Mengenal Rumput Pinto, Tanaman Penutup Lahan Serbaguna

:


Oleh MC Kab Aceh Tengah, Sabtu, 1 Mei 2021 | 14:03 WIB - Redaktur: Kusnadi - 11K


Oleh : Fathan Muhammad Taufiq *)

Membersihkan lahan pertanian dari tumbuhan pengganggu (gulma), khususnya pada tanaman tahunan seperti Kopi, Kelapa Sawit, Karet, Kakao, Jeruk, Mangga, Rambutan dan sebagainya merupakan aktifitas dalam usaha tani yang cukup menyita waktu, tenaga dan biaya. Secara manual, pembersihan lahan pertanian dari gulma adalah dengan cara membabat atau mencangkul (menggaruk, mbesik atau menggunakan mesin pembersih lahan Cultivator. Tapi sekarang kebanyakan petani sering menggunakan “jalan pintas” yaitu menggunakan racun rumput (herbisida). Cara ini memang cukup efektif dan menghemat tenaga serta biaya, namun tanpa disadari penggunaan herbisida kimia dalam usaha pertanian secara terus menerus justru akan merugikan petani dalam jangka panjang. Penggunaan racun untuk mengendalikan gulma juga akan berdampak mematikan mikro organisme dalam tanah yang berfungsi sebagai pengurai bahan-bahan organik menjadi pupuk atau hara yang sangat dibutuhkan tanaman. Menggunakan herbisida dalam jangka panjang akan berdampak pada penurunan tingkat kesuburan dan daya dukung lahan.

Ada cara alami untuk mengendalikan gulma secara aman, mudah dan murah, yang kini mulai menjadi tren di perkebunan-perkebunan  besar di luar negeri, yaitu dengan menanam tanaman penutup lahan (forage cover). Dengan menanam tanaman penutup lahan ini, pertumbuhan gulma akan bisa dihambat dan yang jelas tidak merusak tekstur maupun struktur tanah. Di samping itu sisa-sisa tanaman penutup lahan yang sudah mati, akan mengalami penguraian (dekomposisi) dan berubah menjadi pupuk organik yang sangat bermanfaat sebagai penyedia hara bagi tanaman budidya.

Salah satu tanaman penutup lahan yang kini mulai banyak dikembangkan pada perkebunan adalah rumput Pinto (Arachis Pintoi). Tanaman menjalar yang merupakan jenis tanaman kacang-kacangan (legume) ini pertama kali ditemukan pada tahun 1954 oleh seorang ahli botani di Negara Brazil bernama Geraldo Pinto yang kemudian namanya diabadikan sebagai nama rumput ini. Tanaman ini cukup mudah tumbuh dan berkembang di daerah tropis dan sub tropis, selain bentuk tanamanya yang menarik, rumput pinto juga memiliki bunga cantik berwarna kuning, sehingga pada saat berbunga, hamparan rumput pinto ini ini seolah menjadi “lautan kuning” yang sangat indah dipandang mata.

Rumput pinto kemudian banyak digunakan sebagai tanaman penutup lahan pada lapangan golf, taman-taman kota dan belakangan mulai digunakan sebagai pengendali gulma pada usaha tani perkebunan. Seperti jenis legume lainnya, rumput pinto memiliki akar serabut yang dapat berfungsi sebagai pengikat nitrogen dari udara sehingga tanaman ini juga bisa menjadi penyuplai nitrogen bagi tanaman utama. Pertumbuhannya yang sangat cepat, juga mampu menghambat pertumbuhan gulma pada lahan pertanian, sehingga petani dapat menghemat tenaga dan biaya untuk mengendalikan gulma tanpa harus mencemari lingkungan. Kandungan protein yang cukup tinggi pada rumput pinto ini, juga membuat tanaman ini cocok sebagai pakan ternak dan ikan yang cukup potensial. Tanaman ini tumbuh merambat di permukaan tanah dengan ketinggian tidak lebih dari 10 centimeter, sehingga tidak menggangu pertumbuhan tanaman utama, bahkan sisa-sisa tanaman ini setelah mengalami dekomposisi, akan menjadi sumber nitrogen yang sangat dibutuhkan tanaman.

Di negara-negara Amerika Latin dan Eropa, tanaman ini sangat mudah ditemui di taman-taman atau areal perkebunan besar, karena memang sudah dikembangkan disana. Namun penggunaan tanaman penutup lahan ini, belum begitu populer di Indonesia. Karena memiliki bunga yang cantik, tanaman ini juga dikelompokkan sebagai tanaman hias, padahal bisa berfungsi lebih dari sekedar tanaman hias. Aplikasi rumput pinto pada perkebunan kopi di Brazil telah menunjukkan bahwa dengan menanam rumput jenis ini sebagai penutup lahan, mampu meningkatkan produktivitas kopi dan menekan biaya produksi dan pemeliharaan tanaman sampai 50 persen.

