Lapo Gotil Dengan Nuansa Berbagai Benda Klasik Untuk Wisatawan Toba

:


Oleh MC KAB TOBA, Rabu, 21 April 2021 | 11:49 WIB - Redaktur: Kusnadi - 935


Toba, InfoPublik - Marthin Frans Sianipar (36), sosok pemuda yang unik. Berbagai prestasi diraihnya sebagai pembalap. Tidak hanya itu, pengagum komponis terkenal Nahum Situmorang ini juga suka menulis lagu. Kini ia mendirikan Lapo Gotil, warung yang bernuansa benda-benda klasik, sebagai alternatif bagi wisatawan di Balige, Kabupaten Toba.

Pria kelahiran Balige, 19 Juni 1985 ini jatuh cinta pada dunia musik sejak kelas V SD. Kelihaiannya bermain gitar bersumber dari orang-orang sekitarnya. Ternyata, bukan sebatas mengerti musik gitar, ia juga suka menulis lagu yang berkiblat pada sosok pengarang lagu Batak, Nahum Situmorang.

Baginya, Nahum Situmorang adalah sosok penulis lagu Batak yang mampu mewakilkan perasaan mayoritas masyarakat Batak dalam untaian syair lagu. Saking tertariknya, ia banyak menghabiskan waktu mendengarkan lagu Nahum Situmorang.

Semangatnya bermain musik pun terlihat dengan kemampuannya menuliskan sejumlah lagu Batak yang beberapa kali mendapatkan tawaran dari penyanyi Batak terkenal.

Ia memilih untuk mengumpulkan syair Lagu Batak dan nada-nadanya yang kemudian hari akan ia perdengarkan bagi banyak orang. Baginya, resep menulis lagu adalah kejujuran dan ketulusan hati menerima inspirasi. Tak perlu gegabah, namun berserah seperti kertas putih yang siap ditulis.

"Setelah sekian lama perjalanan, akhirnya aku memutuskan mendirikan sebuah warung makanan. Di sini, aku sadar bahwa pengalaman selama ini adalah batu uji memutuskan pilihan hidup,” ujar Marthin Sianipar di Balige, Rabu (21/4/2021).

Di Lapo Gotil yang terletak di Kota Balige tertumpuk benda-benda klasik yang menjadi teman saat menunggu para pengunjung atau penikmat makanan datang. Di sebuah meja kayu yang dikelilingi kursi klasik, ia bercerita akan kisah hidupnya.

Sekilas tentang pria yang memiliki satu putri ini, ia awalnya mengecap pendidikan di bidang perhotelan di Jakarta sembari mengembangkan bakatnya sebagai penyanyi dan pengarang lagu Batak. Bahkan, ia juga pernah menyabet sepuluh besar pencipta lagu Batak di tingkat Nasional.

“Lagu yang saya karang pernah ikut ajang cipta lagu di tingkat nasional dan dapat sepuluh besar dalam Festival Kaya Ciptakan Lagu Batak Tingkat Nasional pada tanggal 27 Oktober 2012 di Jakarta,” lanjutnya.

Usai menyelesaikan studi di bidang perhotelan di Jakarta pada tahun 2015, pulang kampung dan tinggal di kampung halaman selama 6 bulan. Semangat menuliskan lagu pun tetap lestari. Di atas kertas binder, ia kemudian mengambil gitar dan mulai menulis lagu.

“Aku suka membuat lagu pada tahun 2012 awal, membuat tahun 2020, bahkan sampai saat ini aku juga masih menuliskan lagu-lagu Batak. Dan ini, aku senangi, bukan sebatas perbanyak lagu. Aku mau belajar lebih dalam lagi tentang budaya Batak dan moga-moga bisa menularkannya bagi generasi masa kini dan mendatang,” lanjutnya.

Walau ia seorang penyanyi, pemusik, dan pencipta lagu Batak, ia ternyata miliki bakat lain, pembalap sepeda motor. Pada tahun 2005 hingga tahun 2011, ia telah banyak menorehkan kejuaraan balap sepeda motor di tingkat kabupaten.

Tentu sebagai orang muda, ia tidak ingin dikekang. Kebebasannya berekspresi adalah harga mari baginya. Setelah menikmati kejuaraan balap sepeda motor, ia ingin juga mengasah kemampuannya sebagai usahawan.

Bibit pengusaha itu juga dimilikinya sebab ia anak seorang kontraktor. Maka, sejak 2004 hingga tahun 2010, ia bersama ayahnya bekerjasama sebagai kontraktor. Kolaborasi bersama ayahnya ternyata memengaruhi cara berpikirnya bertahan hidup sembari menjalin relasi terhadap orang lain.

Terlihat, setelah ia memutuskan mendirikan warung makanan, ia mengaku bahwa pengalaman bergaul dengan banyak orang membuat ia tak canggung lagi melayani tamu atau pengunjung yang datang.

Keputusan mendirikan warung makanan itu muncul setelah ia serius akan menikah. Rencananya untuk membangun sebuah rumah tangga akan didukung oleh pekerjaan yang menentu dan membuahkan penghasilan.

Baginya, pilihan membuka usaha adalah jalan terbaik. Sehingga, ia memutuskan dalam hatinya bahwa itulah jalan terbaik.

Walaupun membuka warung makanan, bakatnya sebagai penyanyi dan pencipta lagu tidak menjadi mati. Ia kerap menghibur pengunjung dengan sajian lagu yang ia ciptakan. Bersama gitar tuanya, ia memainkan jemarinya sambil memperdengarkan suara lembutnya yang membuat para pengunjung terpukau.

“Masih ada lagu-lagu yang belum kuperdengarkan kepada banyak orang. Suatu ketika, aku akan membuat album. Tapi sampai saat ini, aku belum temukan orang yang tepat untuk mempublish lagi itu. Bagiku, uang bukan segalanya. Maka, aku kerap juga berikan lagu dengan gratis bagi orang minta,” sambungnya.

Di warung yang ia sebut masih sederhana tersebut, ia mendapatkan banyak inspirasi dan ia berharap agar orang-orang yang datang ke warung tersebut mendapatkan inspirasi.

Memang, warung yang ia bangun tersebut jauh dari kebisingan walau berada di tengah kota. Jalan setapak untuk sampai ke warung tersebut tak membuat para pengunjung berkurang.

“Satu hal yang kita tawarkan bagi pengunjung adalah senyum dan melayani dengan jujur dan tulus. Dan inilah yang saya pelajari melalui pengalaman dalam dunia balap, cipta lagu, hingga menjadi kontraktor selama ini,” pungkasnya. (MC Toba map/rik)

Keterangan Foto: Martin Sianipar saat membuat video klip lagu ciptaannya, lagu Batak Ho do Haholanghi