:
Oleh Norvantry Bayu Akbar, Rabu, 15 April 2020 | 08:26 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 1K
Jakarta, InfoPublik - Virus corona jenis baru, SARS-CoV-2, telah mengguncang dunia pada awal 2020. Dampaknya pun masih terasa hingga saat ini, bahkan lebih parah dari pertama kali virus itu mewabah.
Bagaimana tidak. Berdasarkan data worldometer pada Selasa (14/04/2020), tercatat sebanyak 210 negara dan wilayah berhasil terjangkit virus penyebab penyakit Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) pun telah dinyatakan sebagai pandemi global.
Covid-19 juga telah memakan korban yang terbilang cukup banyak, yakni mencapai 120.871 orang meninggal dunia dari 1.938.863 kasus positif Covid-19 di seluruh dunia. Jumlah tersebut masih bisa terus bertambah, mengingat sampai saat ini belum ada tanda-tanda krisis kesehatan global ini mereda.
Sinergi serta kolaborasi antarnegara pun menjadi penting. Dan itulah semangat yang dipegang oleh para anggota Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN) untuk memutus rantai penyebaran Covid-19. Setidaknya, untuk kawasan regional Asia Tenggara.
Menyikapi pandemi virus SARS-CoV-2, ASEAN menggelar Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) Khusus secara virtual pada Selasa (14/04/2020), dipimpin Vietnam selaku Ketua ASEAN tahun ini. Adapun Perdana Menteri (PM) Vietnam Nguyen Xuân Phúc yang bertindak sebagai Chairman pada KTT Khusus tersebut.
KTT Khusus tersebut diikuti antara lain Presiden RI Joko Widodo, Sultan Brunei Darussalam Hassanal Bolkiah, PM Kamboja Hun Sen, PM Laos Thoungloun Sisoulith, PM Malaysia Muhyiddin Yassin, Kanselir Myanmar Aung San Suu Kyi, Presiden Filipina Rodrigo Duterte, PM Singapura Lee Hsien Loong, PM Thailand Prayut Chan-o-cha, dan Sekretaris Jenderal ASEAN Dato Lim Jock Hoi.
Menurut Menteri Luar Negeri (Menlu) RI Retno Marsudi yang ikut mendampingi Presiden RI Joko Widodo, KTT Khusus ASEAN tersebut secara garis besar mendeklarasikan tujuh hal utama terkait penanganan pandemi Covid-19 di kawasan Asia Tenggara.
Pertama, pentingnya memperkuat kerja sama melawan Covid-19 dengan saling bertukar informasi, berbagi best practice, pengembangan riset, pengembangan epidomologi, pengembangan clinical treatment, dan lain-lain.
Kedua, pentingnya memberi perlindungan bagi warga negara dan negara anggora ASEAN, khususnya di masa pandemi seperti sekarang ini.
Ketiga, mendorong upaya untuk memperkuat komunikasi publik dan memerangi stigmatisasi serta diskriminasi.
Keempat, meneguhkan komitmen untuk mengambil langkah bersama dan kebijakan yang terkoordinasi untuk memitigasi dampak ekonomi dan sosial.
Terkait ini, para pemimpin ASEAN meminta agar menteri ekonomi ASEAN dapat mengimplementasikan hasil pertemuan pada 10 Maret lalu dan menindaklanjuti persiapan masa pemulihan saat pandemi berakhir, termasuk meminta perhatian khusus pada usaha kecil dan menengah serta kelompok rentan lainnya.
Kelima, adanya kesepakatan untuk menekankan pentingnya pendekatan komprehensif dengan melibatkan seluruh pemangku kepentingan dan sektor. Para pemimpin ASEAN pun mengapresiasi kerja ASEAN Coordinating Council (ACC) yang diketuai Menlu Vietnam dan beranggotakan para menlu ASEAN serta Kelompok Kerja Kesehatan Publik Darurat ACC.
Keenam, para pemimpin ASEAN juga menugaskan para menteri ekonomi ASEAN untuk memastikan berjalannya keterhubungan rantai pasokan di kawasan sehingga perdagangan dapat terus berjalan.
Terakhir, mendukung realokasi Trust Fund ASEAN guna membantu ASEAN dalam menangani Covid-19.
Sebagai informasi, negara anggota ASEAN adalah Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, FIlipina, Brunei Darussalam, Vietnam, Laos, Myanmar, Kamboja. Terkait Covid-19, Menlu Vietnam pada KTT Khusus ini melaporkan bahwa jumlah kasus di kawasan Asia Tenggara per 13 April 2020 adalah 19.997 dengan angka kematian 884 orang.
