Sejumlah Wilayah Pantura Jawa Tengah Terdampak Bancana Hidrometeorologi

: Foto udara area terdampak banjir di Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, Jumat (15/3/2024)/ dok. BPBD Kabupaten Grobogan


Oleh Jhon Rico, Sabtu, 16 Maret 2024 | 15:00 WIB - Redaktur: Untung S - 161


Jakarta, InfoPublik - Sejumlah wilayah Kabupaten/Kota di Pantai Utara (Pantura) Jawa bagian tengah terdampak bencana hidrometeorologi basah akibat cuaca ekstrem.

Cuaca ekstrem yang ditandai dengan intensitas curah hujan tinggi disertai petir dan angin kencang sebelumnya termonitor dari satelit klimatologi Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) sejak Rabu (13/3/2024).

Konsentrasi awan yang memicu cuaca ekstrem ini ditandai dengan adanya warna merah-oranye pada peta satelit di sepanjang garis pantai mulai dari Kabupaten Pekalongan, Kota Pekalongan, Kabupaten Kendal, Kota Semarang, Kabupaten Semarang, Kota Salatiga, Kabupaten Demak, Kabupaten Kudus, Kabupaten Pati dan Kabupaten Grobogan.

"Hasil akumulasi data yang dihimpun tim Pusat Pengendali dan Operasi (Pusdalops) Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) hingga Jumat (15/3/2024), sejumlah wilayah Kabupaten/Kota telah melaporkan kejadian bencana hidrometeorologi basah seperti banjir, banjir bandang, angin kencang dan tanah longsor," kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB, Abdul Muhari dalam keteranganya, Jumat (15/3/2024).

Laporan pertama yang dihimpun Pusdalops BNPB dan BPBD yakni peristiwa banjir bandang yang terjadi di Desa Wangandowo, Kecamatan Bojong, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah.

Bencana itu terjadi setelah bangunan penampungan air mengalami kerusakan hingga jebol setelah kehilangan daya tampung.

Peristiwa yang terjadi pada hari Rabu (13/3/2024) pukul 19.00 WIB itu mengakibatkan dua warga meninggal dunia karena hanyut beserta dengan rumah yang ditinggalinya. Kedua korban yang merupakan ibu dan anak itu berhasil dievakuasi jenazahnya.

Kepala Pelaksana (Kalaksa) Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Pekalongan, Budi Rahardjo, mengkonfirmasi adanya dua korban meninggal atas dampak banjir bandang akibat cuaca ekstrem tersebut.

“Iya betul. Dua korban itu ibu dan anak hanyut terdampak banjir bandang waktu di dalam rumah karena rumahnya juga hanyut,” kata Budi.

Selain korban jiwa meninggal dunia, sebanyak 10 orang warga juga dilaporkan mengalami luka-luka dan telah mendapatkan perawatan intensif oleh petugas fasilitas kesehatan.

Banjir di Pekalongan menurut perkembangan data terakhir telah berdampak pada 70 KK yang mana ada sebanyak 51 jiwa mengungsi di Balai Desa Wangandowo dan Sekdes Wangandowo.

Adapun sarana dan prasarana yang terdampak meliputi 50 rumah rusak ringan, 10 rumah rusak berat, 2 rumah hanyut, 2 sarana ibadah rusak dan 1 jembatan rusak.

BPBD Kabupaten Pekalongan bersama Dinas Sosial telah mendistribusikan logistik kepada warga terdampak. Sementara itu Dinas Pekerjaan Umum dan Pemadam Kebakaran mengerahkan alat berat dan mobil damkar untuk pembersihan sisa puing dan material.

Warga bersama unsur TNI, Polri dan relawan turut melakukan pembersihan lokasi terdampak.

Banjir Kota Pekalongan, 572 Warga Mengungsi

Banjir juga melanda sembilan kelurahan di tiga kecamatan, Kota Pekalongan, Jawa Tengah sejak Rabu (13/3/2024).

Sebanyak 572 warga terpaksa harus mengungsi karena permukiman mereka terendam banjir dengan tinggi muka air (TMA) 15-60 cm.

