Dorong Perdagangan Bebas dan Adil

:


Oleh Taofiq Rauf, Sabtu, 6 Maret 2021 | 07:54 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 884


Jakarta, GPR News - Duduk di beranda Istana Merdeka, Presiden Joko widodo bersama Wakil Presiden Maruf Amin mengumumkan satu per satu nama calon menteri yang baru pada Selasa, 22 Desember 2020.   Salah satu nama yang disampaikan oleh Presiden adalah Muhammad Lutfi. Nama Lutfi disebut, setelah Tri Rismaharini, Sandiaga Uno, Budi Gunadi Sadikin, Yaqut Cholil Qoumas, dan Sakti Wahyu Trenggono. 

Ia diamanahkan menjadi Menteri Perdagangan menggantikan Agus Suparmanto. Lutfi yang mengenakan kemeja putih berbalut jaket biru dan celana panjang hitam maju dan duduk di beranda Istana setelah namanya dipanggil presiden.

“Bapak Muhammad Lutfi, sebelumnya pernah menjadi Kepala BKPM kemudian Menteri Perdagangan, kemudian Dubes RI untuk Jepang dan terakhir Dubes RI untuk AS dan sekarang akan kita berikan tugas memimpin Kementerian Perdagangan,” ujar Presiden Joko Widodo sambil menutup perkenalan calon dan mengumumkan bahwa pelantikan akan digelar keesokan harinya.

Bagi Lutfi, amanah yang diberikan oleh Presiden Jokowi terhadapnya memang sempat mengejutkan. Baru empat bulan Lutfi berada di Washington DC sejak 14 September untuk mengisi jabatan orang nomor satu di kantor Kedutaan Besar RI di ibu kota Amerika Serikat tersebut.

Lutfi tak menyangka sebuah panggilan telepon dari Presiden Jokowi di suatu siang telah membuatnya tak lagi kembali ke Washington sebagai seorang duta besar. Perjalanan karier Muhammad Lutfi kembali berubah. Ada tugas besar yang diamanahkan oleh Presiden ke Lutfi untuk segera dilaksanakan yakni menjadi komando utama di lini perdagangan tanah air.

Ini adalah kali ketiga suami dari mantan model Bianca Adinegoro tersebut didapuk sebagai menteri atau setingkat menteri. Posisi orang nomor satu di sebuah kementerian pernah ia rasakan pada masa pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. Menjelang akhir masa pemerintahannya, pada 14 Februari 2014, Presiden Keenam RI itu melantik Lutfi sebagai Menteri Perdagangan pada Kabinet Indonesia Bersatu II.

Lutfi sebelumnya juga pernah menjabat sebagai kepala BKPM baru pada 2005. Ketika itu Lutfi masih berusia 36 tahun dan menjadi kepala BKPM termuda dalam sepanjang sejarah di Indonesia. Pria kelahiran Jakarta, 16 Agustus 1961 ini menggantikan Gita Wirjawan yang mengundurkan diri karena mengikuti konvensi calon presiden 2014-2019.

Kepada GPR News, Lutfi menceritakan momen-momen bagaimana ia dihubungi Presiden ketika kebetulan sedang di dinas di Jakarta. "Saya kebetulan memang baru sampai di Jakarta karena ada pertemuan saat itu. Jadi agak mengejutkan memang ketika dihubungi oleh Presiden Joko Widodo mengenai mandat yang baru ini," ujar Lutfi. 

Namun yang pasti, kata Lutfi, sebagai warga negara yang baik ia harus selalu siap ketika mendapat perintah atau tugas. "Kita semua rakyat Indonesia harus selalu siap ketika mendapatkan perintah dan tugas dari negara," kata Lutfi menambahkan.

Presiden Joko Widodo tak salah menjatuhkan pilihan kepada pria sarat prestasi ini. Semasa memimpin Badan Koordinasi Penanaman Modal pada 2005-2009 , ia mampu membawa Indonesia masuk dalam daftar 25 negara di dunia paling diminati untuk berinvestasi. Ketika menjabat mendag era SBY, Indonesia diakui oleh Organisasi Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD) sebagai negara berkembang terbaik.

