:
Oleh Taofiq Rauf, Senin, 31 Mei 2021 | 07:55 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 2K
Jakarta, GPRNews - Pandemi COVID-19 belum berakhir. Upaya deteksi terus dilakukan Satuan Tugas (Satgas) COVID-19 untuk menahan laju penularan virus. Deteksi dijalankan melalui rapid test antigen maupun polymerase chain reaction (PCR). Tes PCR COVID-19 diambil dari cairan ba-gian antara hidung dengan tenggorokan.
Meski valid, namun tes PCR ini terbilang mahal. Untuk itu, pemerintah mendorong peneliti mengembangkan tes COVID-19 yang bisa dengan cepat, tepat, dan terjangkau secara pembiayaan. Salah satunya yang kini dikembangkan melalui tes berbasis air liur dengan RT LAMP (reverse transcription loop mediated isothermal am-plification).
Alat ini dikembangkan oleh peneliti Bidang Biokimia Farmasi LIPI bekerja sama dengan PT Biosains Medika Indonesia sejak Mei 2020 lalu. Seperti dilansir da-lam laman LIPI.go.id, Kit RT LAMP yang dikembangkan terdiri dari reverse transcriptase, polymerase (enzim), reagent mix (Primer, dNTP, MgSO4), larutan buffer, kontrol positif dan kontrol negatif. Alat ini nantinya mengambil sampel pasien dengan menggunakan ekstrak RNA pasien.
Reaksi LAMP berlangsung pada suhu konstan, sehingga dapat menggunakan alat sederhana yang lazim ada di laboratorium seperti inkubator, water bath atau heat block. Hal itu berbeda dengan alat RT-PCR yang sangat terbatas, dan hanya terdapat di lab-lab tertentu, mengingat harganya yang mencapai ratusan juta rupiah.
Menjawab tantangan
RT LAMP ini, sekaligus untuk menjawab tantangan akan keterbatasan laboratorium yang mungkin tidak semua daerah bisa mempunyai fasilitas RT PCR. Bukan hanya LIPI, RT LAMP Saliva juga dikem-bangkan oleh unit riset dan pengembang-an PT Kalbe Farma yaitu Stem CelI and Cancer Institute (SCI) dan telah melalui uji performa analitik dan klinis di dalam negeri. RT LAMP Saliva, telah diluncurkan oleh Kalbe pada 19 Maret 2021.
“RT LAMP Saliva ini sendiri harapannya bisa membuat masyarakat mau untuk diperiksa, nyaman, praktis, cepat dan ekonomis, selain tentunya tingkat akurasi tinggi,” kata Menristek atau Kepala Badan Riset dan Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro dalam webinar yang diikuti GPR News, Jumat (9/4/2021).
Alat ini, kata Menristek BRIN, memiliki sensitivitas 94 persen dan spesifitas 98 persen, sehingga akurat dalam menentukan seseorang positif atau nega-tif Covid-19. Belum lagi, kata Menristek BRIN, RT LAMP menawarkan keunggulan nyaman, praktis, akurasi tinggi cepat dan ekonomis dengan hasil pemeriksaan yang bisa diperoleh dalam kurun waktu 1,5 jam.
Alat diagnostik COVID-19 ini dapat men-deteksi secara spesifik asam nukleat yang merupakan material genetik dari virus SARS CoV-2 penyebab COVID-19. Kemenristek BRIN, jelas Bambang, telah mendukung segala inovasi yang berasal dari berbagai pihak di Indonesia, termasuk dari luar pemerintah ataupun perguruan tinggi.
Inovasi RT LAMP Saliva merupakan salah satu bentuk komitmen untuk mendukung dan mewujudkan kemandirian dan daya saing industri kesehatan di dalam negeri. Bambang berharap dengan inovasi tersebut, maka dapat membantu percepatan pemeriksaan COVID-19 dalam upaya bangsa menanggulangi pandemi itu.
“Tes pemeriksaan Covid-19 melalui metode RT Lamp Saliva ini berguna untuk percepatan melakukan penelusuran (tracing) dan pengujian (testing) serta dapat menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah-daerah dengan minim infrastruktur laboratorium,” ujar Bambang.
Alat ini juga, kata Bambang menjadi solusi alternatif selain alat tes utama RT PCR. Ini adalah inovasi yang sangat menjanjikan dan merupakan terobosan di dalam upaya untuk meningkatkan kapasitas testing. Namun, kesuksesan untuk mendeteksi COVID-19 juga sangat tergantung kepada tingkat pengujian yang dilakukan.