Adapun lokasi pengungsian itu terbagi di sembilan titik yang meliputi Aula Kecamatan Pekalongan Barat, Masjid Al-Ikhlas dan TPQ An Nikmah Tirto di Kecamatan Pekalongan Barat. Kemudian Gedung Amanjiba, Gedung Panti Asuhan Arrabitoh, SDN 1 Klego, SDN 4 Klego, musala gang mentari dan gedung pertemuan Sampangan di Kecamatan Pekalongan Timur.

Menurut laporan BPBD Kota Pekalongan, banjir itu terjadi setelah hujan dengan intensitas sedang hingga lebat disertai angin kencang terjadi di wilayah Kota Pekalongan.

Kondisi itu kemudian menyebabkan drainase meluap dan beberapa sungai yang meliputi Sungai Bremi, Sungai Meduri maupun Sungai Gabus melimpasi pemukiman.

Banjir di Kabupaten Kendal

Laporan berikutnya sebanyak 10.835 KK atau 24.286 jiwa yang tinggal di 24 desa dalam 6 wilayah kecamatan di Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, terdampak banjir akibat cuaca ekstrem.

Petugas Pusdalops BPBD Kabupaten Kendal, Hamam, melaporkan bahwa banjir dengan tinggi muka air antara 10-60 sentimeter itu murni karena faktor cuaca maupun adanya kiriman dari wilayah hulu sungai.

Beruntung tidak ada korban jiwa maupun warga yang mengungsi akibat bencana ini. Warga memilih tetap bertahan di rumah masing-masing.

“Sementara tidak ada pengungsi. Warga bertahan di rumah masing-masing,” jelas Hamam.

Kendati demikian, tim BPBD Kabupaten Kendal bersama PMI dan Dinas Sosial Kabupaten Kendal tetap memberikan dukungan logistik dan permakanan bagi warga terdampak. Dapur umum untuk menyuplai pasokan permakanan telah didirikan di Kantor Dinsos dan PMI Kendal.

“Kami (BPBD Kabupaten Kendal) bersama Dinas Sosial dan PMI tetap menyalurkan logistik nasi bungkus kepada warga terdampak. Posko dapur umum sudah kita dirikan di PMI dan Kantor Dinsos,” ungkap Hamam.

Banjir Kepung Kota Semarang

Bergeser ke arah timur dari Kabupaten Kendal, wilayah Kota Semarang tak luput dari dampak cuaca ekstrem.

Puncaknya, padanKamis (13/3/2024), Ibu Kota Jawa Tengah itu dikepung banjir hingga melumpuhkan jalur transportasi darat.

Menurut laporan Kepala Pelaksana BPBD Kota Semarang, Endro Pudyo Martanto, banjir di Kota Semarang dipicu oleh hujan dengan intensitas tinggi dalam durasi yang cukup lama dari siang hingga malam hari. Ruas jalan protokol di beberapa titik Kota Atlas itu terendam hingga 80 sentimeter.

“Hujan sejak siang sampai malam,” ungkap Endro.

Jalan Raya Kaligawe yang menghubungkan Semarang dan Demak-Surabaya lumpuh total akibat genangan banjir. Stasiun Tawang Semarang pun turut terendam hingga ketinggian 10 sentimeter di atas rel. Sejumlah perjalanan kereta api terpaksa harus dialihkan.

“Jalan Raya Kaligawe lumpuh total,” kata Endro.

Hingga Jumat (15/3/2024), BPBD Kota Semarang bersama lintas instansi gabungan masih terus berupaya melakukan penanganan darurat dengan memprioritaskan keselamatan masyarakat dan memenuhi kebutuhan dasar para warga terdampak.

“Pagi ini (Jumat, 15 Maret 2024) di wilayah Muktiharjo Kidul, kami evakuasi lansia, balita dan warga yang sakit serta distribusi logistik. Alhamdulillah di beberapa titik sudah mengalami penurunan genangan. Tapi beberapa titik seperti di RW 12 Muktiharjo Kidul masih cukup dalam sekitar 70-80 cm,” ungkap Endro.

Di samping itu, pihak BPBD Kota Semarang bersama Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) dan Dinas Pekerjaan umum juga terus berupaya untuk menguras genangan air menggunakan pompa yang telah disiagakan sebelumnya. Adapun pompa yang difungsikan meliputi 6 dari BBWS, 2 pompa portable milik BPBD Kota Semarang dan 5 pompa dari Dinas PU Kota Semarang.

