:
Oleh Wawan Budiyanto, Sabtu, 14 Agustus 2021 | 09:52 WIB - Redaktur: Wawan Budiyanto - 4K
Jakarta, InfoPublik - Saban kali bangsa Indonesia akan merayakan hari ulang tahun kemerdekaan, Sang Putra Fajar seakan-akan selalu hadir mengingatkan agar jangan sekali-kali meninggalkan sejarah: bagaimana kemerdekaan ini diproklamasikan, bagaimana negara ini didirikan, dan bagaimana bangsa ini dipersatukan.
Persatuan Indonesia sebagai negara-bangsa, apabila dilihat dari luar, sebenarnya tidak masuk akal. Rohaniwan Franz Magnis-Suseno pernah mengatakan hal itu lewat artikelnya di Majalah Basis (2015) ketika mengurai persoalan stabilitas dan nasionalisme Indonesia.
Faktanya bangsa ini bersatu selama 76 tahun sejak naskah proklamasi kemerdekaan dibacakan pada hari Jumat, tanggal 17 Agustus 1945 yang lalu. Persatuan, jika digambarkan dalam angka, nampak seperti ini: 17.504 pulau besar-kecil, 633 suku dengan 718 bahasa daerah, 34 provinsi, 416 kabupaten, 98 kota, dengan 270,20 juta jiwa penduduk.
Dahulu
Lebih lanjut, romo Magnis menunjukkan, imajinasi negara-bangsa sudah dinyatakan dengan meyakinkan bahkan sejak 17 tahun sebelum Proklamasi Kemerdekaan. Tepatnya saat para pemuda dari seluruh Nusantara yang pada hari Minggu, tanggal 28 Oktober 1928, bersumpah bertanah air satu, berbangsa satu, berbahasa satu: Indonesia.
Konsensusnya jelas dan nyata, bahwa dengan Sumpah Pemuda 1928, orang tidak lagi dibedakan dan diperlakukan menurut suku, agama, ras, dan antargolongan. Hasrat itu secara cerdik diwujudkan Ir. Soekarno ke dalam Pancasila, dengan mengutip pandangan Ernest Renan (1823-1892) dan Otto Bauer (1881-1938).
Dikatakan bahwa syarat adanya bangsa adalah kehendak untuk bersatu, le desir d’être ensemble. Satu bangsa adalah satu jiwa, satu semangat, une nation est une âme, un principe spirituel. Oleh karena itu, sebuah bangsa adalah sebuah kesetiakawanan yang amat kuat, dibentuk oleh perasaan, pengorbanan, dan perjuangan.
Negara-bangsa adalah komunitas karakter yang tumbuh dari komunitas pengalaman. Perihal pengalaman kebangsaan ini mengasumsikan masa lalu yang disimpulkan di masa sekarang berdasarkan fakta konsensus nyata: persetujuan yang dinyatakan dengan jelas untuk terus hidup bersama dalam naungan Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Sekarang
Bangsa Indonesia sedang menulis sejarah dalam bayang-bayang pandemi virus korona. Faktanya 510 kabupaten kota terdampak. Statistik sebaran virus korona dari situs daring Satuan Tugas Penanganan Covid-19 mendata per 13 Agustus 2021 terdapat 400.129 kasus aktif. Angka kematian mencapai 115.096 jiwa, bahkan, gerakan komunitas LaporCovid19 mencatat diantaranya terdapat 1.834 pusara tenaga kesehatan.
Bahaya pandemi sesungguhnya kematian. Namun seolah-olah, dalam perbincangan keseharian, baik di dunia nyata maupun maya, kematian akibat virus korona ditampik kebenarannya. Vaksinasi dihindari. Masker di bawah hidung, kalau perlu cukup di dagu saja.
Umumnya mengatakan virus korona hanya seperti flu biasa yang bisa sembuh dengan sendirinya. Barangkali, pandangan itu diakibatkan karena sebagian masyarakat umum ini lebih terjamah hoaks dibandingkan informasi yang menyehatkan lahir dan batin.
Padahal rumus kebal hoaks itu sederhana. Usman Kansong, Direktur Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika mengatakan, rumus sederhana membedakan narasi hoaks yakni masyarakat patut waspada terhadap konten yang terdengar terlalu bagus untuk menjadi benar (too good to be true) atau terlalu buruk untuk menjadi benar (too bad to be true).
