Wonderful Sudah Hattrick Kalahkan Truly

:


Oleh Tri Antoro, Rabu, 20 Januari 2016 | 22:19 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 1K


Mengalahkan Truly Asia Malaysia dalam dua tahun! Itu acap disampaikan Menteri Pariwisata Arief Yahya di berbagai kesempatan.

Mungkinkah itu? Darimana memulainya? Apakah itu tidak membangunkan macan tidur Malaysia? Justru membuat mereka semakin agresif dalam marketing dan pembenahan di semua lini? Mereka sudah punya modal 27 juta wisatawan dalam setahun?

Sementara Indonesia baru 10 juta wisman Destinasi andalan Wonderful Indonesia masih compang-camping. Pembangunan infrastruktur pariwisata masih butuh waktu 2-3 tahun lagi. Pusat-daerah belum bisa dikatakan blended dan belum kompak bergerak. Di era otonomi daerah saat ini, destinasi menjadi tanggung jawab kabupaten/kota dan provinsi. Jangan-jangan itu hanya sekadar slogan? Atau hanya psywar? Hanya mencari popularitas saja?

"Tidak! Kami sudah hattrick mengalahkan Malaysia di Halal Tourism Award di Abu Dhabi 2015. Lombok mendapatkan penghargaan World Best Halal Destination Award 2015 dan World Best Halal Honeymoon Award 2015. Lalu Hotel Sofyan Betawi memperoleh World Best Halal Hotel Award 2015. Malaysia yang selama ini menjadi legenda halal tourism tak mengantungi satu pun award di sana," kata Arief Yahya dalam rilisnya.

Dampak dari international award itu, kata Menpar, sangat besar. Lombok pasca mendapatkan penghargaan itu sangat bergairah. Atmosfer bisnis dan suasana industri perhotelan, restoran, biro perjalanan, dan semua usaha yang berbasis pada pariwisata mulai hidup. "Momentum inilah yang bisa kita kebut untuk mendapatkan wisman lebih banyak. Tinggal perbaiki destinasi dan lebih agresif promosi ke top five originasi halal," kata Marketeer of the year 2013 itu.

United Nation World Tourism Organisation (UN-WTO), Badan Dunia PBB yang mengurusi pariwisata, Kamis, 21 Januari 2016, akan mengumumkan jawara-jawara pariwisata di level global. UN-WTO dibentuk tahun 1957 dan award itu sudah diluncurkan sejak 2003. Ada 6 penghargaan yang dibagi menjadi dua, yakni penghargaan untuk individu 2 award, dan 4 award untuk kegiatan spesifik. Ini penghargaan yang paling bergengsi, level dunia, sistem penjurian paling ketat, bahkan tim jurinya melakukan penilaian dg on line streaming, tidak langsung bertemu saat presentasi.

Menpar Arief Yahya dua bulan silam sudah mengusulkan tiga unggulan Indonesia, dengan detail data-data dan aktivitas yang mendukung pariwisata. Dua award bidang individu itu adalah UN-WTO Ulysses Prize for Excellent in The Creation and Dessimination of Knowledge dan UN-WTO Life Time Achievement Award. Empat award kegiatan spesifiknya, UN-WTO Award for Innovation in Public Policy and Goverment, UN-WTO Award for Innovation in Enterprise, UN-WTO Award for Innovation in Non Govermental Organizations, UN-WTO Award for Innovation in Research and Technology.

Organisasi ini mendorong pelaksanaan kode etik pariwisata global, beranggotakan 154 negara, 7 wilayah, dan lebih dari 400 anggota afiliasi yang mewakili sektor swasta, lembaga pemerintahan, dan otoritas pariwisata lokal. UN-WTO ini bermarkas di Madrid dan diketuai oleh seorang berkebangsaan Yordania bernama Talib Rifai.

Tahun pertama awarding, 2003, yang memperoleh penghargaan UNWTO Ulysses Prize adalah Dr. Donald Hawkins dari George Washington University AS. Dia menciptakan serta menyebar luaskan pengetahuan di bidang pariwisata. UNWTO Awards kemudian baru diadakan kembali tahun 2006 dengan penambahan 2 kategori baru untuk inisiatif turisme yang lebih spesifik.

Kedua kategori itu adalah, inovasi kebijakan publik dan governance, dan inovasi dari pihak swasta (enterprise). Penerima inovasi kebijakan publik adalah Black Stone dari Amerika Serikat. Dan untuk enterprise diberikan kepada grup Accor.

Tiga jagoan Menpar Arief Yahya di Madrid lalu adalah Yayasan Karang Lestari, di Kampung Pemuteran, Buleleng, Bali, soal Coral Reef Reborn by Community Based Partisipation. Kedua, Pemkab Banyuwangi Jawa Timur, soal Four Winning Strategies keys to Success of Developing Sustainable Tourism in Indonesia. Ketiga, Garuda Indonesia, dalam program CSR Kuta Beach Clean Up, Reward for Indonesia Teacher dan Villages Assisted in Lombok and Bali.

Apakah unggulan yang dipresentasikan Menpar Arief Yahya itu akan sukses? Minimal mengalahkan Malaysia? "Ya, kita berusaha! Kita berkompetisi dengan cara yang sehat dan fair. Kita punya unggulan, dan itu kita dorong habis-habisan," jelas Arief Yahya meledak-ledak.

Menpar Arief Yahya selalu memandang Malaysia sebagai rival utama. Promosi Brand Wonderful Indonesia sudah mengalahkan Truly Asia nya Malaysia. Apa hanya karena itu, Arief Yahya begitu yakin bisa menekuk Malaysia di sisi yang lain? Hingga kemarin di Stasiun televisi nasional, dia masih meyakini agan mengalahkan Negeri Jiran Malaysia.