“Semua pompa berfungsi,” ungkap Endro.

Adapun data terkini, banjir Kota Semarang telah berdampak pada 158.137 jiwa yang tinggal di 40 kelurahan dalam 6 wilayah administrasi kecamatan.

Demak Kembali Terendam Banjir

Selanjutnya, Kabupaten Demak juga kembali terendam banjir setelah hujan dengan intensitas tinggi kembali mengguyur sebagian besar wilayah 'Kota Wali' itu. Dampak dari kondisi cuaca ekstrem itu kemudian mempengaruhi peningkatan debit air dari wilayah hulu menuju hilir yang kemudian melimpas ke permukiman warga.

Hasil kaji cepat BPBD Kabupaten Demak per Kamis (14/3), sebanyak 43.298 warga yang tinggal di 3 kelurahan dan 22 desa di 6 kecamatan terdampak banjir. Adapun 499 warga terpaksa harus mengungsi setelah permukiman mereka terendam banjir dengan TMA 10-100 cm.

Pada banjir kali ini, wilayah Kecamatan Mranggen yang sebelumnya aman dari banjir kini terdampak setelah tanggul Sungai Dombo di Desa Menur jebol setelah kehilangan kemampuan menampung debit air.

Banjir Kiriman di Grobogan

Bencana banjir juga kembali melanda wilayah Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah, sejak Kamis (14/3/2024) hingga Jumat (15/3/2024).

Menurut Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Grobogan, Endang Sulistyoningsih, banjir kali ini datang dari hulu Sungai Lusi di wilayah timur dan air dari sungai-sungai yang berulu di Pegunungan Kendeng Utara di wilayah utara.

“Banjir kali ini disebabkan oleh air kiriman dari hulu Sungai Lusi (wilayah timur) dan air dari sungai-sungai kecil yang berhulu di Pegunungan Kendeng Utara (wilayah utara),” kata Endang, Kamis (14/3/2024).

Pantauan laporan dari jejaring lintas unsur forkopimda Kabupaten Grobogan, banjir kali ini meluas dalam durasi yang cukup cepat.

Sejumlah ruas jalan protokol di Kota Purwodadi terendam banjir sehingga mobilitas dan aktivitas masyarakat menjadi terkendala.

Berdasarkan laporan sementara yang dihimpun Pusadalops BPBD Kabupaten Grobogan, wilayah terdampak banjir telah mencakup 48 desa di 12 kecamatan.

Data tersebut bersifat dinamis, karena ada sebagian wilayah yang mulai surut, namun justru ada wilayah baru yang terdampak dan mengalami kenaikan tinggi muka air.

Sementara itu, BPBD Kabupaten Grobogan bersama lintas instansi terkait terus berupaya melakukan penanganan darurat, mulai dari evakuasi warga dan mendirikan pengungsian berikut dapur umum.

Petugas pun memberikan pelayanan kesehatan dan pengalihan ruas jalan demi keselamatan pengendara oleh TNI dan Polri.

“Dapur umum kita dirikan di Kantor Dinsos Kabupaten Grobogan,” ungkap Endang.

Banjir Rendam Lahan Pertanian di Kudus

Laporan berikutnya sebanyak 16 desa dalam 5 wilayah kecamatan di Kabupaten Kudus, Jawa Tengah terdampak banjir dengan TMA antara 10-60 cm. Bencana itu terjadi setelah hujan deras disertai angin kencang pada Senin (11/3/2024).

Hasil kaji cepat yang dilakukan tim BPBD Kabupaten Kudus, jumlah warga yang terdampak banjir ini ada sebanyak 4.132 KK atau 13.102 jiwa. Sedikitnya 150 unit rumah terendam banjir termasuk 1.500 hektare sawah.

26 Desa Terdampak Banjir di Pati

Cuaca ekstrem juga melanda wilayah Kabupaten Pati, Jawa Tengah, pada Kamis (13/3/2024).

Sebanyak 2.383 KK yang tinggal di 26 desa dalam 7 wilayah kecamatan terdampak banjir dengan TMA 10-80 cm.

