Puasa, Menginspirasi Konsep Pemupukan Berimbang dan Pengairan Dalam Usaha Pertanian

:


Oleh MC Kab Aceh Tengah, Jumat, 16 April 2021 | 11:20 WIB - Redaktur: Kusnadi - 1K


Oleh : Fathan Muhammad Taufiq *)

Melalui ibadah puasa, kita dapat merasakan bagaimana kondisi fisik kita ketika kita kekurangan asupan nutrisi dan air. Kondisi yang sama juga akan dirasakan oleh tanaman, ketika tidak tercukupi asupan hara dan kebutuhan airnya, selain akan menggannggu pertumbunhannya, juga akan berdampak terhadap produktivitas tanaman. Orang yang menjalankan puasa juga akan merasakan jika tanaman yang mereka budidayakan kekuarangan hara dan air (seperti ketika dia berpuasa). Melalui puasa, kita diajarkan untuk mampu berbuat ‘adil’ kepada tanaman, dengan menyediakan hara dan air yang cukup untuk pertumbuhan dan produksi tanaman. Dengan demikian, jelas terdapat korelasi antara ibadah puasa dengan konsep pemupukan berimbang dan manajemen pengairan dalam budidaya pertanian

Salah satu pesan tersirat dari kewajiban menjalankan ibadah puasa adalah mengasah kepedulian terhadap penderitaan sesama Muslim. Dengan merasakan lapar dan haus selama seharian, orang-orang yang berpuasa menjadi tau, bahwa bagaimana penderitaan yang dirasakan oleh kaum dhuafa yang karena keadaan yang tidak mereka kehendaki, mereka harus menahan lapar dan haus bukan hanya sebulan tapi nyaris setiap hari sepanjang tahun.

Dengan merasakan haus dan lapar selama menjalankan ibadah puasa itulah, diharapkan akan menimbulkan kepekaan untuk membantu mereka yang hidupnya serba kekurangan, terutama untuk pemenuhan kebutuhan pangan harian mereka. Jika dengan ibadah puasa tersebut, kemudian sifat saling asah, asih dan asuh antara mereka yang berada dengan mereka yang papa terjalin harmonis, maka itu sebuah bukti bahwa seseorang sudah memahami dan memaknai puasa dengan benar.

Jurang pemisah antara kaya dan miskin yang selama ini merupakan sebuah kesenjangan, akan terjembatani jika orang-orang yang berpuasa benar-benar memahami arti puasa mereka. Karena logikanya, orang yang mampu jumlahnya jauh lebih banyak dibandingkan dengan mereka yang tidak mampu, dan jika mereka yang mampu itu memaknai puasa mereka dengan benar, maka mereka yang kurang mampu secara otomatis akan terbantu dan kemiskinan juga akan terkikis secara perlahan.

Tapi kalau realitanya, mereka yang berpuasa tapi kepekaan sosial mereka belum tergugah, itu lain persoalan, karena setiap orang punya pemahaman berbeda terhadap makna puasa yang mereka jalankan, tergantung kepada tingkat keimanan dan ketaqwaan seseorang.

Terlepas dari realita yang ada, tapi hakekat puasa sesungguhnya adalah memang untuk mempertajam kepekaan sosial dan kepedulian terhadap sesama, bahkan secara lebih luas lagi, ibadah puasa juga bisa dimaknai sebagai wahana untuk mengasah kepedulian bukan hanya kepada sesama manusia, tapi juga kepedulian terhadap makhluk Tuhan lainnya seperti hewan dan tumbuh-tumbuhan serta lingkungan alam. Jika kepedulian seseorang kepada sesama sudah tinggi, biasanya juga akan berdampak positif timbulnya kepedulian terhadap lingkungan.

