:
Oleh Taofiq Rauf, Senin, 22 Maret 2021 | 06:47 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 1K
Jakarta, GPR News - Semenjak Pandemi COVID-19 melanda Indonesia, Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) berupaya mencarikan beragam inovasi untuk membantu memudahkan masyarakat dalam mendeteksi atau bahkan menyembuhkan Coronavairus 2 (SARS-COV-2) dengan cepat. Setelah pengenalan alat deteksi virus GeNose karya peneliti Universitas Gadjah Mada, kini pemerintah mendorong pengembangan terapi mesenchymal stem cell (sel punca) dan exosome.
Menurut Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), stem cell atau sel punca merupakan induk dari semua sel yang di tubuh manusia. Untuk menggantikan sel yang mati, stem cell akan membelah diri buat menghasilkan sel baru guna meneruskan tugas sel sudah mati.
“Kita harapkan Indonesia punya keunggulan dalam stem cell, jadi tak hanya Covid tapi juga menyeluruh diarahkan bisa meningkatkan kesehatan manusia dan di sisi lain bisa jadi substitusi impor,” ujar Menteri Riset dan Teknologi/Kepala BRIN Bambang Brodjonegoro pada diskusi webinar ‘Alternatif Terapi COVID-19 dengan Mesenkimal Sel Punca dan Eksosom: Bukti Klinis Bicara’, Jumat (5/2), seperti disimak GPR News.
Menteri Bambang mengaku telah banyak mendengar orang Indonesia yang menjalankan terapi sel punca di luar negeri. Padahal ternyata skema terapi ini juga sudah dikembangkan di Indonesia buat berbagai penyakit. “Dengan adanya Covid ini kesempatan bagi kita untuk meningkatkan kapasitas dan riset stem cell, sehingga nantinya terapi ini menjadi tuan rumah di dalam negeri.”
Terapi mesenchymal stem cell yang dikembangkan oleh Prof Ismail Hadisoebroto Dilogo dari Universitas Indonesia (UI) saat ini sudah memasuki tahap uji klinis tahap pertama, dan telah diajukan ke Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) untuk mendapatkan izin pemanfaatan.
Dari beberapa pengujian, menunjukkan bahwa perempuan berumur 60 tahun diberikan terapi sel punca dan sembuh setelah menjalani perawatan selama 12 hari. Yang lainnya, seorang anak laki-laki berusia dua tahun sembuh dari Covid-19 setelah diberikan terapi stem cell selama lima hari.
Kemenristek BRIN mengonfirmasi, dari hasil pengujian, pasien Covid-19 dengan kategori infeksi berat dan kritis yang mendapatkan terapi mesenchymal stem cell (MSC) tersebut 2,5 kali survive dibanding pasien yang tidak diterapi MSC.
“Kami berharap lewat uji klinis dari BPOM nanti terapi stem cell benar-benar terbukti dapat meringankan mereka yang terpapar Covid dalam kondisi berat. Dengan demikian dapat melengkapi terapi plasma konvaselen yang saat ini sudah digunakan untuk perawatan pasien Covid,” ujar Bambang.
Konsorsium Riset dan Inovasi Kemenristek/BRIN sudah menganggarkan dana untuk penelitian sel punca mesenkimal atau mesenchymal stem cell (MSC) dan exosome untuk Covid-19 di beberapa Univeristas. Diharapkan beragam riset dan inovasi ini memberikan kontribusi penting dalam penanganan Covid di tanah air.
“Saya sangat mengapresiasi kepada peneliti, dokter yang tak pernah lelah cari cara atasi Covid meski dengan keterbatasan dan kerumitan yang dihadapi untuk menangani Covid 19 dengan cara yang terbaik,” ujar Bambang yang kembali menekankan pentingnya lintas dimensi pengetahuan untuk menyelesaikan masalah Covid ini.
Bagaimana pun, lanjut Menteri Bambang, akademisi atau peneliti butuh bantuan dari pemerintah baik dari sisi motivasi maupun penggaran, termasuk juga dukungan dari dunia usaha.
Sementara itu, pemerintah terus melakukan 3T (Testing, Tracing, Treatment) sebagai upaya dalam penanganan dan penanggulangan pandemi Covid-19 yang terjadi khususnya di Indonesia. Testing dan tracing sangat penting di sektor hulu sehingga mampu mencegah penularan lebih besar.
