Di Balik Langkah Nyaman Tamu Negara KTT ASEAN

: Keterangan Foto: Sejumlah pekerja memasang karpet saat persiapan KTT ke-43 ASEAN di Jakarta Convention Center di Jakarta, Kamis (31/8/2023). KTT ASEAN yang merupakan pertemuan tahunan para pemimpin negara anggota ASEAN tersebut akan diselenggarakan pada tanggal 5-7 September 2023 di Jakarta. ANTARA FOTO/Prasetia Fauzani/hp.


Oleh Untung S, Sabtu, 9 September 2023 | 07:20 WIB - Redaktur: Untung S - 89


Jakarta, InfoPublik – Karpet adalah elemen penting yang disiapkan sebaik mungkin oleh pemerintah Indonesia pada penyelenggaraan forum internasional. Tidak hanya harus terlihat menarik di mata tamu dan kamera peliput, karpet yang disiapkan untuk perhelatan seperti Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-43 ASEAN pada 5—7 September 2023 harus nyaman dan aman bagi para kepala negara dan undangan.

Di gelaran KTT ke-43 ASEAN di Jakarta Convention Center (JCC), nuansa lokal menyeruak dari bentangan karpet yang menyambut para tamu negara. Dua perusahaan dalam negeri PT Lung Victory Carpet dan PT Classic Prima Carpet jadi dua di antara beberapa penyedia alas pijak di JCC. Lebih istimewa lagi karena keduanya yang merupakan binaan Kementerian Perindustrian, juga menggandeng usaha mikro kecil dan menengah dalam aktivitasnya.

“Skala produksi kami memang industri. Namun, kami tetap melibatkan UMKM yang akan memanfaatkan sisa-sisa benang untuk dibuat tikar,” kata Lysawati dari PT Classic Prima Carpet, dalam keterangan tertulis Tim Komunikasi dan Media KTT ASEAN yang diterima InfoPublik, Sabtu (9/9/2023).

Proses produksi karpet di Perusahaan ini dari mulai merajut benang, menenunnya, lalu menambahkan lapisan di bawah karpet. Ketebalan benang akan menentukan ketebalan karpet. Tentu saja, makin tebal akan makin empuk. 

Perusahaan yang berasal dari Surabaya ini mulai beroperasional sejak 1984, menjebatani pengusaha dengan pemerintah. “Kalau kami ada masalah atau kendala, nanti kementerian mengarahkan untuk mendapatkan jalan keluar,” kata Lysawati.

Meski diakui Lysawati masih menemui beberapa kendala seperti untuk mendapat material yang bagus untuk karpet, khususnya untuk tamu-tamu penting, namun sebagai pembina, Kementerian Perindustrian selalu hadir memberikan solusi.

“Produksi benang rumput buatan Indonesia, misalnya, belum ada. Kami terpaksa impor bahan baku. Namun, pemerintah sangat mendukung industri seperti kami dengan memberlakukan BMDP (bea masuk ditanggung pemerintah),” katanya. 

Pengalaman mengerjakan permintaan untuk menyediakan karpet bagi KTT ke-43 ASEAN diperoleh Lysawati dari kontraktor. Sehingga ia tinggal menyediakan sesuai yang dibutuhkan. Namun tetap, ia merasa bangga bahwa perusahaan dilibatkan dalam acara besar. “Saya lupa ya, ini kali ke berapa saya ikut acara besar, yang jelas ini bukan kali pertama. Kami tentu bangga,” katanya. 

 

Sementara Chintya Bella yang mewakili PT Lung Victory Carpet juga mengatakan kebanggaannya bisa dipercaya terlibat di acara besar membawa nama baik Indonesia.

“Kami sangat bangga menjadi perusahaan yang mandiri. Masuknya kami menjadi pemasok untuk KTT ke-43 ini membuktikan bahwa kualitas produk dan layanan kami termasuk yang terbaik. Yang jelas, produk kami tidak kalah dengan produk luar negeri,” katanya. 

Selama ini, perusahannya memang kerap mengerjakan karpet untuk gedung perkantoran. Berdiri sejak tahun 1994, saat ini mesin karpet  di perusahaanya, kata Chintya, semakin lengkap dengan tambahan mesin handtufted, axminster, wilton, cutloop, robotufted, dan mesin jahit. 

Semua produksi dilakukan di Bandung, markas perusahaan.”Kami kini punya 60 SDM. Kami juga memberdayakan UMKM yang bertugas menggulung benang,” kata Chintya.

Menurut Chintya, karpet yang bagus adalah yang padat, tahan api, dan desainnya awet. Untuk menghadapi persaingan, ia menekankan pentingnya good service. Sebagai perusahaan binaan Kementerian Perindustrian, Chintya sangat berterima kasih sudah mendapat pelatihan, misalnya tentang pembatasan import dan pembebanan PPh untuk import bahan baku.  

Memajukan industri dalam negeri memang bisa dimulai dengan memberdayakan pengusaha lokal. “Rasanya perlu terus dukungan pemerintah untuk mempromosikan produk lokal,” kata Lysawati. 

Ajang internasional seperti KTT ASEAN saat ini adalah salah satu upaya memperkenalkan produk lokal. Industri dalam negeri memang perlu didorong agar semakin meningkat dan pada akhirnya menaikkan perekonomian Indonesia.

Jika melihat para tamu sangat nyaman melangkah di atas karpet-karpet di JCC, dan karpet itu tidak sulit dibersihkan, rasanya kualitasnya tidak perlu diragukan. Mengingat semua yang dipergunakan adalah yang terbaik, karpet itu pun tentu yang paling prima. Semua membuktikan bahwa produk lokal Indonesia punya daya saing untuk tampil di forum internasional. 

 

Berita Terkait Lainnya

  • Oleh Fatkhurrohim
  • Jumat, 3 Mei 2024 | 09:59 WIB
Bakamla RI Persiapkan ASEAN Coast Guard Forum 2024
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Kamis, 2 Mei 2024 | 12:16 WIB
Dihadiri Enam Negara ASEAN, Bakamla RI Gelar TEGM AFC 2024
  • Oleh Farizzy Adhy Rachman
  • Minggu, 28 April 2024 | 12:33 WIB
Ini Lokasi GPM Bawang Merah Bapanas
  • Oleh Wahyu Sudoyo
  • Sabtu, 20 April 2024 | 21:55 WIB
Begini Cara Museum Penerangan Tarik Minat Kunjungan Anak Muda