Rumput pinto juga termasuk tanaman yang cukup “bandel” dan tahan dalam berbagai kondisi cuaca, tanaman ini juga tidak akan mati karena setiap hari di injak-injak. Cara menanamnyapun sangat mudah, bisa dengan stek tanaman juga bisa menggunakan biji, namun cara stek jauh lebih mudah dan cepat. Tanaman ini juga tidak membutuhkan perawatan khusus, cukup dipangkas tiga bulan sekali dan sesekali dibersihkan dari jenis rumput lainnya.

Belajar dari referensi tentang pemanfaatan rumput pinto sebagai tanaman penutup lahan pada areal perkebunan kopi di Brazil, seorang pakar pertanian yang berasal dari Dataran Tinggi Gayo. Ir. M. Nur Gaybita, mulai memperkenalkan aplikasi tanaman penutup lahan ini pada tanaman kopi di Dataran Tinggi Gayo, Aceh sejak tiga tahun yang lalu. Berbekal 12 stek rumput pinto yang dibawanya dari Bogor, kini lahan penelitian pertanian miliknya yang berada di Desa Timang Gajah, Bener Meriah sudah dipenuhi dengan tanaman penutup lahan ini. Aplikasi rumput pinto pada tanaman kopi arabika Gayo yang di ujicobakan oleh M Nur, terbukti mampu menekan biaya perawatan dan pemeliharaan tanaman serta mampu mendongkrak produktifitas kopi. Selain bermanfaat bagi tanaman kopi, rumput yang sangat cepat pertumbuhan dan perkembangannya ini, juga merupakan pakan potensial bagi ternak ruminansia seperti kambing dan sapi, Selain itu, berdasarkan pengalaman M Nur, rumput pinto juga bisa diaplikasikan sebagai pakan ikan yang cukup disukai oleh berbagai jenis ikan air tawar seperti mujahir, nila dan ikan mas.

Setelah membuktikan sendiri manfaat rumput pinto ini, M Nur mempersilahkan para petani di Dataran Tinggi Gayo untuk mengambil bibit rumput ini di lahan miliknya untuk diaplikasikan di kebun-kebun petani di daerah ini. Karena selain mampu menekan pertumbuhan gulma pada lahan pertanaman kopi sampai 90 persen, jenis rumput ini juga sangat mendukung untuk pengembangan mix farming yang memadukan budidaya tanaman dengan peternakan dan perikanan, karena rumput ini juga bisa sebagai penyedia pakan bagi ternak dan ikan. Dari pengalamannya, satu hektar rumput pinto, mampu menjadi penyedia pakan bagi lebih 20 ekor kambing dan 0,5 hektar kolam ikan. Disamping itu, kandungan nitrogen dalam rumput pinto, juga bisa menghemat penggunaan pupuk pada tanaman.

Dataran tinggi Gayo misalnya yang memiliki potensi kebun kopi puluhan ribu hektar ini, sangat sesuai untuk mengaplikasikan tanaman penutup lahan ini, karena selain akan mampu meningkatkan produktivitas kopi, juga mampu menekan biaya produksi, sehingga pendapatan petani otomatis akan meningkat. Pada lahan-lahan kosong atau lahan marginal, rumput pinto juga bisa ditanam sebagai penyedia pakan ternak dan ikan yang sangat murah namun memiliki kandungan nutrisi protein cukup tinggi yang dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan ternak dan ikan. Begitu juga dengan taman-taman kota, bisa memanfaatkan tanaman penutup lahan ini untuk mempercantik penampilan taman, karena bunganya yang cantik sangat indah dipandang mata. Pada lahan-lahan dengan kemiringan diatas 15 persen, rumput pinto juga bisa berfungsi sebagai penahan erosi, karena mampu menutup rapat lahan, jadi tanaman ini juga bisa sebagai tanaman konservasi. Sangat cocok diaplikasikan di dataran tinggi yang rata-rata lahannya memilki kemiringan diatas 15 persen.

Tidak salah rasanya jika menyebut rumput pinto ini sebagai tanaman serbaguna, karena berbagai manfaat bisa diperoleh dari tanaman penutup lahan ini. Mulailah beralih dari penggunaan bahan-bahan kimia dan cara-cara manual dalam usaha tani, dan rumput pinto ini adalah salah satu solusi untuk membangun pertanian organik ramah lingkungan.

*) Kasie Layanan Informasi dan Media Komunikasi Publik pada Dinas Kominfo Kabupaten Aceh Tengah dan Peminat Bidang Pertanian.