Jurus Gorontalo Hadapi Pandemi

:


Oleh Taofiq Rauf, Sabtu, 6 Februari 2021 | 11:41 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 1K


Jakarta, GPRNEWS - Hampir setahun sudah, pandemi COVID-19 merontokkan berbagai sendi kehidupan masyarakat. Bahkan hingga perekonomian terseok melambat.

Tak terkecuali Gorontalo. Sektor ekonomi daerah ini terpuruk. Perusahaan besar hingga UMKM tak sedikit dibuat merana imbas Corona.

"Saya harus membuat bisnis baru untuk menopang bisnis yang terdahulu. Ada karyawan dan staf-staf yang bekerja di kami, dan saya harus memikirkan bagaimana caranya mereka tetap ada keberlangsungan pendapatan," ujarnya Sandy Mardjun (46), seorang pengusaha muda di bidang jasa perjalanan wisata, khususnya umroh dan haji di Kota Gorontalo. 

Sandy memutar haluan dengan membuka bisnis yang sama sekali berbeda dengan apa yang dilakoni sebelumnya. Membuka toko online melalui Whatsapp grup dengan nama “ToDepula” jadi pilihannya. Todepula sendiri merupakan bahasa Gorontalo yang berarti di dapur.

Toko online dipilihnya karena melihat peluang saat orang-orang berpikir keluar rumah akan menimbulkan banyak interaksi. Resiko terpapar virus.

Meski bisnis ini diakui Sandi keuntungan yang diperoleh tidak sebesar yang sebelumnya dirintisnya di usaha travel, namun mampu memberikan penghasilan setidaknya untuk membiayai para karyawan dan staf lainnya.

"Mungkin  cash flow tidak sebesar bisnis sebelumnya, namun cukup untuk hidup, membiayai para staf travel. Minimal mereka masih bisa menerima penghasilan perbulan, keberlangsungan hiduplah," ungkap Sandy.

Meski belum mendapatkan bantuan, Sandy merasa dukungan pemerintah selama pandemi tetap ada untuk mendukung keberlangsungan usaha barunya.

Sandy tetap optimis, ke depan para pengusaha UKM/UMKM seperti dirinya bisa tetap bertahan, tentunya dengan terus belajar menyesuaikan dengan kondisi yang dihadapi sekarang. Ia juga berharap pemerintah terutama pemerintah daerah selalu.

"Saya yakin dan percaya pemerintah tidak akan tinggal diam melihat UKM/UMKM seprti saya bertumbuh sendirian. Saya yakin pemerintah akan memberikan support dan dukungan luar biasa kepada kami" pungkas Sandy.

Ubah haluan

Senada Sandy, Risna Hasan (40), pengusaha makanan ringan berlabel Bilal Mekar Snack (BMS), mengakui pandemik COVID-19 membuat usahanya ibarat bermain roller coaster. Usaha yang masih tergolong UMKM miliknya, terjun bebas dampak hantaman wabah.

Sebelumnya, ia bisa meraup keuntungan Rp15 Juta bahkan lebih. Ini dihasilkan dalam sebulan dari makanan ringan yang dijualnya, baik yang dititip di sejumlah toko oleh-oleh maupun melalui toko kecil yang dibangunnya sendiri.

“Omzet langsung turun 80%. Karyawaan saya berhentikan selama 3 bulan. Saya hanya menghabiskan stok produk yang sudah terlanjur di produksi, karena usaha saya bergerak di bidang UMKM pangan, masa expired yang terhitung cepat. Jadi memang harus berhentikan karyawan. Sementara ritel modern yang selama ini tempat produk saya dititip juga tidak order,” jelas Risna.

Setelah beberapa bulan berlalu, Risna kemudian mulai berpikir untuk keluar dari keadaan yang sekarang. Ia mengubah kebiasaanya yang mengandalkan jualan offline dan beralih ke penjualan online.

“Saya lebih fokus banyak belajar mengubah kebiasaan. Yang tadinya produk IKM saya lebih fokus ke penjualan offline, dirubah ke penjualan online. Lebih banyak belajar aplikasi penjualan maupun aplikasi yang lain yang mendukung usaha saya, biar cepat bangkit. Dan memfokuskan pengembangan produk sesuai permintaan pasar seperti produk siap saji biar cepat laku dan usaha saya bisa cepat perputarannya

Risna mengakui saat ini penghasilan dari usahanya mulai membaik, sekitar 50 persen dari sebelum awal pandemi.

