:
Oleh Baheramsyah, Minggu, 3 Desember 2017 | 22:40 WIB - Redaktur: Juli - 502
Jakarta, InfoPublik - Dengan adanya peningkatan status Gunung Agung dari siaga menjadi awas, Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Pemda setempat telah meyiapkan 14 titik lokasi penampungan ternak yang aman, serta telah menurunkan Tim Satgas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Satgas PKH).
Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan (Dirjen PKH) Kementerian Pertanian (Kementan) I Ketut Diarmita menegaskan upaya ini agar para peternak yang berada di lokasi terkena dampak tidak lagi panik dan khawatir untuk keselamatan dan keamanan ternak ternaknya.
“Kementerian Pertanian bekerja sama dengan Pemda setempat telah meyiapkan 14 titik lokasi penampungan ternak yang aman, serta telah menurunkan Tim Satgas Peternakan dan Kesehatan Hewan (Satgas PKH) yang bertugas sejak ditetapkannya status Gunung Agung awas mulai 23 September 2017 hingga turun jadi siaga, kemudian meningkat menjadi awas sampai dengan saat ini," katanya saat ditemui di Kantor Direktorat Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan di Ragunan Jakarta Selatan, Minggu (3/12).
Menurut I Ketut Diarmita, lokasi penampungan tersebar pada 5 kabupaten, yaitu: 1). Kabupaten Klungkung; 2). Kabupaten Buleleng; 3). Kabupaten Karangasem; 4). Kabupaten Gianyar; dan 5) Kabupaten Bangli.
“Lokasi penampungan ternak yang kami siapkan ini pastinya lebih aman bagi ternak warga daripada ternak berada di Kawasan Rawan Bencana (KRB). Apalagi di lokasi penampungan juga telah disediakan tempat kandang penampungan sementara, penyediaan pakan (hijauan dan konsentrat, obat-obatan dan pelayanan kesehatan, serta pelayanan lainnya dari petugas yang disediakan”, imbuhnya.
Selain itu, untuk membantu evakuasi ternak dan lain-lain, Tim Satgas PKH Antisipasi Erupsi Gunung Agung Bali yang telah dibentuk melalui SK No. 9764 tahun 2017 tertanggal 29 September 2017 juga selalu siaga membantu.
“Tim Satgas yang kita bentuk terdiri dari Ditjen PKH (Pusat dan UPT), Dinas PKH Provinsi Bali, Dinas Kabupaten (6 Kabupaten) yang membidangi fungsi peternakan dan kesehatan hewan. Tim Satgas tersebut dari mulai kita bentuk sampai saat ini masih terus bekerja di lapangan," ungkap I Ketut Diarmita.
Berdasarkan laporan dari Ketua Satgas I Ketut Gede Nata Kesume, dari pengalaman erupsi Gunung Agung sebelumnya, para peternak tidak lagi panik karena mereka telah mengetahui ada 14 titik lokasi penampungan ternak di yang berada di 5 kabupaten.
“Apalagi pada lokasi penampungan telah dilengkapi dengan penyediaan pakan (hijauan dan konsentrat)," ungkapnya.
Menurut Nata, berdasarkan laporan dari petugas dari beberapa lokasi kandang penampungan, ada sebanyak 35 ekor ternak yang terjual (jantan bakalan) dan beberapa pedet betina, namun dalam waktu yang tidak bersamaan.
“Penjualan ternak tersebut bukan dikarenakan mereka panik, namun karena mereka perlu uang untuk bekal persiapan mengungsi," ujarnya.
Nata menegaskan, penjualan ternak yang dilakukan oleh pengungsi juga dikawal oleh petugas pendamping di lapangan dan dengan harga yang wajar.
“Harga pedet betina per ekor rata-rata 5-6 juta, pedet jantan per ekor 6-7 juta, dan betina dewasa 8-10 juta per ekor. Sapi jantan dewasa berat 300-350 dengan harga 40-41 ribu per kg berat hidup, sedangkan jantan dewasa dengan berat di atas 400 kg seharga 42-43 ribu per kg berat hidup," kata Nata menjelaskan.
Lebih lanjut menurutnya, pasca erupsi Gunung Agung tidak banyak sapi yang dijual karena pengungsi yang kembali saat penurunan satus Gunung Agung belum berani membeli sapi lagi selama status belum aman.