:
Oleh Taofiq Rauf, Sabtu, 24 April 2021 | 14:33 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 1K
Jakarta, GPR News - Penny Kusumastuti Lukito mengakui dalam melaksanakan tugasnya sebagai orang nomor satu di Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), ia selalu mendapat dukungan penuh dari suami dan keempat anaknya.
Pepatah lama bahwa pengalaman adalah guru terbaik dipakai benar oleh Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), Penny Kusumastuti Lukito. Perempuan kelahiran Jakarta, 9 November 1963 ini menyadari bahwa memimpin badan yang terbentuk berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 103 Tahun 2001 tersebut tak hanya sebuah pengabdian bagi nusa dan bangsa saja. Namun, lebih dari itu merupakan sebuah tantangan tersendiri, bagaimana BPOM bisa bekerja lebih baik memberikan pelayanan ke masyarakat.
Penny memang tidak menitikkan jenjang karier dari nol di BPOM. Ia banyak bertugas sebagai aparatur sipil negara pada Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). Insinyur teknik lingkungan lulusan Institut Teknologi Bandung ini mencatatkan jejak perjalanan karier panjang di Bappenas sejak 2002 sebagai Kepala Bagian Penataan Ruang hingga mencapai posisi Utusan Khusus Presiden RI untuk Millenium Development Goals periode 2013-2016.
Namun, dengan latar belakang pendidikan dan rekam jejak karier yang berbeda, mendorongnya untuk banyak belajar dan cepat beradaptasi di lingkungan Badan POM. Selain itu, kehadirannya sebagai orang luar membuatnya dapat melihat permasalahan di badan tersebut dengan sudut pandang lain secara lebih obyektif.
Meski latar belakang pendidikannya bukan di bidang farmasi atau makanan, lulusan Pascasarjana Program Perencanaan Lingkungan Perkotaan dari Massachusetts Institute of Techonology (MIT), Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat tersebut berusaha untuk memahami lingkungan strategis pengawasan obat dan makanan dari sudut yang lain. Sehingga dapat memberikan kontribusi terbaik di badan yang ia pimpin.
Ia sadar bahwa tugas dan fungsi Badan POM sangat vital dalam melindungi kesehatan masyarakat serta meningkatkan daya saing bangsa melalui pengawalan keamanan, mutu, dan khasiat serta manfaat obat dan makanan di Indonesia.
Tugas ini menghadapi tantangan besar lainnya yaitu cakupan wilayah pengawasan obat dan makanan, baik dari tingkat pusat, provinsi, hingga ke kabupaten/ kota serta keberagaman komoditas yang diawasi, yaitu obat, obat tradisional, sup-lemen kesehatan, kosmetik, dan pangan.
Di sinilah, pengalaman karier Bappenas sebagai perencana juga menjadi bekal penting Penny dalam memimpin BPOM. “Dengan pengalaman tersebut saya terpacu untuk memberikan yang terbaik bagi Badan POM, dalam mencari solusi permasalahan pengawasan obat dan makanan, maupun mencari ide/gagasan untuk mengembangkan institusi ini ke depan,” kata Penny kepada GPR News di Jakarta, Jumat (19/3/2021).
Penny merupakan Kepala Badan POM pertama yang dilantik langsung oleh Presiden. Ia dilantik Pre-siden Joko Widodo di Istana Negara Jakarta pada 20 Juli 2016 berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 68/ TPA tanggal 19 Juli 2016.
Gerakan cek KLIK
Selama memimpin Badan POM, beberapa kebijakan strategis telah dihasilkan Penny, seperti penguatan kelembagaan, peningkatan kualitas pelayanan publik yang berkelanjutan, peningkatan kemitraan dengan lintas sektor. Begitu pula penguatan sumberdaya ma-nusia (SDM) Badan POM dengan merekrut pegawai negeri sipil (PNS) dari latar belakang ilmu yang lebih beragam.
