- Oleh Jhon Rico
- Selasa, 24 Desember 2024 | 18:43 WIB
: Tim survei melakukan penulusuran jalur Sungai Togoreba Sungi untuk mencari titik lokasi pemasangan sensor deteksi banjir lahar dingin pada Rabu (24/7/2024)/ dok. BNPB.
Jakarta, InfoPublik - Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mempersiapkan pembangunan sistem peringatan dini banjir lahar dingin kawasan Gunung Api Ibu.
"Pembangunan sistem peringatan dini banjir lahar dingin Gunung Api Ibu merupakan arahan Kepala BNPB Letjen TNI Suharyanto dalam Rapat Koordinasi Penanganan Darurat Erupsi Gunungapi Ibu pada 31 Mei 2024," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari, dalam keteranganya, Kamis (25/7/2024).
Menurut dia, rencana pemasangan sistem peringatan dini banjir lahar dingin di Gunung Api Ibu merupakan tindak lanjut dari hasil pemetaan menggunakan drone serta hasil kajian bersama Pusat Vulkanologi Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) yang telah dilaksanakan sebelumnya.
Langkah itu diambil atas dasar pengalaman kejadian galodo yang melanda wilayah Sumatra Barat di awal 2024.
Hingga saat ini, siklus erupsi besar pada Gunung Api Ibu belum dikenali. Meskipun demikian, gunung dengan ketinggian 1.325 mdpl ini mengalami erupsi terus menerus dengan intesitas yang relatif kecil.
Hal ini menyebabkan kawah gunung telah terisi penuh material erupsi yang mudah runtuh. Material vulkanik ini berpotensi menjadi lahar jika terjadi hujan dengan intensitas yang tinggi.
Berdasarkan analisis pemodelan lahar Gunung Api Ibu oleh PVMBG, dengan asumsi volume material 300 ribu hingga 500 ribu meter kubik, hasilnya memperlihatkan bahwa aliran lahar tidak hanya terjadi di sepanjang aliran sungai.
Namun, terang dia, di beberapa sungai, aliran laharnya melimpas hingga ke area perkebunan yang memiliki morfologi seperti lembah sungai.
Di beberapa lokasi, aliran lahar juga melanda lokasi-lokasi yang telah ada bangunan.
Bukaan kawah pada Gunung Api Ibu teramati berada di sisi sebelah barat laut. Hal tersebut memungkinkan potensi luncuran lahar dingin ke arah utara-barat laut antara lain Desa Borona, Todoke, Togorebasungi, Tuguis, Soasangaji, Tukuoku, Duono, hingga Togowo di Kecamatan Tabaru, Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara.
Pada 9 Juli 2024, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Halmahera Barat menerima laporan warga bahwa telah terjadi limpasan air Sungai Duono yang berhulu di Gunung Api Ibu, pada Selasa (9/7/2024).
Sungai Duono merupakan kali mati (sungai ephemeral) yang dangkal dan tidak lebar di sisi hilir. Kejadian ini dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi yang melanda wilayah Halmahera Barat selama dua hari berturut-turut.
Aliran air yang cukup deras tersebut membawa material pasir vulkanik hingga meluap ke jalan raya.
Survei Hulu Sungai
Tim survei sensor peringatan dini banjir lahar Gunung Api Ibu pun telah melaksanakan kegiatan pada Rabu (24/7/2024).
Tim survei terdiri dari gabungan unit kerja Pusat Data Informasi dan Komunikasi Kebencanaan (Pusdatinkom), Direktorat Pemetaan Evaluasi Risiko Bencana (PERB), dan Direktorat Peringatan Dini BNPB dibantu oleh BPBD Kabupaten Halamahera Barat, Personil Pos Pengamatan Gunung Api (PGA) Ibu, dan warga setempat.
Survei dimulai dari Desa Togoreba Sungi yang merupakan desa terdekat dari kawah Gunung Api Ibu. Jaraknya sekitar lima kilometer dari bibir kawah. Desa ini merupakan wilayah Kawasan Rawan Bencana (KRB) I.
Rencananya, sensor peringatan dini akan dipasang sejauh tiga kilometer dari pemukiman warga. Hal itu berdasarkan asumsi kecepatan aliran lahar dingin 6 menit per 1 kilometer.
Jika lokasi sensor berjarak 3 kilometer untuk menginformasikan bahaya lahar dingin, maka warga memiliki waktu 18 menit untuk evakuasi.
Hasil observasi di lapangan menunjukkan kondisi jalur lahar di hulu cukup dalam ketinggiannya, cukup lebar, dan tertutup vegetasi lebat sedangkan jalur lahar di hilir relatif dangkal dan pendek.
Data yang diperoleh dari survei itu akan dikaji lebih lanjut dan akan dilaksanakan survei lanjutan.
Dari hasil survei sementara ini, BNPB mengimbau kepada pemerintah daerah setempat untuk mengupayakan pengerukan atau pembersihan aliran sungai di wilayah hilir seperti di Sungai Duono dan beberapa sungai mati lainnya.
Hal ini dilakukan sebagai langkah mitigasi limpahan lahar dingin di wilayah hilir.