“Lumayanlah sudah ada peningkatan, sudah bisa membayar hutang yang sebelumnya. Produksi sudah mulai meningkat, pesanan secara online setiap hari ada, minimal 100 ribu,” ungkap Risna. 

Selama masa pandemi, Risna mendapatkan beberapa bantuan pemerintah setempat melalui Dinas Pariwisata Provinsi Gorontalo dan Bank Indonesia Perwakilan Gorontalo.

Dukungan lainnya dari pemerintah yaitu dengan promosi produk secara online dan pameran-pameran virtual.

“Biasa juga untuk souvenir-souvenir yang mereka beli langsung ke pelaku UMKM biar cepat laku produknya dan cepat berputar modal usahanya,” kata Risna.

Ia pun berharap pemerintah bisa menyediakan pasar untuk mereka sesuai produk yang dihasilkan. Hal ini karena mereka memiliki bahan baku di daerah yang cukup, namun  pasar untuk penjualan belum maksimal. Menurutnya, pandemik tidak akan menjadi masalah jika itu bisa diatasi.

Jurus Gorontalo pulihkan kondisi

Dewi Biahimo (43), seorang District facilitator project Nslic/Nselred yang membina Komunitas Segala Sagela, gabungan IKM/UMKM yang membuat olahan pangan dari ikan sagela menyatakan, kondisi awal yang dialami pelaku UMKM binaan, adalah kehilangan pendapatan dari 70-90 persen, hingga 100 persen serta memberhentikan karyawan produksi.

“Gorontalo mengalami dua kali PSBB, sementara ada beberapa UKM yang pasar mereka lebih banyak di luar daerah, sehingga pengiriman sulit dilakukan,” kata Dewi seraya menambahkan jika produk mereka ini adalah pangan yang punya masa expired.

Namun kondisi perlahan membaik. Memasuki bulan Juni 2020, aktifitas UMKM ini mulai menerima pesanan lagi. Ada juga yang “banting stir” untuk menjual masker. Ini menjadikan pihak project Nslic/Nselred mulai untuk memberikan pelatihan per grup secara langsung.

“Kita membiasakan mereka dengan platform-platform online untuk jualan. Bagaimana membuat whatsapp marketing, facebook marketing, google bisnis, terus menghitung kembali HPP dari produk-produk mereka,” ujar Dewi.

Di Gorontalo saat ini juga mulai bermunculan usaha-usaha masyarakat yang bergerak di bidang pertanian khususnya hidroponik. Banyak yang mulai menggeluti usaha ini dalam skala kecil.

Untuk membangkitkan kembali usaha pelaku IKM/UKM/UMKM, Pemerintah Provinsi Gorontalo melalui Dinas Koperasi, UMKM, Perindustrian dan Perdagangan mengalokasikan anggaran untuk bantuan program Stimulus Pemulihan Ekonomi Daerah (SPEDA) sebesar Rp3,5 miliar. Anggaran itu disalurkan ke 2.270 UMKM di tiga kabupaten, yakni Kabupaten Gorontalo Utara, Boalemo, dan Pohuwato.

Selain itu, Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Provinsi Gorontalo juga memberikan bantuan kepada 28 Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) olahan pangan, kerajinan, fashion, serta UMKM klaster ketahanan pangan dengan total Rp1,273 miliar.

Pemprov Gorontalo telah menerapkan beberapa strategi pemulihan ekonomi di antaranya dengan mengakselerasi penyaluran dana APBN yang hingga Triwulan III 2020 mencapai Rp2,5 triliun, APBD Provinsi Gorontalo Rp1,1 triliun, dan APBD kabupaten/kota sebesar Rp3,5 triliun. Selain itu, perbankan di Gorontalo juga lebih aktif menyalurkan kredit untuk program UMKM yang nominalnya mencapai Rp530 miliar (sumber website Humas Gorontalo Prov)

Sejak awal pandemi COVID-19 mewabah di Gorontalo, Pemprov telah melakukan realokasi anggaran yang salah satunya difokuskan untuk stimulus ekonomi bagi UMKM. Langkah ini sebagai upaya pemerintah untuk menjaga agar sektor UMKM dapat terus bertahan di tengah pandemi yang telah mengakibatkan terpuruknya kondisi perekonomian daerah dan nasional. (Asriani/Redaksi)

Baca rubriknya lain di :

https://komin.fo/vaksinasicovid-19