Ada pula intensifikasi pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi dalam pengawasan obat dan makanan, serta penyediaan fasilitas, infrastruktur, sarana prasarana yang lebih baik untuk kenyamanan pegawai dalam bekerja.
Selain itu, pemegang gelar doktor dari University of Wisconsin-Madison ini juga mengawal langsung pe-nyusunan aspek legal untuk penguatan Badan POM, yaitu Rancangan Undang-Undang tentang Pengawas-an Obat dan Makanan, Peraturan Presiden Nomor 80 Tahun 2017 tentang Badan Pengawas Obat dan Makan an, Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2017 tentang Peningkatan Efektivitas Pengawasan Obat dan Makanan. Ia juga ikut mengawal revisi beberapa Peraturan Menteri Kesehatan (Permenkes) terkait kewenangan Badan POM, seperti standar pelayanan kefarmasian, yaitu di apotek,puskesmas, dan rumah sakit.
Di bawahnya, Badan POM pun terus gencar me-ningkatkan kesadaran masyarakat terkait obat dan makanan yang aman untuk dikonsumsi,salah satunya lewan Gerakan Cek KLIK. “Cek KLIK merupakan slo-gan singkat dan mudah diingat yang diangkat Badan POM sebagai edukasi bagi masyarakat mengenai tips mudah dalam memilih produk obat dan makanan yang aman. Yaitu melalui Cek Kemasan, Label, Izin edar, dan Kedaluwarsa atau Cek KLIK,” katanya.
Menurut penulis buku Membumikan Transparansi dan Akuntabilitas Kinerja Sektor Publik: Tantangan Berdemokrasi ke Depan ini, masyarakat wajib me-mastikan kemasan produk obat dan makanan yang akan dikonsumsi dalam kondisi baik, utuh, dan tidak rusak. Kemudian membaca informasi pada label termasuk petunjuk penggunaannya. Tak hanya itu, ia juga juga meminta masyarakat untuk memastikan bahwa produk obat dan makanan memiliki izin edar dari Badan POM dan terakhir memastikan produk ti-dak melewati masa kedaluwarsanya.
Kemajuan teknologi digital ikut dimanfaatkan Ba-dan POM dengan mengembangkan aplikasi yang da-pat digunakan masyarakat untuk mengecek legalitas dari produk obat, obat tradisional, suplemen kese hatan, kosmetika, dan pangan olahan yang akan dibeli atau dikonsumsi. Aplikasi tersebut adalah “Cek BPOM” yang dapat digunakan untuk menge-cek legalitas Nomor Izin Edar (NIE) produk obat dan makanan. Caranya melalui input kode NIE yang tertera pada kemasan produk setelah sebe-lumnya mengunduh aplikasi tersebut melalui Google Play Store.
Di samping itu ada juga aplikasi BPOM Mobile yang digunakan un-tuk mengecek legalitas NIE produk melalui input NIE yang tertera pada kemasan produk atau menggunakan fitur Scan 2D Barcode. Dalam aplikasi BPOM Mobile tak hanya mengecek le-galitas suatu produk terkait obat dan makanan, namun juga terdapat menu berita untuk mengetahui perkembangan terkini seputar pengawasan obat dan makanan. Selain itu, juga dapat melakukan pengaduan, termasuk pelaporan obat substandar dan ilegal termasuk palsu oleh tenaga kesehatan. Se-perti aplikasi sebelumnya, BPOM Mobile dapat diunduh dengan mudah melalui gawai berbasis Android ataupun iOS.
Dukungan keluarga
Selama fase pandemi yang telah berlangsung setahun bela-kangan, Badan POM menjadi salah satu institusi terdepan dalam mengawal keamanan, khasiat dan mutu obat serta makanan untuk percepatan penanganan Covid-19. Pada awal pandemi Badan POM ikut mengawal pemasukan dan distribusi obat dan obat tradisional donasi, baik dari dalam dan luar negeri.
