sebuah momen kebangkitan Papua.

Pertama, PON XX ini adalah momen untuk meningkatkan kualitas atlet khususnya di wilayah Timur. Sarana dan prasarana yang ada saat ini bisa dimanfaatkan untuk pembinaan atlet ke depan. Apalagi Papua, dikenal sebagai salah satu sumber bibit-bibit unggul di tanah Air seperti nama Raema Lisa Rumbewas yang menjadi penyumbang medali bagi Indonesia di ajang Olimpiade.

Kedua, PON XX juga merupakan momen kebangkitan bagi ekonomi lokal, terutama di sektor industri kreatif yang melibatkan Usaha, Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM). Selama ini, Papua dikenal memiliki banyak kerajinan dan kuliner yang tak kalah dengan daerah-daerah lain seperti kerajinan noken, kuliner papeda maupun aneka ikan asap. Kehadiran PON menjadi sarana pemasaran efektif memperkenalkan hasil karya dan produksi UMKM Papua.

Ketiga, PON XX menjadi momen kebangkitan di sektor wisata yang selama ini terpukul pandemi. Papua memiliki wisata yang sudah mendunia seperti Raja Ampat. Namun, Papua juga memiliki banyak lokasi yang tak kalah indah dibandingkan Raja Ampat. Jayapura misalnya, memiliki Teluk Yotuefa, Pantai Hotelkamp, dan Danau Sentani yang tak diragukan lagi keindahnnya. Ribuan atlet dan official yang hadir bisa ikut menyebarkan keelokan Papua.

Momen kebangkitan ini harus terus dikawal dan dijaga. Semangat anak-anak muda Papua harus dikobarkan dalam menciptakan kreasi dan inovasi baru. Potensi sumber daya alam mesti dikelola sebaik-baiknya buat masyarakat Papua. Untuk itu, Jargon ‘Torang Bisa!’ sejatinya tidak hanya berhenti pada PON, namun frasa ini mengalir di darah Bumi Cenderawasih.

‘Torang Bisa!’.

Baca dan download lengkapnya di Edisi 10 GPR News: http://www.gprnews.id/books/jcjy