:
Oleh MC Prov Sumatera Barat, Senin, 29 Oktober 2018 | 14:31 WIB - Redaktur: Noor Yanto - 1K
Mentawai, InfoPublik - Tradisi iban toga merupakan tradisi wajib yang dilakukan keluarga saat anak perempuannya akan menikah atau setelah menikah secara adat. Tradisi ini biasanya dilakukan di Sikabaluan Kecamatan Siberut Utara Kepulauan Mentawai. Pemberian iban toga merupakan bentuk tanggungjawab terakhir orangtua, dalam membesarkan anak hingga siap menjadi sebuah keluarga baru.
Iban toga ini ada dua macam, iban toga yang diberikan orangtua perempuan pada anaknya saat diantar secara adat kepada suami dan keluarga suami. Serta iban toga pada waktu jamuan keluarga perempuan kepada anak mereka yang menikah dan juga kepada suaminya yang disaksikan orangtua pihak laki-laki.
"Tidak bisa kita hilangkan adat ini. Ini ada sejak turun-temurun karena ini penghargaan terakhir orangtua perempuan kepada anak mereka yang menikah, " kata Taleku Sikaraja, seorang sikebbukat uma (tetua adat) Suku Sikaraja di Sikalubuan, Minggu (28/10).
Ia mengatakan, iban toga yang diberikan berasal dari daging ayam dan daging babi terbaik. Proses pembuatannya juga tidak sembarangan, karena yang ditunjuk membuatnya adalah orang yang mengerti dan paham.
"Bukan sembarang buat. Ada aturan dan cara membuatnya serta menghidangnya," jelasnya.
Untuk iban toga dari daging babi yang diberikan pihak keluarga perempuan kepada anak mereka saat mengantarnya kepada suami dan pihak keluarga suami yaitu daging babi yang di timbok (disalai). Iban toga yang di timbok ini biasanya berukuran sebesar telapak tangan orang dewasa. Jumlahnya tergantung dari pihak keluarga perempuan. Biasanya di atas 30 potongan.
"Tidak boleh ada tulang. Semuanya dalam bentuk daging. Makin banyak jumlahnya dan makin besar serta makin tebal lemak dagingnya maka makin bangga pihak keluarga perempuan," sebut Taleku.
Sedangkan iban toga yang dihidangkan sewaktu menjamu anak perempuan dan suaminya serta disaksikan oleh orangtua laki-laki yaitu daging babi dan daging ayam yang direbus. Jumlah hidangan sesuai dengan jumlah orang yang menyumbang babi dalam punen. Yang menyumbang babi disebut sipanere. Hidangan ini disebut panei. Berapa panei iban toga akan terlihat dari berapa kali babi dan ayam dihidangkan.
Berbeda dengan daging babi yang berbentuk potongan, untuk ayam harus utuh dari kepala hingga tulang punggung dan ekor. Tidak boleh terpotong. Begitu juga dengan usus dan jantung tetap menempel. Sedangkan paha akan dihidangkan bersama dengan kepala, tulang punggung hingga ekor pada waktu dihidang.
"Dalam satu hidangan berarti satu ekor ayam. Untuk makanan mereka dari tinemei yang terbuat dari keladi dimasak lalu ditumbuk halus dan dibulatkan serta ditaburi parutan kelapa," tutupnya. (Eko Kurniawan/Kominfo Mentawai)