:
Oleh H. A. Azwar, Selasa, 15 November 2016 | 16:24 WIB - Redaktur: R. Mustakim - 677
Jakarta, InfoPublik - Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Willem Rampangilei dan Menteri Kehakiman Australia Michael Keenan membuka secara resmi latihan gabungan penanganan darurat bencana gempa bumi dan tsunami yang berlangsung di Ambon selama tiga hari, tanggal 15-17 November 2016.
Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, selama latihan tabletop exercise (TTX), yang disebut Ambon Disaster Emergency Response Exercise (DiREx) 2016, pejabat dari Australia, Indonesia dan negara-negara yang tergabung dalam East Asia Summit (EAS) akan mengeksplorasi koordinasi bantuan dari kawasan pascabencana tsunami dengan menggunakam skenario gempabumi berkekuatan 8,7 SR, melalui tema “Promoting the EAS Rapid Disaster Response Toolkit as a Regional Protocol in Strengthening Effective Collaboration on Disaster Response and Resilience in the Region.”
Skenario latihan dikembangkan oleh DMInnovation, suatu program sains di bidang penanggulangan bencana sebagai upaya Australia dan Pemerintah Indonesia untuk memperkuat kemampuan dalam merespon krisis kemanusiaan. DMInnovation telah membantu untuk pemetaan bahaya dan keterpaparan serta perangkat yang menghasilkan produk seperti peta terdampak dan terpapar tsunami, seperti yang digunakan pada latihan ini, kata Sutopo, yang disampaikan melalui keterangan pers, Selasa (15/11).
Menurut Sutopo, fokus latihan adalah aplikasi praktek dari perangkat bernama EAS Rapid Disaster Response Toolkit, sebuah panduan komprehensif yang telah selesai disusun pada 2015.
Panduan ini disusun untuk para pengambil kebijakan baik pada pengiriman dan penerimaan bantuan kemanusiaan internasional. Latihan ini juga memberikan kesempatan untuk menguji ASEAN’s Standard Operating Procedure for Regional Standby Arrangement and Coordination of Joint Disaster Relief and Emergency Response Operations (SASOP), Bab VI tentang Pemanfaatan dan Penggunaan Aset Militer dan Kapasitasnya, ujar Sutopo.
Menteri Keenan mengatakan, latihan merupakan pencapaian yang signifikan dalam proses secara keseluruhan. “Latihan di Ambon ini merupakan puncak kerja keras selama lima tahun dalam kemitraan yang produktif antara Australia dan Indonesia, dalam kolaborasi bersama negara-negara EAS,” kata Keenan.
Panduan Tanggap Darurat Cepat EAS (EAS Rapid Disaster Response Toolkit) merupakan praktek terbaik yang ada saat ini, sumber daya penting yang akan memungkinkan negara-negara di kawasan untuk menyediakan secara cepat dan efektif bantuan sebagai bentuk respon pada bencana alam, seperti tsunami pada latihan ini.
Saya menyambut inisiatif Pemerintah Indonesia dalam melakukan latihan ini, yang akan menyediakan kesempatan yang berharga bagi semua negara yang terlibat untuk mengaplikasikan secara aktual perangkat pada sebuah skenario bencana, terang Keenan.
Sementara itu, Willem menyampaikan bahwa kemitraan dengan Australia pada penanggulangan bencana merupakan refleksi dari kerjasama yang lebih luas antar dua negara.
Kekuatan kerjasama digarisbawahi melalui kerjasama yang kuat, pada tingkat pemerintahan yang berbeda dan berbagai isu, termasuk penanggulangan bencana, kata Willem.
Menurutnya, Indonesia dan Australia sama-sama memahami dampak katastropik dari bencana alam. “Kita tidak dapat mencegah, tetapi dapat mengetahui bagaimana yang paling baik untuk menyediakan bantuan lintas negara yang sangat penting untuk meminimumkan korban jiwa dalam masa tanggap darurat dan mempercepat pemulihan,” ujar Willem.
Willem menambahkan, sangat percaya latihan bersama ini akan memberikan masukan yang berharga terhadap penanganan darurat bencana yang paling efektif di kawasan.
Latihan seperti dilakukan di Ambon ini sangat penting untuk menguji asumsi dan mengeksplorasi isu-isu sehingga kita dapat belajar dan siap apabila bencana sungguh-sungguh terjadi,” kata Willem.
Ambon DiREx 2016 ini diselenggarakan di Ambon, Provinsi Maluku, Indonesia. Dipilihnya Ambon sebagai pelabuhan penting di kawasan Maluku dan terpilih sebagai tempat penyelenggaraan karena penduduknya hidup di wilayah risiko bencana tinggi. Sebagai salah satu tempat tujuan wisata di timur Indonesia, Ambon menjadi daya tarik turis mancanegara setiap tahun. Konteks ini juga menjadi bagian dari skenario latihan, seperti pencarian WNA yang hilang pascabencana gempabumi dan tsunami.
Peserta dari Pemerintah Australia berasal dari perwakilan Kementerian Pertahanan, Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan, Australia Civil Military Center dan Kejaksaan Tinggi. Demikian juga perwakilan dari Indonesia seperti BNPB, kementerian/lembaga, TNI/Polri, perwakilan Pemerintah Provinsi dan Kabupaten di Maluku, serta negara-negara EAS. Personel penanggulangan bencana dari Timor Leste dan Fiji hadir sebagai observer.
EAS Rapid Disaster Response Toolkit mencakup tiga elemen atau perangkat, kontak penghubung pertama di setiap negara untuk permohonan atau peneriman bantuan, panduan mengenai penawaran bantuan dan daftar detail mengenai pengaturan dan kapabilitas di bidang bencana dari setiap negara pemberi bantuan. Pengembangan perangkat yang didukung Indonesia ini dipimpin oleh EMA dengan dukungan Kementerian Luar Negeri dan Perdagangan Australia.