Dengan merasakan bagaiamana menahan lapar dan haus, akan timbul kepekaan bahwa hewan-hewan piaraan seperti lembu, kambing, ayam, itik dan sebagainya juga punya “perasaan” yang sama, yaitu akan menderita jika harus menahan haus dan lapar. Memaknai puasa dengan benar, tentu akan menimbulkan kepekaan dan kepedulian terhadap hewan-hewan piaraan tersebut, sehingga kita mampu memenuhi kewajiban kita untuk memberikan makanan dan minuman yang cukup kepada mereka, karena tanpa asupan pakan yang memadai, ternak yang kita pelihara juga tidak akan tumbuh dan berkembang dengan baik seperti yang diharapkan.

Untuk memulihkan kondisi fisik setelah berpuasa seharian, biasanya orang cenderung untuk mengkonsumsi berbagai jenis pangan yang bergam dan memiliki kecukupan gizi serta air yang cukup. Itu juga bagian dari pembelajaran bagi orang yang berpuasa, bahwa makhluk lain yang ada di sekitar kita dan menjadi bagian dari kehidupan kita, juga punya kebutuhan nutrisi yang sama, hanya saja bentuk kebutuhannya yang berbeda. Kalau manusia butuh asupan pangan yang memenuhi kebutuhan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin, maka hewan dan tumbuhan pun punya kebutuhan yang sama. Hanya bedanya, kalo manusia memenuhi kebutuhan karbohidratnya dengan mengkonsumsi beras, jagung, ubi, gandum dan sumber karbohidrat lainnya, sementara hewan ternak dapat dipenuhi kebutuhan karbohidratnya dengan memberikan rumput atau hijauan makanan ternak, dedak, ampas tahu, bungkil kedelai dan sebagainya.

Begitu juga dengan pemenuhan kebutuhan protein, lemak dan vitamin, manusia bisa memnuhinya dengan mengkonsumsi pangan yang mengandung protein dan lemak nabati maupun hewani, seperti berbagai jenis kacang-kacangan, daging, ikan, telus dan sebagainya serta bermacam buah-buahan, sementara hewan ternak dapat dipenuhi kebutuhan protein dan lemaknya dengan memberikan asupan pakan yang mengandung protein dan lemak yang dibuthkan hewan seperti yang terkandung dalam konsentrat, tepung jagung, tepung kulit kopi dan sebagainya. Pakan yang cukup itu juga harus diiringi dengan pemenuhan kebutuhan air yang memenuhi syarat kesehatan hewan.

Taka hanya menumbuhkan dan meningkatkan kepekaan dan kepedulian terhadap manusia dan hewan piaraan saja, tapi puasa mestinya juga mampu membangkitkan kepedulian kita kepada tanaman atau tumbuh-tumbuhan yang ada disekitar kita, terutama tumbuhan yang memang kita budidayakan untuk kita manfaatkan hasilnya. Seperti manusia dan hewan yang mempunyai kebutuhan nutrisi berimbang, maka tumbuh-tumbuhanpun punya kebutuhan yang sama, hanya saja dalam bentuk yang berbeda. Kalau manusia dan hewan butuh asupan karbohidrat, protein, lemak dan vitamin, maka tanaman butuh asupan nutrisi dalam bentuk unsure hara, baik unsur hara makro seperti Nitrogen (N), Fosfat (P), Kalium (K), Magnesium (Mg), Sulfur (S) dan Kalsium (Ca), maupun unsur mikro seperti Zat Besi (Fe), Natrium (Na), Tembaga (Cu), Seng (Zn), Mangan (Mn) dan sebagainya.

Secara alami, semua unsur yang dibutuhkan oleh tumbuhan tersebut sebenarnya sudah tersedia dalam tanah, namun pada tanah yang telah diusahakan secara terus menerus dan dalam waktu yang cukup lama, kandungan hara yang dibutuhkan oleh tanaman, semakin lama semakin berkurang pula, sementara untuk bisa tumbuh dan berkembang dengan baik, tumbuhan membutuhkan unsur hara itu setiap saat. Lalu apa hubungannya dengan ibadah puasa?. Seperti telah disinggung di atas, bahwa salah satu falsafah yang terkandung dalam pelaksanaan ibadah puasa adalah menumbuhkan dan meningkatkan kepedulian terhadap sesama manusia dan juga kepedulian terhadap lingkungan, termasuk kepada tumbuh-tumbuhan atau tanaman.