“Semakin banyak testing maka kita juga semakin banyak bisa mengidentifikasi orang yang positif, dan begitu positif tentunya harus dilakukan tracing (pelacakan kontak) maupun treatment (pengobatan) baik dalam bentuk isolasi mandiri ataupun dalam perawatan di rumah sakit,” ujar Bambang.
“Karena mahalnya mesin RT PCR dan kebutuhan lab BSL-2 mungkin tidak semua daerah bisa mempunyai fasilitas seperti itu, maka RT LAMP Saliva ini bisa menjawab, dan salivanya sendiri mudah--mudahan akan membuat orang lebih mau untuk diperiksa, tidak lari lari karena ketakutan dicolok atau segala macam tapi lebih mau diperiksa,” ujar Menristek menambahkan.
Bambang menjelaskan, metode RT LAMP juga sudah digunakan di luar negeri dalam melakukan pengujian Covid-19 seperti di Brasil. Selain itu, sejumlah negara juga sudah menggunakan air liur atau saliva dalam tes Covid-19 seperti di Amerika Serikat, Spanyol, Thailand, Jepang dan Malaysia.
Harga pemeriksaan COVID-19 yang menggunakan RT LAMP Saliva bisa sekitar setengah dari biaya tes dengan RT PCR. “Mungkin Satgas bisa melihat mana-mana daerah yang cakupan RT PCR-nya terbatas dan antrean panjang, waktu tunggunya panjang, nah, itulah yang kemudian diintervensi dengan RT LAMP. Jadi kita posisikan RT LAMP ini sebagai pelengkap dari adanya RT PCR dan mungkin nanti bisa dibuat jaringan (network) RT PCR-RT LAMP sehingga cakupan pemeriksaan suatu daerah itu menjadi makin kuat,” ujarnya.
Cara kerja RT-LAMP Pengambilan sampe RT Lamp tidak sesakit seperti tes PCR karena hanya berasal dari air liur. Sampel yang diambil dari saliva itu lalu dimasukkan ke dalam tabung steril. Jika mengacu pada sistem yang dikembangkan oleh LIPI maka untuk melihat positif atau tidak bisa dilihat dari tingkat kekeruhan dan berdasarkan emisi fluoresensi. Bila tampak adanya kekeruh-an atau emisi fluoresensi, maka sampel tersebut positif mengandung gen virus SARS-Cov-2.
Metode temuan LIPI yang dikembang-kan sejak bulan Mei 2020 sudah diterima oleh Kementerian Riset dan Teknologi/Badan Riset dan Inovasi Nasional, dan te-ngah divalidasi. Saat ini LIPI sedang mem-butuhkah sampel tes RNA dari pasien yang lebih banyak untuk menyempurna-kan metode RT-LAMP. Tes diagnostik COVID-19 karya anak bangsa dengan sampel air liur ini pun didukung penuh sebagai bagian dari #InovasiIndonesia.
Sementara itu, Presiden Komisaris PT Kalbe Farma Tbk Irawati Setiady mengaku, selalu berupaya mendukung pemerin-tah dalam mewujudkan kemandirian dan lah satu bentuk komitmen untuk mendu-kung dan mewujudkan kemandirian dan daya saing industri kesehatan di dalam negeri. Bambang berharap dengan inovasi tersebut, maka dapat membantu perce-patan pemeriksaan COVID-19 dalam upaya bangsa menanggulangi pandemi itu.
“Tes pemeriksaan COVID-19 melalui metode RT Lamp Saliva ini berguna untuk percepat-an melakukan penelusuran (tracing) dan pengujian (testing) (pengujian) serta dapat menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah-daerah dengan minim infrastruk-tur laboratorium,” ujar Bambang.
Alat ini juga, kata Bambang menjadi solusi alternatif selain alat tes utama RT PCR. Ini adalah inovasi yang sangat men-janjikan dan merupakan terobosan di da-lam upaya untuk meningkatkan kapasitas testing. Namun, kesuksesan untuk men-deteksi COVID-19 juga sangat tergantung kepada tingkat pengujian yang dilakukan.
“Semakin banyak testing maka kita juga semakin banyak bisa mengidentifi-kasi orang yang positif, dan begitu positif tentunya harus dilakukan tracing (pelacakan kontak) maupun treatment (pengobatan) baik dalam bentuk isolasi mandiri ataupun dalam perawatan di rumah sakit,” ujar Bambang.