BPOM juga melakukan percepatan dan simplifikasi untuk registrasi dan notifikasi produk, seperti hand sanitizer, handwash, serta suplemen kesehatan, obat tradisional, dan fitofarmaka untuk menjaga daya tahan tubuh. Terakhir adalah mendukung vaksinasi dengan melakukan percepatan perizinan untuk obat dan vaksin dengan indikasi Covid-19 melalui Otorisasi Penggu-naan Darurat atau Emergency Use Authorization (EUA) dan pen-dampingan pelaksanaan uji klinis vaksin Covid-19.
Khusus mengenai penanganan persoalan izin edar vaksin yang saat ini merupakan produk impor dari sejumlah negara, Penny mengatakan Badan POM selalu berlandaskan kepada data-data sains dan mendengarkan saran dan masukan dari tim pakar yang tergabung dalam Komite Nasional Penilai Obat (In-donesian Technical Advisory Group on Immunization/ITAGI). Badan POM juga mendengarkan masukan dari para ahli klinis untuk mengevaluasi aspek keamanan, mutu, dan khasiat dari vaksin Covid-19 sebelum dapat menerbitkan EUA.
Penny mengakui dalam melaksa-nakan tugas-tugasnya sebagai orang nomor satu di Badan POM, ia selalu mendapat dukungan penuh dari sua-mi dan keempat anaknya. “Keluarga adalah pendukung utama dalam karier saya. Bagi saya, peran sebagai istri dan ibu adalah hal yang tidak bisa di-gantikan di keluarga.Alhamdulillah, selama ini suami dan anak-anak sa-ngat menyadari peran dan tanggung jawab saya sebagai Kepala Badan POM,” kata Penny.
Kartini modern
Penny pun tak merasa canggung sebagai perempuan dengan jabatan Kepala Badan POM lantaran di ling-kungannya saat ini, sebanyak 71,55 persen karyawan didominasi oleh kaum perempuan. Ia yang sangat mengidolakan RA Kartini meyakini bahwa perjuangan pahlawan nasional emansipasi perem-puan tersebut telah mendorong para Kartini modern seperti di-rinya untuk terus maju tanpa harus kehilangan jati diri sebagai srikandi Indonesia.
Baginya, perempuan hebat adalah yang sanggup melam-paui zamannya dan berkontribusi besar kepada masyarakat. Para perempuan yang bekerja di Badan POM memiliki tugas dan tanggung jawab sangat besar dan mulia yaitu melayani dan melindungi masyarakat Indonesia dari obat dan makanan yang tidak memenuhi ketentuan. Penny mengajak kaum perempuan Indonesia untuk terus meningkatkan perannya dalam aspek ke-hidupan, termasuk pemenuhan hak perempuan di bidang obat dan makanan.
Menurutnya, kesadaran individu untuk mengonsumsi obat dan makanan aman, bermanfaat, dan bermutu harus dibangun sejak dini sehingga mampu mendorong kepedulian antarsesa-ma. Ini akan berdampak pada peningkatan kesadaran kolektif tentang obat dan makanan aman.
“Saya pun yakin, perempuan Indonesia merupakan kon-sumen obat dan makanan yang cerdas. Karena mampu melin-dungi diri dan keluarganya dari obat dan makanan yang berisiko terhadap kesehatan,” katanya lagi.
Sebagai perempuan Indonesia yang berkecimpung di bidang pengawasan obat dan makanan, ia berharap dapat selalu memberikan pengabdian yang terbaik dan berkontribusi aktif dalam memastikan ketersediaan obat dan makanan aman serta mem-berikan pelayanan terbaik kepada masyarakat, bangsa, dan negara. “Dengan obat dan makanan aman, akan tercipta SDM unggul, menuju Indonesia maju,” kata Penny. (Redaksi)
Foto: Setkab
Baca dan download lengkapnya di Edisi 3 GPR News di: http://www.gprnews.id/books/vpfj