:
Oleh MC Prov Sumatera Barat, Senin, 29 Oktober 2018 | 14:26 WIB - Redaktur: Noor Yanto - 2K
Mentawai, InfoPublik - Kerek Nganga Ka Siberikabaga (satu kata mufakat dalam kebersamaan). Istilah itulah yang masih dipakai dalam punen atau upacara di Sikabaluan, Kecamatan Siberut Utara Kepulauan Mentawai, terutama dalam punen pangurei atau pesta pernikahan. Dalam punen pangurei, setelah ada kesepakatan soal alak toga (mas kawin) dan jadwal pelaksanaan punen yang disesuaikan dengan pengesahan secara agama. Sibangkat punen (keluarga yang punya pesta) akan melakukan musyawarah bersama dengan keluarga besar.
"Peran suku sangat penting. Seberat apa punen yang dilaksanakan itu akan terasa ringan bila dikerjakan bersama," kata Taleku Sikaraja, salah seorang sikebbukat (pemimpin) uma Sikaraja di Sikabaluan, Minggu (28/10).
Kegiatan bersama yang dilaksanakan yaitu mengambil tenda untuk tamu undangan. Tenda tamu undangan ini masih baru karena pada masa dulu belum memakai tamu undangan. Seiring berjalannya waktu, ini disesuaikan oleh masyarakat Sikabaluan.
"Ini sebagai wujud syukur antara pihak keluarga yang punya punen dan rasa terima kasih atas kehadiran tamu, kerabat," ucap Taleku.
Setelah pengambilan kayu bahan tenda, dilanjutkan dengan pengambilan kayu api selama kebutuhan punen. Kebersamaan lainnya yaitu pengambilan bambu tempat memasak sagu, keladi didalam bambu, usus babi. Biasanya pengambilan bambu ini dikerjakan oleh perempuan.
Kebersamaan lainnya dalam punen yaitu mengumpulkan ayam atau babi untuk kebutuhan punen. Yang menyumbang babi dalam punen ini disebut sipanere.
"Sipanere sangat penting dan dihargai dalam punen, " tambahnya.
Kebersamaan dan nilai gotong-royong terlihat bagi kaum perempuan dari segi memasak hidangan selama pesta. Misalnya memasak siaru, yaitu memasak keladi yang telah dicincang sebesar ukuran ibu jari orang dewasa dan dimasak didalam bambu. Ketika sudah masak, bambu dibelah dan dikeluarkan isinya untuk ditumbuk hingga halus.
"Yang dihaluskan ini dibulatkan sebesar bola pingpong dan ditaburi parutan kelapa," pungkasnya. (Eko Kurniawan/Kominfo Mentawai)