Kemudian ketika menjabat Dubes RI di AS, Lutfi adalah salah satu tokoh kunci keberhasilan Indonesia mendapatkan dana segar dari Negeri Pam Sam senilai 5 miliar dolar AS atau Rp71 triliun dalam kurs Rp14.200 per dolar. Dana segar dari United States International Development Finance Corporation (US IDFC) itu diperuntukkan bagi kepentingan Sovereign Wealth Fund (SWF), sebuah skema investasi baru yang dibangun pemerintah untuk mendanai beragam proyek infrastruktur di tanah air. 

Mawas diri

Anak pasangan Firdaus Wadjdi dan Suhartini tersebut sejak kecil dididik kedua orang tuanya agar selalu siap jika diberikan amanah dan ia pegang teguh hingga sekarang. Lutfi merasa bangga, terhormat, dan beruntung setiap kali mendapatkan mandat tugas kenegaraan.  "Karena artinya kita dipercaya dan dianggap mampu," tuturnya.

Namun pada saat yang sama, jelas Lutfi, setiap penugasan tersebut juga membuatnya semakin mawas diri, meningkatkan self-awareness untuk mengevaluasi apa yang telah dikerjakan "Apakah kita mampu atau tidak, siap atau tidak. Ini perlu kejujuran penuh," kata mantan dubes RI untuk Jepang periode 2010-2013 ini.

Masa sebagai menteri perdagangan di era 2014 dengan sekarang ini, menurutnya, pasti tidak sama karena beda zaman, dinamika, serta sudah tentu beda pemimpin. Namun ia menyebut meski berbeda dalam banyak hal, tujuan utamanya tetap sama yaitu membuat Indonesia semakin tumbuh, kian berperan dalam perkembangan dunia, dan dihormati oleh dunia.

"Saya meyakini globalisasi era sekarang ini sudah jauh berubah dan terus berevolusi dengan cepat. Lebih cepat dan lebih jauh dari kemampuan kita manusia untuk mengerti, mengantisipasi, merencanakan, apalagi menguasai. Ini perbedaan fundamental yang membedakan globalisasi zaman sekarang dengan era sebelumnya. Yang saya maksud kita dalam hal ini adalah sebagai pemerintah negara manapun di dunia,"  tuturnya mengenai tantangan ke depan.

Pada masa pandemi Covid-19 seperti sekarang ini, menurut Lutfi, yang dibutuhkan oleh Indonesia adalah solusi dan kolaborasi dari semua negara untuk mengatasi permasalahan dari dampak virus yang telah menjangkiti lebih dari 100 juta warga dunia tersebut. Akan tetapi, lulusan Purdue University, Indiana, Amerika Serikat ini menilai bahwa dunia justru kurang bersatu menghadapi virus Covid-19. Ia beralasan, hal itu terjadi karena masih banyak sekat kepentingan yang membatasi apakah itu kepentingan ekonomi, perdagangan, pertahanan dari setiap negara.

Menurutnya, solusi terbaik adalah menyamakan kesadaran, pemahaman, dan pendekatan antara Indonesia dengan seluruh negara khususnya bersama para mitra dagang bahwa globalisasi berdasarkan kompetisi perlu segera dikoreksi dengan memperbanyak kolaborasi.

"Sekarang ini, khususnya dalam memerangi Covid-19 butuh kolaborasi yang ukuran dan tujuan utamanya harus kemanusiaan. Bukan perdagangan, pertahanan, atau yang lainnya. Menempatkan kepentingan kita semua sebagai manusia sesama makhluk ciptaan Tuhan ujungnya pasti bisa menciptakan kolaborasi berdasarkan tujuan bersama. Dan bukan sekadar kepentingan bersama yang sesaat," kata menteri yang pernah mendapat predikat  Pemimpin Muda Berpengaruh pada The World Economic Forum's Young Global Leaders tahun 2008 tersebut.

Perdagangan adil

Lutfi menampik anggapan bahwa isu impor begitu mendominasi aktivitas perdagangan Indonesia dengan negara-negara lain. Menurutnya, kegiatan ekspor dan impor merupakan bagian dari globalisasi dan sudah tidak zamannya lagi untuk menghindari hal tersebut. Pasalnya, aktivitas ekspor-impor yang dilakukan Indonesia adalah salah satu bagian dari perdagangan bebas dunia dan tidak semua komoditas tersebut ikut diatur oleh pemerintah.

