:
Oleh MC KAB AGAM, Selasa, 25 Mei 2021 | 08:59 WIB - Redaktur: Kusnadi - 1K
Oleh : Dr. Rini Agustin, SpKFR *
Sebagai sebuah nama penyakit, Osteoporosis tidak asing lagi di telinga masyarakat Indonesia. Barangkali ini diakibatkan cukup massifnya iklan produk susu atau obat terkait yang mewarnai jagad televisi di Indonesia sebagai pencegahan dan pengobatan osteoporosis. Namun, hampir dipastikan pengenalan osteoporosis sebagai penyakit masih hanya sekedar nama bagi masyarakat.
Masih banyak masyarakat yang belum memahami arti dari osteoporosis sendiri secara luas, gejala, pengobatan serta latihannya.
Banyak muncul pertanyaan di masyarakat, apakah dia mengalami osteoporosis jika merasakan nyeri pada sendi, tulang atau di ototnya?
Menjawab pertanyaan ini, saya akan mengupas secara singkat tentang osteoporosis, mudah- mudahan bisa menjawab pertanyaan pembaca selama ini.
Osteoporosis kadang baru diketahui setelah pasien mengalami gejala yang jelas seperti patah tulang. Tentu hal ini bisa menjadi masalah kedepannya, perlu pengetahuan secara dini tentang osteoporosis bagi masyarakat awam, sehingga tidak ada kata terlambat dalam proses pengobatannya.
Jadi, apakah osteoporosis itu, apa gejala, pengobatan serta adakah latihannya.
Osteoporosis adalah suatu penyakit tulang sistemik ditandai dengan rendahnya massa tulang dan kerusakan bagian terkecil dari jaringan tulang, ini bisa berakibat kepada peningkatan kerapuhan tulang dan kerentanan terhadap patah tulang
Kekuatan tulang merupakan perpaduan dari densitas tulang dan kualitas tulang. Kualitas tulang itu sendiri menunjukan arsitektur, pergantian dan akumulasi dari kerusakan dan mineralisasi tulang.
Osteoporosis didiagnosis berdasarkan pengukuran kepadatan mineral tulang (Bone mineral Density/BMD) dan kandungan mineral tulang (Bone Mineral Content/BMC) :
Osteoporosis adalah ‘silent disease’ yang sering baru diketahui setelah terjadi patah tulang.
Patah tulang diketahui dari adanya rasa sakit dan terjadinya deformitas atau kelainan bentuk pada lokasi patah. Tulang yang sering terkena adalah tulang belakang, tulang pinggul atau paha bagian atas dan tulang pergelangan tangan (tulang Radius).
Patah tulang belakang sering akibat trauma kecil berupa batuk, mengangkat atau membungkuk yang memunculkan tekanan terhadap tulang.
Nah, keadaan seperti inilah yang menimbulkan rasa nyeri dan yang menjadi penyebab pasien baru datang ke RS.
Bentuk tulang belakang berubah akibat patah, menimbulkan sesak nafas dan rasa tidak nyaman di perut akibat penyempitan rongga perut. Sementara kerusakan pada tulang pinggul dan pergelangan tangan lebih sering akibat terjatuh.
Penyebab osteoporosis
Penyebab osteoporosis berkaitan dengan hal-hal berikut :
Tidak semua orang terkena osteoporosis, orang yang mempunyai faktor resiko berikut lebih rentan mengalami osteoporosis :
Usia lanjut, perempuan, berat badan kurang, ras kaukasia dan Asia, kekurangan hormon estrogen, riwayat patah tulang sebelumnya, gaya hidup tidak aktif, konsumsi kalsium yang rendah, merokok, mengkonsumsi alkohol, dan mengkonsumsi obat-obatan seperti disampaikan sebelumnya.
Lalu untuk pencegahan penyakit Osteoporosis, apa yang bisa kita lakukan?
Aktivitas fisik sangat penting untuk kesehatan tulang, aktivitas fisik dapat mengurangi resiko patah tulang pada osteoporosis.
Hal ini berhubungan dengan meningkatkan puncak massa tulang yang dicapai selama pertumbuhan dan perkembangan, memperlambat laju kehilangan pada penuaan, dan atau dengan mengurangi risiko jatuh melalui manfaat pada kekuatan otot dan keseimbangan tubuh.
Intinya aktivitas fisik memainkan peranan penting dalam pencegahan osteoporosis primer (untuk yang memiliki risiko) dan pencegahan sekunder (untuk yang dalam pengobatan).
Latihan yang disarankan untuk osteoporosis dikategorikan menjadi dua, yaitu untuk:
1. Pasien yang berisiko mengalami osteoporosis yang memiliki satu atau lebih faktor risiko osteoporosis
2. Pasien dengan osteoporosis
Rekomendasi ACSM untuk latihan pasien dengan risiko osteoporosis:
Rekomendasi American College of Sports Medicine (ACSM) untuk latihan pasien dengan osteoporosis :
Direkomendasikan latihan intensitas sedang yang tidak menyebabkan atau memperburuk nyeri. Latihan yang melibatkan gerakan eksplosif atau high impact loading harus dihindari. Juga menghindasi latihan yang menyebabkan memutar, membungkuk atau kompresi tulang belakang.
Bila pasien berisiko untuk jatuh maka perlu ditambahkan latihan yang meningkatkan keseimbangan.
Obat-obatan diberikan setelah berkonsultasi dengan dokter seperti Kalsium, Vitamin D, terapi sulih hormon, Kalsitonin, Bifosfonat.
Tindakan lain yang perlu adalah mengkonsumsi makanan yang tinggi Kalsium seperti susu dan produk susu, berhenti merokok dan melakukan pencegahan jatuh dengan evaluasi kondisi rumah untuk memastikan lingkungan yang aman. Bila diperlukan menggunakan alat bantu jalan.-(*)
Sumber :
1. Angela BM Tulaar dkk, editor. Layanan Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Jakarta : PERDOSRI, 2013.
2. Juliet E Compston, Michael R McClung, William D Leslie. Osteoporosis. Lancet, 2019
3. Luh Karunia Wahyuni, Angela BM Tulaar, editor. Panduan Pelayanan Klinis Kedokteran Fisik dan Rehabilitasi. Jakarta : PERDOSRI, 2012.
(*) Penulis adalah Dokter Instalasi Rehabilitasi Medik RSUD Lubuk Basung
(Editor: MC Agam)