Selain BUOY, BPPT Tawarkan Teknologi CBT Untuk Deteksi Tsunami

:


Oleh G. Suranto, Kamis, 27 Desember 2018 | 09:13 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 303


Jakarta, InfoPublik – Selain siap membangun kembali fasilitas teknologi deteksi dini tsunami   (BUOY), BPPT juga menawarkan teknologi lainnya yang memungkinkan untuk melengkapi keradaan BUOY. Teknologi tersebut adalah Cable Based Tsunameter atau CBT.

"Teknologi CBT itu sebenarnya sudah digunakan oleh negara Jepang. Di sana sudah berjalan dan mampu mendeteksi tsunami dengan baik juga," kata Deputi Teknologi Pengembangan Sumberdaya Alam BPPT, Hammam Riza di Kantor BPPT, Jakarta, Rabu, (26/12).

Namun perlu ditekankan, bahwa kedua peralatan itu, baik CBT dan BUOY adalah saling melengkapi, baik fungsi dan kegunaannya. “Sifat keduanya adalah saling melengkapi, sehingga hasil deteksi dini yang menjadi parameternya, menjadi  semakin presisi dan akurat,” paparnya.

Terkait pembangunan CBT inipun,  Hammam menggagas bahwa sistem CBT dapat menjadi program nasional, seiring adanya program sistem komunikasi kabel laut broadband network Palapa Ring, yang dilakukan Kementerian Kominfo.

“Jadi CBT ini merupakan kabel bawah laut yang dilengkapi sensor untuk mengukur perubahan tekanan dalam laut yang ekstrem, yang mengindikasikan tsunami.  Sensor lalu akan mengirimkan data melalui satelit kepada pusat penerima data,”  jelasnya.

Disebutkan, kalau proses pembuatan fasilitas CBT, menghabiskan biaya yang lebih mahal dari pembuatan BUOY. "Jika dibandingkan dari biaya, pembuatan BUOY bisa menghabiskan miliaran, CBT  mencapai triliunan. Dari aspek perawatannya CBT lebih murah, BUOY akan lebih mahal. Dari waktu pembangunan, BUOY lebih cepat bisa hitungan bulan, CBT akan lebih lama bisa tahunan. Ini  hitung-hitungan kalau buat baru ya,"  rincinya.

Namun, kata dia, yang menjadi kendala pembangunan CBT ini adalah belum seluruh wilayah Indonesia memiliki jaringan kabel bawah laut Palapa Ring.  Untuk itu, Hammam memberi saran agar pembangunan BUOY juga tetap dilakukan untuk di beberapa titik.

"Jadi pembangunan CBT harus kita sadari belum tentu bisa meng-cover semuanya, karena Palapa Ring juga belum meng-cover seluruh wilayah di Indonesia.  Jadi mau tidak mau pembangunan BUOY tetap harus dilakukan. Tinggal kita lengkapi dengan gps dan dapat  diawasi titik deployment nya oleh TNI maupun Polri di perairan lepas,” sarannya.

Sebagai informasi, rentetan bencana yang melanda bumi pertiwi ini jelas membutuhkan sinergi antar pemangku kepentingan, yang juga diperkuat dengan adanya solusi dari sisi teknologi. Untuk itu,  Hammam berharap pemangku kepentingan terkait dapat segera ambil keputusan dalam membangun fasilitas deteksi dini tsunami.

“Membangun BUOY maupun kabel bawah laut atau CBT, BPPT siap jika ditunjuk. Indonesia harus mandiri dalam hal membangun kesiapsiagaan bencana, dengan teknologi yang bisa dibangun di negeri sendiri,” ungkapnya.