Lutfi menilai, pemerintah sebatas sebagai pengawas, pelindung dan pendamping masyarakat untuk memastikan keadilan. Kehadiran pemerintah juga untuk memastikan bahwa dampak dari perdagangan internasional tidak berefek negatif kepada masyarakat dan perekonomian nasional secara umum.

"Artinya kita tidak bisa serta merta menghakimi bahwa semua impor harus dilarang karena itu membuktikan kelemahan kita. Karena kita tidak mau juga negara lain melakukan yang sama dengan melarang ekspor produksi Indonesia masuk ke negaranya," kata salah satu pendiri Masyarakat Ekonomi Syariah ini.

Ia mengaku sebagai menteri perdagangan lebih suka mengelola iklim perdagangan yang konservatif, yaitu bebas dan adil serta alami, kadang surplus dan kadang defisit.  "Mempertahankan kondisi surplus atau defisit dengan cara-cara yang tidak alami dan fair pada akhirnya akan menjadi bumerang karena setiap negara punya hak dan kewajiban yang sama dalam menjaga perdagangan dunia yang bebas dan adil," kata Lutfi mengungkapkan alasannya.

Menurut Lutfi, saat ini kementerian yang ia pimpin sedang mempersiapkan strategi komprehensif, khususnya dalam mendorong peningkatan ekspor dari sektor usaha mikro, kecil, menengah (UMKM) dengan pendekatan proaktif, kolaboratif dan kreatif untuk bisa membuka peluang-peluang pasar ekspor baru bagi komoditas-komoditas nonmigas bernilai tinggi. Ia mencontohkan peluang ekspor sarang burung walet yang perlu didukung pemerintah karena para pelaku usahanya banyak berasal dari sektor UMKM.

Kutipan: “M Lutfi sedang persiapkan strategi komprehensif dorong peningkatan ekspor UMKM dengan pendekatan proaktif, kolaboratif, dan kreatif.”

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor sarang burung walet telah mencetak angka ekspor senilai USD276,58 juta (Rp3,92 triliun) pada rentang Januari-September 2020. Volume ekspor sebesar itu meningkat 34,45 persen dibandingkan periode sama di 2019. Pada masa Januari-September 2019 pencapaian ekspornya adalah sebesar USD205,71 juta (Rp2,92 triliun).

Peningkatan ekspor sarang burung walet itu juga terjadi selama kurun waktu lima tahun sebelumnya atau periode 2015-2019 yakni sebesar 34,94 persen. Indonesia merupakan penguasa ekspor sarang burung walet dunia dengan kontribusi pada 2019 mencapai 48,16 persen dari total ekspor dunia.  

Sektor perdagangan bukan barang baru baginya. Sebelum masuk pemerintahan, ia telah lebih dulu dikenal sebagai pengusaha muda sukses. Bakat bisnisnya diturunkan dari sang ayah yang tak lain adalah pengusaha perkapalan dan ketua umum Asosiasi Pengusaha Pelayaran Niaga Indonesia (INSA) periode 1998-2002 sekaligus aktivis Angkatan 1966 bersama Akbar Tanjung, Fahmi Idris, dan Sofjan Wanandi.

Lutfi yang melaporkan harta kekayaannya sebagai penyelenggara negara kepada Komisi Pemberantasan Korupsi pada 2014 sebesar Rp123,5 miliar ini adalah salah satu pemilik kelompok bisnis Mahaka Group yang ia dirikan bersama sahabatnya Erick Thohir. "Dengan Erick Thohir kami mendirikan Mahaka Group yang saat ini alhamdullilah terus tumbuh dan berkembang menjadi grup usaha nasional yang cukup disegani dan menjadi pilihan generasi milenial. Itu yang paling saya banggakan dan syukuri," kata pria murah senyum ini. 

Ia juga pernah menjadi ketua umum Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) periode 2001-2004. Usai tak lagi menjabat sebagai orang nomor satu di HIPMI, posisinya digantikan oleh Sandiaga Salahuddin Uno, salah satu sahabatnya. Dan kini ketiganya bersatu layaknya Three Muskeeters, bersama-sama membantu Presiden Joko Widodo di pemerintahan untuk masa empat tahun ke depan hingga 2024. (Redaksi)

Foto: Biro Humas Kemendag

Baca rubrik lainnya di Majalah GPR News di:

https://komin.fo/AnginSegarBansos

atau download versi lengkapnya di:

https://komin.fo/anginsegarbansos