:
Oleh MC Prov Sumatera Barat, Minggu, 26 Agustus 2018 | 08:57 WIB - Redaktur: Taofiq Rauf - 1K
Pesisir Selatan, Info Publik - Sanggar Randai Arai Pinang Lampanjang, Nagari Rawang Gunung Malelo Surantih, Kecamatan Sutera, Kabupaten Pesisir Selatan, Sumatera Barat tetap bertahan mempopulerkan kesenian nagari.
Sejak berdiri pada tahun 2011 lalu, sanggar Randai Arai Pinang Lampanjang memiliki banyak rintangan dan tantangan untuk tetap eksis, salah satunya minat generasi muda yang kurang yang menjadikan kesenian tradisional seolah ditinggalkan.
Hadirnya sekelompok generasi Rawang Gunung Malelo untuk menggiatkan kesenian anak nagari, bermula dari keresahan sejumlah anak muda di nagari ini. Melihat generasi muda semakin terus terbius dengan banyak hadir group boy band dan girls band dari Korea.
Pengaruh maraknya gaya menari dan bernyanyi dari boy band dan girls band menjadi momok percontohan generasi untuk bisa menirunya. Sebut, saja seperti Boy Band SMAS, dan Girls Band Cherrybelle, menjadi kiblat generasi muda diera tahun 2010-2014 lalu.
Kebiasaan generasi mileneal meniru gaya hiburan kontemporer, menimbulkan kecemasan ditengah masyarakat. Kecemasan itu, juga dirasakan oleh sekelompok anak muda di Nagari Rawanggunung Malelo, yang kemudian membentuk Sanggar Seni yang mereka namakan Sanggar Randai Arai Pinang. Tujuannya sebagai penangkis untuk bisa selalu menumbuhkan minat terhadap kesenian daerah di kalangan generasi muda.
"Kami memulai kegiatan ini, hanya dengan modal Rp8000, minta sumbangan kepada masyarakat, sampai memborong padi warga dan upahnya di jadikan kas sanggar," jelas Debi Virnando salah seorang pendiri sanggar Randai Arai Pinang, Sabtu (25/8/2018).
Bahkan, seiring berjalan waktu tak sedikit nada miring dari masyarakat, dan itu pula menjadi cambuk penyemangat untuk bisa maju dan menghadirkan sebuah tontonan yang mendidik di tengah masyarakat.
"Awalnya kami meminta sumbangan ke rumah-rumah warga, banyak yang ragu walaupun setengah warga tetap memberikan sumbangan," terang Debi yang kini telah menjadi pembina sanggar tersebut.
Sementara, ketua sanggar Randai Arai Pinang, Ramadhan mengatakan, binaannya juga membentuk sasaran-sasaran baru di kampung tetangga sebagai cabang. Selain kesenian anggota juga dibekali dengan ilmu agama.
"Sanggar juga membentuk remaja masjid, kami juga membuat aturan bagi anggota yang tidak hadir dalam kegiatan remaja masjid tidak dibolehkan ikut latihan," katanya.
Tidak hanya dari pengurus sanggar, Mawas (63) seorang tokoh masyarakat juga mengapresiasi kehadiran sanggar Randai Arai Pinang tidak hanya membius generasi muda untuk menghidupkan kesenian nagari. Hal itu, karena berbagai iven besar sudah sukses dilaksanakan dengan menghadirkan nama-nama besar, dan memperkenalkan Nagari Rawanggunung Malelo ke tingkat Sumbar.
"Dulu kampung kami ini dipandang sebelah mata, kehadiran sanggar dan generasi muda, kini kampung ini disegani. Kami merasa bangga mereka telah jadi orang dan bisa memajukan kampung halaman," ungkap Mawas. (Eko Kurniawan/Diskominfo/TR)