:
Oleh Taofiq Rauf, Kamis, 11 Februari 2021 | 16:36 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 1K
Jakarta, GPR News - Bergerak cepat. Itulah yang dilakukan pemerintah untuk masyarakat saat kondisi sulit seperti ini. Tak butuh waktu lama, Bantuan Sosial (Bansos) COVID-19 2021 mengucur. Awal Januari, dana segar itu langsung disalurkan buat mereka yang membutuhkan.
Bantuan yang diberikan antara lain Bansos tunai dan sembako masing-masing sebesar Rp300 ribu dan Rp200 ribu perbulan. Ada pula bantuan Program Keluarga Harapan (PKH)serta bantuan subsidi listrik.
Dengan monitoring dan evaluasi yang terus dilakukan, bantuan disalurkan cepat dan tepat ke penerima melalui transfer rekening atau lewat petugas pos. Tidak ada lagi Bansos yang diberikan dengan mengumpulkan warga atau dalam bentuk makanan seperti sebelumnya. Hal itu sebagai upaya mencegah dan memutus penyebaran virus COVID-19, disamping menjaga distribusi berjalan transparan dan akuntabel.
Penyaluran bantuan dengan cepat dan tepat bukan tanpa alasan. Hingga kini dampak pandemi masih belum reda. Ekonomi belum sepenuhnya berjalan normal. Pemutusan hubungan kerja masih mengancam. Tanpa intervensi, maka dikhawatirkan keadaaan makin kritis.
Kementerian Keuangan mencatat bahwa kucuran dana perlindungan sosial dalam program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) berhasil menekan tingkat kemiskinan akibat pademi COVID-a9. Berdasarkan hasil studi, lewat beragam program perlindungan, laju kemiskinan dapat ditahan di level 8,99 persen dari angka semestinya 10,96 persen.
Presiden Joko Widodo saat membuka secara simbolis program penyaluran Bansos pada Senin (4/1/2021) pun berharap bantuan ini dapat menjadi pemicu untuk menggerakkan ekonomi nasional. Bantuan bisa mengungkit, dan memperkuat daya beli masyarakat.
Seperti kita ketahui bahwa konsumsi rumah tangga menjadi sumbangsih utama dalam struktur pertumbuhan ekonomi nasional. Nilainya mencapai lebih dari 50 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Jika tingkat konsumsi anjlok, secara otomatis angka pertumbuhan juga akan merosot.
Inilah mengapa pemerintah ingin agar anggaran yang dikucurkan benar-benar menjadi pendorong pergerakan ekonomi. Agar masyarakat dapat memenuhi kebutuhan dasarnya meski masih di tengah pandemik sekaligus memicu perputaran uang. Ibarat sebuah mesin mobil, maka dana bansos ini menjadi pelumas agar kendaraan bisa bergerak lebih cepat.
Namun yang perlu ditekankan seperti disampaikan oleh Kepala Negara, jangan sampai bantuan ini dihambat oleh potongan-potongan apapun di lapangan. Jokowi ingin agar dana segar ini dinikmati sepenuhnya oleh masyakarat.
Kemudian yang tak kalah penting adalah uang tersebut dipakai secara tepat agar efeknya benar-benar terasa. Dana bansos tidak dipakai buat membeli kebutuhan-kebutuhan tak penting seperti rokok atau bahkan minuman keras. Presiden Joko Widodo dan Mensos Tri Rismaharini pun telah memperingatkan hal ini berulangkali.
Pemerintah juga ingin memastikan agar penerima data bantuan sosial ini benar-benar sesuai sasaran. Oleh karena itu, perbaikan data terpadu kesejahteraan sosial terus dilakukan secara bertahap dengan memadankan dengan nomor induk kependudukan (NIK). Progresnya pun kini telah berjalan dengan baik. Per akhir 2020, menurut laporan Kemensos sudah 83 persen data anggota rumah tangga di DTKS yang padan dengan NIK. Lewat beragam upaya pemerintah ini, suntikan Bansos COVID-19 akan benar-benar terasa buat rakyat kecil. (GPR News/red)
Baca selengkapnya di :
https://komin.fo/AnginSegarBansos