Kementerian Komunikasi dan Informatika, per 13 Agustus 2021 mencatatkan sebaran hoaks vaksin Covid-19 mencapai 292 isu hoaks. Ada yang menyoalkan kekebalan komunal, vaksin mengandung chip yang dikaitkan dengan sinyal 5G, hingga pandemi virus korona adalah rekayasa konspirasi pemerintah dunia.
Pemerintah tidak tinggal diam. Presiden Joko Widodo tercatat sebagai penerima pertama suntikan vaksin Covid-19 di Istana Kepresidenan Jakarta, pada hari Rabu, tanggal 13 Januari 2021. Vaksinasi untuk kalangan anak remaja 12-17 tahun terus digenjot sejak 1 Juli 2021.
Pencegahan dan penanggulangan Covid-19 digelar setiap hari untuk mengurangi risiko kematian. Per 13 Agustus 2021, warga Indonesia penerima dua kali suntikan vaksin korona mencapai 27,2 juta orang. Sementara, jumlah warga yang disuntik dosis pertama mencapai 53,2 juta orang.
Program vaksinasi nasional digencarkan dengan target dua juta dosis disuntikkan per hari selama Agustus 2021. Untuk mewujudkan kekebalan komunal terhadap virus korona, pemerintah berencana melakukan vaksinasi Covid-19 pada 208.265.720 juta warga Indonesia. Tercatat, vaksin yang telah memiliki Emergency Use Authorization dari Badan Pengawas Obat dan Makanan Republik Indonesia diantaranya Sinovac, AstraZeneca, Sinopharm, Moderna dan Pfizer.
Kementerian Komunikasi dan Informatika juga mengoptimalkan pemanfaatan aplikasi PeduliLindungi sebagai gawai pendukung 3T: testing, tracing, treatment. Melalui aplikasi ini, masyarakat juga didorong untuk menjalani perilaku hidup bersih dan sehat melalui protokol kesehatan, yaitu 5M: memakai masker, mencuci tangan pakai sabun dan air mengalir, menjaga jarak, menjauhi kerumunan, dan membatasi mobilisasi dan interaksi.
Esok
Yang diwariskan Soekarno adalah negara-bangsa. Kehendak untuk bersatu, untuk terus hidup bersama sebagai rakyat Indonesia, harus digerakkan bersama-sama sebagai satu bangsa. Pandemi virus korona adalah cukilan sejarah resiliensi agar Indonesia tetap tangguh dan terus tumbuh.
Gerakan bangkit ini tercermin di semua lini kehidupan rakyat Indonesia, yang hanya dapat terjadi jika seluruh masyarakat bekerja bersama. Negara bekerja keras dan hadir untuk rakyatnya, dan rakyat bergerak bersama untuk masa depan bangsa.
Semua terjadi karena pengorbanan orang-orang tangguh, komunitas, dan aneka lembaga negara yang berjuang agar Indonesia lolos dari krisis dan pandemi. Proses ini masih berlangsung dan jalan masih panjang. Karena itu, rute perjuangan merdeka dari krisis dan pandemi harus terus dijalani.
Indonesia yang tumbuh adalah Indonesia yang lebih baik dalam segala aspek. Ekonomi rakyat dijaga tetap tumbuh. Masa depan anak-anak bangsa dilindungi dengan kerja-kerja ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan pembangunan demokrasi Pancasila.
Saat ini, kesehatan adalah kekuatan. Dengan kekuatan, pemerintah dan rakyat Indonesia melindungi yang sakit, lemah, miskin, terabaikan, dan terpinggirkan. Sisihkan ego, rapatkan barisan, disiplinkan protokol kesehatan demi Indonesia tangguh, Indonesia tumbuh.
Dirgahayu kemerdekaan Indonesia. Selamat ulang tahun ke-76 Republik Indonesia. Merdeka!
Jakarta, 13 Agustus 2021
Donum Theo
ASN di Direktorat Informasi dan Komunikasi Politik, Hukum, dan Kemanan, Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kementerian Komunikasi dan Informatika.