:
“Kalau bisa besok, kenapa harus sekarang?”.
Siapa nih dari pembaca yang memiliki motto ini? Suka menunda-nunda melakukan pekerjaan atau tugas. Akhirnya menumpuk dan ujung-ujungnya bikin tak tenang.
Kita mungkin pernah merasakan rasa malas berkepanjangan yang mengakibatkan tugas menumpuk. Akhirnya, mengerjakan tugas saat sudah mepet dengan tenggat.
Kita juga pernah merasa kalau tugas tak ada habisnya, belum selesai tugas A, sudah ditambah tugas baru. Berujung merasa lelah, dan berakhir dengan tugas yang tidak selesai.
Anda termasuk tipe orang yang lebih suka mengerjakan tugas yang dicicil sedari lama atau tipe orang yang mengerjakan tugas kalau sudah dekat tenggatnya?
Menunda tugas itu tidak baik, apalagi kalau sudah dilakukan terus-menerus. Dalam psikologi, kebiasaan ini bisa disebut sebagai prokrastinasi.
Ada yang pernah mendengar istilah prokrastinasi? Kenapa bisa sering terjadi pada diri kita? Apa bahaya prokrastinasi kalau terus dilakukan? Yuk simak penjelasannya.
Apa itu prokrastinasi?
Merujuk pada pengertian dari tokoh Brown dan Holzman, prokrastinasi adalah kecenderungan menunda-nunda dalam menyelesaikan tugas atau pekerjaan. Jadi saat kita memiliki tugas yang menumpuk, namun masih sering menunda dan menumpuk tugas, sebenarnya saat itu kita sedang melakukan prokrastinasi.
Biasanya salah satu alasan yang paling sering muncul adalah mood yang sedang buruk dalam mengerjakan tugas. Hal ini selaras dengan riset dari Fakultas Psikologi Universitas Carleton dan Sheffield pada 2016, bahwa Prokrastinasi bukan hanya soal bagaimana mengatur waktu, melainkan juga bagaimana cara mengelola mood.
Contohnya, saat sedang merasa bosan, atau mendapatkan tugas sulit yang membuat anda cemas ataupun bad mood, untuk mengatasi itu anda butuh pelarian yang bisa menyegarkan pikiran sejenak. Seseorang yang menunda-nunda juga bisa disebabkan karena kewalahan dan tidak menikmati prosesnya. Mereka merasa bahwa tugas adalah suatu beban yang sangat sulit untuk dikerjakan.
Jika dicari tahu lebih dalam, kata prokrastinasi itu berasal dari Bahasa Latin yang dibagi menjadi dua suku kata, yaitu “pro” yang berarti maju dan “crastinus” yang artinya besok, jadi dalam Bahasa Latin, Prokrastinasi mempunyai arti “melakukan besok”
Mengapa prokrastinasi bisa muncul?
Menurut seorang psikolog bernama Dr. Joseph Ferarri yang meneliti prokrastinasi, salah satu alasan kenapa kita sering melakukan prokrastinasi adalah karena sudah menjadi gaya hidup.
Kita tahu kalau prokrastinasi itu tidak baik, tapi masih sering dilakukan. Hal tersebut dapat disebabkan karena kebiasaan sehari-hari yang sudah tertanam dalam diri kita. Kebiasaan itu pasti sulit untuk diubah. Namun, asalkan ada kemauan, pasti bisa!
Bahaya apa yang ditimbulkan prokrastinasi?
Kebiasaan menunda melakukan tugas akan berakibat buruk bagi kesehatan. Seseorang yang belum mengerjakan tugas yang diberikan kepadanya akan merasa tidak nyaman dan diliputi kecemasan.
Berdasarkan riset yang dilakukan oleh Sirois, prokrastinasi dapat juga menimbulkan penyakit hipertensi dan kardiovaskular. Untuk itu penting untuk meninggalkan kebiasaan prokrastinasi secara bertahap agar kesehatan tidak terganggu.
Berikut adalah beberapa langkah untuk menghentikan prokrastinasi
1. Langkah awal dimulai dengan tidak mencari-cari alasan menunda tugas.
“Aduh nanti aja, masih banyak juga yang belum mengerjakan”
“Masih minggu depan deadline-nya, besok saja mengerjakannya”
Kalimat diatas menjadi alasan yang paling sering datang saat akan mengerjakan tugas. Ayo, kita stop dan buang jauh-jauh pikiran itu dan mulai mengerjakan tugas sedikit demi sedikit, walaupun sedikit nanti lama lama akan menjadi bukit.
2. Perlunya mengapresiasi diri.
Apresiasi diri masih jarang diterapkan, padahal hal ini penting sebagai bentuk penghargaan pada diri sendiri. Setelah anda berkomitmen untuk berhenti menunda tugas, jangan lupa untuk apresiasi diri anda! Kita bisa melakukan self reward dengan cara yang sederhana, contohnya kamu punya keinginan untuk minum eskrim, jadi kamu bisa menargetkan kalau selesai tugas A, kamu bisa makan eskrim.
Yuk, hidup lebih sehat dan bahagia dengan stop prokrastinasi. Semuanya dimulai dari sekarang dan dari diri sendiri!
Penulis: Raisa Adelia, mahasiswi Fakultas Psikologi UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Foto: Antara