Kalau pada siang hari di bulan Ramadan, tubuh kita terasa lemas, tidak bertenaga, dan mudah capek serta kurang produktif, itu karena tidak adanya asupan nutrisi ke dalam tubuh pada siang hari. Begitu juga yang terjadi pada tanaman, jika kebutuhan hara tidak terpenuhi, paka pertumbuhan tanaman juga tidak akan optimal, seperti batang kerdil, daun keriting, bunga dan buah tidak sempurna serta rentang terhadap serangan hama dan penyakit tanaman. Kalau manusia, kemudian dapat memenuhi kebutuhan nutrisi mereka pada saat berbuka dan sahur dengan berbagai menu bergam dan bergizi, maka tanaman yang diudidayakan tentu butuh sentuhan dan bantuan manusia untuk bisa tumbuh dan berkembang secara optimal sehingga mampu menghasilkan produksi maksimal.

Ketika kemudian kepekaan orang-orang yang berpuasa terhadap tanaman sudah muncul, maka mereka yang memahami makna puasa juga akan bersikap adil kepada tumbuhan. Disitulan kemudian timbul upaya pemenuhan kebutuhan nutrisi tanaman dengan cara pemberian pupuk kepada tanaman secara berimbang. Jadi tidak berlebihan rasanya, kalau saya punya kesimpulan bahwa ibadah puasa juga bisa mengilhami konsep pemupukan berimbang pada tanaman, apalagi setelah timbul kesadaran bahwa tanaman tidak bisa berpuasa, dan butuh asupan hara setiap saat. Arti berimbang disini tentu dengan memperhatikan kebutuhan hara makro dan mikro dalam pemberian pupuk bagi tanaman, baik menggunakan pupuk organik maupun pupuk kimia.

Sebagaimana kita tau bahwa tanaman tidak bisa menyerap hara dalam bentuk padat, karena unsur hara tersebut hanya bisa di isap oleh akar kemudian di distribusikan ke seluruh bagian tubuh dalam bentuk cairan. Itulah yang kemudian membuat tanaman butuh sistim pengairan yang baik, karena pupuk sebanyak apapun tidak akan mampu diserap oleh tanaman jika kebutuhan air tidak mencukupi. Dengan memadukan kebutuhan pupuk dan air bagi tanaman yang terinspirasi dari pelaksanaan ibadah puasa ini, itu artinya ibadah puasa juga bisa jadi motivasi dan inspirasi konsep pemupukan berimbang dan sistim pengelolaan pengairan yang baik bagi tanaman.

Sekelumit uraian di atas, mungkin bisa menjadi pembuka wawasan kita, bahwa ibadah puasa memang punya dampak positif terhadap kehidupan manusia, bukan hanya melulu untuk kehidupan akhirat, tapi juga lebih terlihat aplikasinya dalam kehidupan duniawi, contohnya keterkaitan erat antara ibadah puasa dengan konsep pemupukan berimbang dan sistim pengairan yang merupakan dua komponen paling penting dalam usaha pertanian.

Dan kalau dikaji lebih luas lagi, masih banyak kaitan antara ibadah puasa dengan sektor-sektor kehidupan lainnya seperti sektor kesehatan, pendidikan, ekonomi dan sebagainya dan tentunya butuh sosok-sosok yang lebih memiliki kompetensi pengetahuan dan pengalaman yang memadai untuk membahasnya. Sebagai orang yang hanya berbekal pengalaman di sektor pertanian yang selama ini menjadi “habitat” saya sebelum berkecimpung di dunia Kominfo, tentu saja saya hanya “berani” menuangkan fikiran-fikiran saya dalam bentuk tulisan yang terkait dengan pertanian, itupun saya sadari masih jauh dari kata sempurna. Semoga bermanfaat.

*) Kasie Layanan Informasi dan Media Komunikasi Publik pada Dinas Kominfo Kabupaten Aceh Tengah, Peminat Bidang Pertanian.