Adapun lahan pertanian seluas 639 hektare juga terdampak, berikut 60 hektare lahan tebu. Rata-rata lahan pertanian yang terendam ini adalah tanaman padi yang masih muda maupun yang sudah siap panen.

Menurut laporan BPBD Kabupaten Pati, banjir itu terjadi setelah DAS tidak mampu menampung debit air hujan kemudian melimpas ke permukiman penduduk.

Di samping itu, air juga terus datang dari lereng Gunung Kendeng setelah wilayah tersebut turun hujan sejak dini hari dalam durasi yang cukup lama.

Kondisi banjir saat ini untuk sebagian wilayah telah berangsur surut dan masyarakat mulai membersihkan rumahnya dari sisa puing maupun lumpur yang terbawa oleh banjir.

Banjir di Jepara

Laporan bencana terakhir dari dampak cuaca ekstrem yang melanda wilayah Pantura di Jawa Tengah adalah Kabupaten Jepara.

Banjir ini terjadi setelah hujan dengan intensitas tinggi mengguyur wilayah Jepara dan sekitarnya, pada Kamis (14/3/2024).

Berbeda dengan wilayah lain pada laporan sebelumnya, banjir yang terjadi di Jepara lebih cepat surut.

Kendati hal itu juga terjadi lantaran terdapat tanggul sungai yang jebol sejak dini hari, namun sore harinya air berangsur surut.

Warga pun sudah mulai membersihkan rumah dari puing dan lumpur.

Tim BPBD Kabupaten Jepara bersama lintas instansi dan masyarakat sekitar juga telah menambal tanggul yang jebol dengan kantong pasir dan material lainnya.

Cuaca Ekstrem Masih Mengintai

BMKG melalui Stasiun Meteorologi Kelas II Ahmad Yani Semarang, telah mengeluarkan informasi awal peringatan dini cuaca ekstrem yang masih berpotensi terjadi hingga pekan depan.

Menurut BMKG, wilayah Jawa Tengah terpantau adanya gangguan pada atmosfer hingga menyebabkan potensi cuaca ekstrem yang dipengaruhi oleh gelombang equatorial rossby, gangguan atmosfer madden julian oscillation (MJO) dan kemunculan bibit siklon tropis 91S di Samudera Hindia serta bibit siklon tropis 94S di teluk Carpentaria sekitar utara Australia.

Adapun kondisi tersebut menurut BMKG dapat mengakibatkan peningkatan intensitas curah hujan dan angin kencang di wilayah Jawa Tengah.

Potensi hujan dengan intensitas sedang hingga lebat di wilayah Jawa Tengah dapat berlangsung hingga 18 Maret 2024.

Menyikapi adanya prakiraan cuaca tersebut, BNPB mengimbau kepada masyarakat agar tetap meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan terutama saat terjadi hujan lebat untuk mengantisipasi dampak bencana seperti banjir, banjir bandang tanah longsor, angin kencang, sambaran petir dan pohon tumbang.

 

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Jhon Rico
  • Sabtu, 28 Desember 2024 | 08:45 WIB
Pemerintah Indonesia Kirim 50,5 Ton Bantuan Kemanusiaan ke Vanuatu
  • Oleh Jhon Rico
  • Sabtu, 28 Desember 2024 | 06:34 WIB
Pastikan Liburan Masyarakat Aman, BNPB Pantau Posko Siaga Bencana Daerah
  • Oleh Jhon Rico
  • Jumat, 27 Desember 2024 | 21:54 WIB
Petugas BPBD Evakuasi Korban Banjir di Simalungun
  • Oleh Jhon Rico
  • Kamis, 26 Desember 2024 | 22:35 WIB
Longsor di Kota Tarakan, BNPB Gerak Cepat Evakuasi Korban
  • Oleh Jhon Rico
  • Kamis, 26 Desember 2024 | 22:39 WIB
BNPB Imbau Masyarakat di Mandailing Natal Tetap Waspada Banjir
  • Oleh Jhon Rico
  • Kamis, 26 Desember 2024 | 21:42 WIB
Petugas BPBD Lakukan Penanganan Warga Terdampak Banjir di Situbondo
  • Oleh Jhon Rico
  • Selasa, 24 Desember 2024 | 18:43 WIB
BNPB Siagakan Personel di Sejumlah Titik selama Libur Nataru