Cara kerja MSC dan exosome
Pada dasarnya terapi ini tidaklah asing di telinga para tenaga medis di Indonesia, mesenchymal stem cell (MSC) atau yang lebih terkenal sel punca mesenkimal. Dengan julukan “obat modern” berfungsi untuk mengatasi gejala pernafasan akut (Acute Respiratory Distress Syndrome) yang disebabkan oleh virus Covid-19.
Hanik Badriyah Hidayati, dosen di Program Studi Neurology, Fakultas Kedoteran, Universitas Airlangga mengungkapan efek penting dari pemanfaatan sel punca dalam tulisannya di Journal of Anesthesia, Pain, and Intensive Care. Vol 24 Issue 6 2020.
Seperti dikutip dalam laman Unair.id, Hanik berpendapat terapi ini akan memberikan efek yang cukup signifikan dan digunakan sebagai modal untuk menyembuhkan pasien Covid-19. Ini lantaran, mesenchymal stem cell memiliki beberapa mekanisme kerja seperti anti-apoptosis, anti-inflamasi, antibakteri, antivirus dan terutama memiliki kemampuan akan memperbaiki fungsi paru.
“Sebagai anti-apoptosis, MSC mensekresikan berbagai jenis sitokin dan faktor pertumbuhan. Pada anti-inflamasi, MSC akan merangsang faktor parakrin serta memodulasi keseimbangan produksi sitokin pro dan anti-inflamasi,” tulisnya.
Selain itu, MSC meningkatkan bakteri secara langsung. Terkait infeksi Covid-19, MSC secara konstitutif akan meningkatkan aktivasi gen yang memiliki peran antivirus serta berinteraksi dengan sistem imun agar meningkatkan pembersihan virus.
Hanik melanjutkan, hal menarik dari terapi MSC adalah bisa meningkatkan fungsi paru terhadap pasien Covid-19 dengan kategori berat seperti mereka yang mengidap gejala pernapasan akut (Acute Respiratory Distress Syndrome). Peran dari terapi ini nantinya akan mengurangi kapiler paru yang bocor dan meningkatkan pembersihan cairan paru guna mengembalikan kembali fungsi organ itu.
Sel punca mesenkimal tidaklah bekerja sendiri dan secara langsung membunuh virus, melainkan memiliki fungsi sebagai immunomodulator yang menekankan produksi substansi-substansi reaktif penyebab hiperinflamasi dan mencederai jaringan paru. Selain itu, MSC memiliki efek antifibrotik yang dapat menggantikan jaringan paru yang fibrosis atau cedera akibat hiperinflamasi.
Ketua Konsorsium Sel Punca PRN Ismail Hadisoebroto Dilogo menjelaskan secara sederhana bahwa mesenchymal stem cell (MSC) memiliki fungsi untuk melakukan reparasi atau perbaikan jaringan. Sel punca tersebut diarahkan ke daerah sel yang rusak dan nantinya dapat melakukan perbaikan sel.
Doktor Spesialis Bedah Ortopedi dan Taumatologi Bambang Darwono menjelaskan cara kerja sel punca dilakukan pada pasien Covid-19 dengan kategori berat. Pengguna akan disuntikan atau diinfuskan melalui pembuluh darah vena. Stem cell akan masuk ke sirkulasi menuju jantung dan akan dipompa menuju peru dampai dengan alveolus.
Sementara exosome memiliki fungsi sebagai mediator dalam penggunaaan stem cell. Ia sangat penting bagi pertukaran protein dan material generik antara donor dengan sel yang mati di sekitarnya sehingga mendorong perbaikan sel. Selain itu, exosome harus berasal dari stem cell yang sehat.
Pengembangan ini nantinya akan memberikan efek yang sangat luar bisa bagi Indonesia terutama dalam sisi kesehatan masyarakat. Karena, selain sebagai alat penyembuh Covid-19, MSC juga bisa di manfaatkan sebagai terapi luka bakar, penyakit ginjal, jantung dan penyakit mata. (redaksi)
Foto: Antara
Baca selengkapnya Edisi 3 GPR News di: http://www.gprnews.id/books/pwyp
Atau download majalahnya di: https://k-cloud.kominfo.go.id/s/eZMc4LmAod2zRit