“Karena mahalnya mesin RT PCR dan kebutuhan lab BSL-2 mungkin tidak semua daerah bisa mempunyai fasilitas se-perti itu, maka RT LAMP Saliva ini bisa menjawab, dan salivanya sendiri mudah--mudahan akan membuat orang lebih mau untuk diperiksa, tidak lari lari karena ketakutan dicolok atau segala macam tapi lebih mau diperiksa,” ujar Menristek menambahkan.
Bambang menjelaskan, metode RT LAMP juga sudah digunakan di luar negeri dalam melakukan pengujian COVID-19 se-perti di Brasil. Selain itu, sejumlah negara juga sudah menggunakan air liur atau saliva dalam tes COVID-19 seperti di Amerika Serikat, Spanyol, Thailand, Jepang dan Malaysia.
Harga pemeriksaan COVID-19 yang menggunakan RT LAMP Saliva bisa sekitar setengah dari biaya tes dengan RT PCR. “Mungkin Satgas bisa melihat mana-mana daerah yang cakupan RT PCR-nya terbatas dan antrean panjang, waktu tunggunya panjang, nah, itulah yang kemudian diin-tervensi dengan RT LAMP. Jadi kita posisi-kan RT LAMP ini sebagai pelengkap dari adanya RT PCR dan mungkin nanti bisa di-buat jaringan (network) RT PCR-RT LAMP sehingga cakupan pemeriksaan suatu daerah itu menjadi makin kuat,” ujarnya.
Cara kerja RT-LAMP
Pengambilan sampe RT Lamp tidak sesakit seperti tes PCR karena hanya berasal dari air liur. Sampel yang diambil dari saliva itu lalu dimasukkan ke dalam tabung steril. Jika mengacu pada sistem yang dikembangkan oleh LIPI maka untuk melihat positif atau tidak bisa dilihat dari tingkat kekeruhan dan berdasarkan emisi fluoresensi. Bila tampak adanya kekeruh-an atau emisi fluoresensi, maka sampel tersebut positif mengandung gen virus SARS-Cov-2.
Metode temuan LIPI yang dikembang-kan sejak bulan Mei 2020 sudah diterima oleh Kementerian Riset dan Teknologi/ Badan Riset dan Inovasi Nasional, dan tengah divalidasi. Saat ini LIPI sedang mem-butuhkah sampel tes RNA dari pasien yang lebih banyak untuk menyempurnakan metode RT-LAMP. Tes diagnostik COVID-19 karya anak bangsa dengan sampel air liur ini pun didukung penuh sebagai bagian dari #InovasiIndonesia.
Sementara itu, Presiden Komisaris PT Kalbe Farma Tbk Irawati Setiady mengaku, selalu berupaya mendukung pemerin-tah dalam mewujudkan kemandirian dan daya saing industri kesehatan dalam negeri.
“Pada prinsipnya kami membantu pe-merintah melakukan tracing dan testing serta dapat menjangkau masyarakat yang tinggal di daerah-daerah dengan minim infrastruktur laboratorium pemeriksaan COVID-19,” kata Irawati ketika dihubungi majalah GPR.
Saat ini produksi reagen Lamp Saliva milik PT Kalbe Farma dilakukan oleh PT KalGen DNA serta distribusinya dijalan-kan oleh PT Enseval Medika Prima. Kedua perusahaan ini merupakan anak perusa-haan dari PT Kalbe Farma Tbk. Irawati juga menambahkan bahwa kapasitas produksi saat ini adalah 460 ribu tes per bu-lan dan akan ditingkatkan menjadi 2 juta tes per bulan.
“Proses penelitian sudah dilakukan mulai Juni 2020, dan Maret 2021 telah mendapat nomor ijin edar dari kementerian kesehatan KEMENKES RI AKD 20303120508 dengan merk ELVA Diagnostic SARS-CoV-2 Saliva Nucleic Acid Test Kit,“ kata dia.
Seperti diketahui ketersediaan pemeriksaan sampel COVID-19 baru sejumlah 721 laboratorium dan belum merata di semua kabupaten/kota di Indonesia. Pengembangan metode pemeriksaan diagnostik Covid-19 RT LAMP melalui sampel saliva diharapkan dapat membantu peningkatan jumlah testing di berbagai wilayah Indonesia.
Foto: Antara
Baca dan download edisi lengkapnya di: http://www.gprnews.id/books/llps/