:
Oleh MC Prov Sumatera Barat, Selasa, 23 Oktober 2018 | 12:14 WIB - Redaktur: Noor Yanto - 1K
Padang Panjang, InfoPublik - Institut Seni Indonesia (ISI) Padang Panjang terus berinovasi melakukan pelestarian musik melayu, ditengah derasnya perkembangan music modern. Hal itu muncul pada paparan sejumlah pemerhati musik pada seminar nasional Temu Musik Melayu 2018 di Kampus ISI Padang Panjang, Sabtu (20/10).
Kegiatan swadaya jurusan Karawitan ISI Padang Panjang tersebut mendatangkan keynote speaker Prof Dr Phil Gusti Asnam, dan menghadirkan narasumner Ediwar, Ahmad Akmal serta Asril. Sejumlah studi kasus dan hasil riset yang telah dilakukan selama beberapa waktu terakhir diungkap pembicara dengan lugas. Di dalam paparan yang disampaikan dibicarakan berbagai persoalan, seperti pola pengajaran, pewarisan, kendala pelestarian, upaya penemuan bentuk-bentuk baru, pengembangan tradisi dan hal-hal lain terkait kondisi musik melayu.
Narasumber Asril menyampaikan, simpulan seminar hari itu mempertegas akan arti penting peran music Melayu.
“Situasi seni melayu di era globalisasi mendapat tantangan yang luar biasa. Artinya, seni melayu saat ini sedang berkompetisi mempertahankan diri disamping harus berhadapan dengan globalisasi,” katanya.
Nilai-nilai budaya melayu secara optimis dapat dipertahankan dan dikembangkan.
“Seni melayu dapat berkesesuaian dengan selera masyarakat saat ini. Tetapi tidak harus meninggalkan hal-hal mendasar yang ada,” lanjutnya.
Keterlibatan pemerintah dan lembaga-lembaga pendidikan sangat penting dalam upaya pelestarian seni melayu.
“Salah satu hal terpenting saat ini adalah melakukan penelitian terhadap seni melayu, khususnya musik melayu. Hal ini penting mengingat beratnya tantangan seni melayu seperti yang disampaikan tadi,” sebutnya.
Seni melayu terutama seni-seni Islam harus tetap dipertahankan sebagai jati diri bangsa melayu itu sendiri.
“Dalam kajian atau penelitian hendaknya hasilnya diangkat dipublis dengan baik agar diketahui semua orang,” tuturnya.
Temu Musik Melayu yang sudah kali keempat digelar, tetapi tidak menutup kemungkinan untuk di percepat.
“Kalau awalnya sekali 4 tahun, sekarang kita mewacanakan agar dilaksanakan sekali dalam dua tahun,” terangnya.
Sementara itu, narasumber Ediwar juga menyampaikan, temu musik melayu kali ini sekaligus membahas rencana membentuk forum kajian dan kekaryaan temu musik melayu. Sementara itu, ketua panitia, Susandra Jaya mengatakan, tema besar yang diangkat dalam temu Musik Melayu 2018 berkaitan dengan upaya penyatuan keberagaman yang ada dalam khazanah musik nusantara terutama musik melayu.
“Seperti yang kita lihat saat ini, persatuan dan kesatuan bangsa kita tengah diuji. Melalui kekayaan seni musik nusantara, kita optimis persatuan itu dapat kita pertahankan dan kita rajut agar kembali kuat,” ungkapnya. Hal-hal terkait upaya tersebut juga menjadi bahasan penting pada seminar yang digelar hari itu. (Eko Kurniawan/Diskominfo)