:
Jakarta, InfoPublik - Direktur Jenderal Kebudayaan Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek), Hilmar Farid, menyampaikan momen Indonesia presidensi G20, Kemendikbudristek mengambil inisiatif berupaya melakukan langkah konsolidasi melalui SOM G20 Culture.
Tujuannya untuk menciptakan platform agar praktek kesadaran terhadap kelestarian lingkungan bisa mendapat dukungan secara global.
Demikian disampaikan Hilmar selaku Koordinator Pertemuan Tingkat Menteri Kebudayaan G20 dalam diskusi online bertema "Kebudayaan untuk Bumi Lestari” yang digelar Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) pada Kamis, (11/8/22).
"Dalam SOM (Senior Official Meetings) G20 ini harus ada skema pembiyaan. Sehingga apa, praktek-praktek yang bagus itu bisa dipertemukan dalam satu skema pendanaan. Sehingga dia kemudian betul-betul menjadi gerakan yang solid gitu," ujarnya.
"Itu sebetulnya inti pertemuan ya di SOM G20 ini. Jadi kesepakatan mengenai dua hal. Kalo yang pertama semua kayaknya setuju. Harus ada perubahan dalam cara kita hidup," sambungnya.
Namun saat ini tantangannya, Hilmar menambahkan, adalah soal mempertajam pembahasan terkait mekanisme dan skema pembiayaan dari global fund terhadap praktek-praktek atau filosofi hidup itu agar berjalan efektif.
"Tinggal sekarang tantangan kita masih diskusi bagaimana mekanismenya. Sebap yang namanya global fund ini untuk membiayai semua praktek-praktek agar bisa berjalan dengan efektif," imbuhnya.
"Kurang lebih filosofinya gini deh. Mengambil itu secukupnya. Dengan begitu kita bisa menjaga kelestarian tapi orang gak kurang makan gitu," kata Hilmar.
Menariknya, Hilmar menjelaskan, praktek-praktek seperti ini tidak hanya ada di Indonesia tapi juga di berbagai negara-negara lain di dunia. Hilmar menegaskan filosofi atau cara hidup yang bersumber dari lokal wisdom ini bertebaran di mana-mana.
"Bahkan kita lihat, bukan hanya dipraktekan di pedesaaan, tapi juga di perkotaan dengan menerapkan sistem pertanian urban farming dan sebagainya," katanya.
Anak Muda Jadi Gerakan
Pada forum yang sama, Maudy Ayunda selaku Tim Juru Bicara G20 mengatakan, hampir 50 persen penduduk Indonesia merupakan anak-anak muda. Dari total tersebut, hampir 80 persen memiliki kepedulian terhadap kelestarian lingkungan dan perubahan iklim.
Menurut Maudy, dengan total populasi yang besar dan kepedulian yang tinggi terhadap perubahan iklim dan kelestarian lingkungan, anak muda dapat menjadi motor dalam gerakan ini.
"Saya melihat generasi muda itu bisa menjadi motor yang sangat kencang gitu ya dalam gerakan ini," ujarnya di sela-sela mengajukan pertanyaan pada Dirjen Kebudayaan Kemendikbudristek, Hilmar Farid.
Akhir-akhir ini, Maudy bercerita, dirinya aktif di beberapa gerakan terkait perubahan iklim dan kelestarian lingkungan.
Menurutnya, banyak cara dan jalur agar generasi muda dapat berkontribusi dalam mengatasi masalah perubahaan iklim dan ikut andil dalam melestarikan lingkungan.
Sebagai informasi, guna mengangkat semangat dan kebanggaan atas kekayaan budaya serta tantangannya, Kemendikbudristek telah melaksanakan pertemuan pertama pejabat tinggi G20 di bidang kebudayaan atau SOM G20 Culture pada 22 April 2022.
Sedikitnya ada 5 isu utama yang dibahas dalam pertemuan tersebut, salah satunya mengenai peran budaya sebagai pendorong kehidupan berkelanjutan.
Selain SOM G20, Kemendikbudristek pada 13 September, juga akan melaksanakan pertemuan menteri-menteri bidang kebudayaan di kawasan percandian Borobudur, Magelang, Jawa Tengah.
Dalam memeriahkan acara ini, Kemendikbudristek akan menyelenggarakan serangkaian kegiatan, antara lain presidensi G20, kirab budaya, rapat raksasa, orkestra G20, dan ruwatan bumi.
Kirab budaya dan rapat raksasa rencananya dihadiri sekitar 2.000 pelaku budaya, masyarakat adat, dan komunitas budaya sedangkan orkestra G20 akan melibatkan musisi dari negara-negara G20.
Kegiatan FMB9 juga bisa diikuti secara langsung di kanal youtube FMB9ID_IKP. (*)