- Oleh Untung Sutomo
- Selasa, 12 November 2024 | 19:56 WIB
: Kepala BNPB Suharyanto, (kemeja dan rompi hijau) saat memberikan bantuan kepada pengungsi yang berada di Desa Hikong, Kabupaten Sikka, Nusa Tenggara Timur pada Jumat (8/11/2024)/ dok. BNPB.
Jakarta, InfoPublik - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Letjen TNI Suharyanto, melakukan kunjungan ke lokasi pengungsian di Kabupaten Sikka pada Jumat (8/11/2024), setelah sebelumnya menugaskan Deputi Penanganan Darurat untuk memonitor situasi di lokasi tersebut.
Kunjungan itu dilakukan untuk memastikan semua pengungsi yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki mendapatkan bantuan yang diperlukan.
Berdasarkan data sementara, sekitar 2.000 warga terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki mengungsi ke wilayah Kabupaten Sikka. Warga ini melarikan diri dari bahaya erupsi yang masih berlanjut sejak Minggu (3/11/2024) lalu. Suharyanto menyatakan, meski sudah lima hari berada di Nusa Tenggara Timur (NTT), ia memutuskan untuk mengunjungi Kabupaten Sikka setelah menerima informasi adanya pengungsi yang datang ke wilayah tersebut.
“Saya sudah hari ke lima, saat awal langsung mengunjungi tiga titik di Lewolaga, Bokang, dan Konga. Kemudian ada informasi ada yang mengungsi ke arah sini (Kabupaten Sikka), kemarin saya utus Deputi Penanganan Darurat. Hari ini saya mengunjungi semuanya,” ungkap Suharyanto dalam keterangan tertulisnya, Sabtu (9/11/2024).
Kehadiran langsung dari BNPB ke pos-pos pengungsian menegaskan perhatian pemerintah pusat terhadap warganya yang terdampak bencana. Pejabat pemerintah pusat secara rutin memantau perkembangan kondisi di lokasi pengungsian. “Presiden dan Wakil Presiden mengikuti terus kegiatan yang dilaksanakan oleh pemerintah pusat untuk membantu bapak, ibu, adik-adik dalam penanganan bencana,” kata Suharyanto.
Bantuan dan Pemenuhan Kebutuhan Dasar
Pada kesempatan tersebut, Suharyanto juga menyampaikan bahwa pemerintah menjamin pemenuhan kebutuhan dasar para pengungsi, baik untuk anak-anak maupun orang dewasa. Ia menekankan pentingnya kerjasama untuk mengatasi kekurangan yang ada, dengan menutup setiap kekurangan yang ditemukan dalam penanganan bencana.
“Mohon bantuannya, kita sama-sama bekerja, tentu saja banyak kekurangan dan kelemahan. Kekurangan hari ini kita tutup, kita bekerja butuh waktu, satu langkah dua langkah tiga langkah, bukan seperti sulap hari ini ngomong hari ini ada,” ungkapnya.
Suharyanto juga mengingatkan masyarakat untuk tetap waspada terhadap potensi erupsi yang masih terus berlangsung. “Sampai sekarang belum ada yang bisa memprediksi, baik itu dengan ilmu pengetahuan secara tepat kapan gunung bisa meletus. Gunung sampai hari ini masih dinamis, mudah-mudahan semakin ke sini makin baik. Gunung adalah bagian kehidupan kita, tidak bisa kita pindahin gunung ke laut, kita sebagai manusia yang menyesuaikan hidup kita supaya ketika gunung erupsi tidak membahayakan hidup kita dan keluarga kita,” ujar Suharyanto.
Ia menambahkan bahwa meskipun Gunung Lewotobi Laki-laki sebelumnya tampak landai setelah erupsi pada tahun 2002, letusan besar kembali terjadi pada Januari 2024 dan kini erupsi yang lebih besar di November 2024.
“Tidak ada siapapun yang bisa menjamin Gunung Lewotobi Laki-laki tidak meletus lagi. Alam tidak bisa dilawan, kalau kita melawan alam, kita menjadi korban,” tambah Suharyanto.
Bagi warga yang tinggal di zona bahaya, pemerintah tengah mempersiapkan relokasi ke tempat yang lebih aman untuk menghindari risiko lebih besar.
“Kita ke depan harus berpikir tidak bisa tinggal di radius bahaya direlokasi, tidak bisa hidup seperti erupsi kemarin. Bapak dan Ibu tidak harus menempati relokasi lahan yang disiapkan pemerintah, yang punya saudara dan lahannya di luar zona bahaya boleh pindah di situ, rumahnya dibangun pemerintah,” tegas Suharyanto.
Pemerintah, bersama BNPB dan pemerintah daerah, berencana membangun hunian sementara (huntara) bagi warga yang rumahnya hancur akibat erupsi. Suharyanto menjelaskan bahwa proses perencanaan dan pembangunan relokasi membutuhkan waktu, namun pemerintah akan memberikan dukungan berupa dana tunggu hunian bagi warga yang rumahnya belum selesai dibangun.
“Sambil nunggu rumahnya jadi, anda boleh pilih mau numpang di saudara nanti dapat dana tunggu hunian 500 ribu per bulan per kepala keluarga, mau tidur di tenda (pengungsian) juga silahkan,” jelasnya.
Untuk mengantisipasi potensi korban lebih lanjut, pemerintah bersama TNI dan Polri melakukan sistem buka tutup jalan yang mengarah ke zona bahaya, disesuaikan dengan tingkat aktivitas Gunung Lewotobi Laki-laki. "Buka tutup jalan, ketika gunung aktif. Dibantu Satgas dari TNI Polri dibawah kendali BNPB," ujar Suharyanto.
Dengan adanya rencana itu, diharapkan pengungsi dapat memperoleh keamanan, dan penanganan bencana dapat dilakukan secara maksimal. Pemerintah berkomitmen untuk membantu seluruh warga yang terdampak erupsi Gunung Lewotobi Laki-laki hingga keadaan kembali pulih.