Sinergi dan Kolaborasi
Sementara itu, Presiden RI Joko Widodo saat berbicara pada KTT Khusus mendorong negara-negara ASEAN untuk bersatu, bersinergi, dan berkolaborasi melawan pandemi Covid-19. Sebab, saat ini seluruh negara di dunia, tidak terkecuali anggota ASEAN, tidak punya pilihan lain kecuali bersatu, bersinergi, dan berkolaborasi untuk menang melawan virus tersebut.
Pandemi Covid-19, menurut Presiden, telah menjadi musuh bersama yang memukul ekonomi dunia. Demikian pula ekonomi kawasan Asia Tenggara yang diprediksi hanya akan tumbuh sekitar 1 persen pada tahun ini. Oleh karenanya, Kepala Negara menyampaikan empat pandangannya terkait penanganan Covid-19.
Pertama, ASEAN harus memutus mata rantai penyebaran virus di masing-masing negara untuk kemudian kawasan Asia Tenggara terbebas dari pandemi. Termasuk salah satu upayanya adalah memutus risiko penyebaran virus di perbatasan.
Untuk itu, Presiden mengusulkan kepada ASEAN agar dapat menyusun sebuah protokol untuk merespons adanya pandemi di perbatasan melalui joint contract tracing and outbreak investigation. Dengan pengawasan ketat di perbatasan, menurutnya, maka akan memutus rantai penyebaran di kawasan.
Kedua, ASEAN harus mencegah hambatan lalu lintas barang, utamanya bahan makanan pokok, obat-obatan, dan alat kesehatan.
Terkait ini, Presiden mendorong ASEAN harus memiliki pengaturan bersama terkait lalu lintas perdagangan saat pandemi. Tentunya hal tersebut bisa menjadi rujukan untuk menghindari melemahnya ekonomi kawasan.
Hal ketiga yang disampaikan Presiden adalah terkait kerja sama perlindungan warga ASEAN. Menurutnya, ASEAN harus memiliki komitmen melindungi warganya, termasuk di dalamnya para pekerja migran.
ASEAN, kata Presiden, perlu menunjukkan komitmen tersebut agar rasa kekeluargaan di kawasan terasa di tengah krisis seperti ini sehingga rakyat merasakan langsung manfaat ASEAN.
Terakhir adalah perihal kolaborasi dan kerja sama dengan mitra ASEAN, termasuk ASEAN Plus Three (APT), yaitu kerja sama ASEAN dengan Jepang, Korea, dan Tiongkok. Presiden pun menyambut baik pembuatan ASEAN Covid-19 Response Fund untuk menghadapi situasi darurat seperti saat ini.
Terkait itu, saat sesi KTT Khusus APT yang digelar usai KTT Khusus ASEAN, Presiden menekankan bahwa penguatan kerja sama negara APT sangat penting untuk menciptakan resiliensi atau kemampuan beradaptasi dalam situasi sulit, dalam hal ini adalah pandemi Covid-19.
Menurut Presiden, Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan termasuk negara-negara pertama yang menghadapi Covid-19. Untuk itu, pengalaman penanganan Covid-19 perlu dibagi dengan negara-negara ASEAN.
Para pemimpin APT harus memberikan arahan kepada para menteri kesehatan agar terus melakukan koordinasi, termasuk penguatan kerja sama pengadaan dan produksi alat kesehatan dan obat-obatan, pengembangan kapasitas tenaga medis di bawah kerangka Field Epidemiology Training Network, dan penguatan kerja sama riset untuk membuat antivirus dan vaksin.
Sebagai langkah antisipasi pandemi ke depan, Presiden juga mengusulkan pembentukan gugus tugas khusus negara APT untuk pandemi yang bertugas memberikan rekomendasi langkah komprehensif sebagai upaya memperkuat resiliensi Kawasan APT, serta membentuk kerja sama antara industri obat dan farmasi negara APT, termasuk perusahaan-perusahaan milik negara (BUMN) yang memproduksi obat-obatan.
Dalam kesempatan tersebut, Presiden juga menyinggung soal penguatan kerja sama untuk memperkuat resiliensi ekonomi negara-negara APT. Sebab, menurut Presiden, pandemi Covid-19 dipastikan akan berpengaruh pada situasi ekonomi global.
Namun, ia juga mengingatkan bahwa APT sebenarnya telah memiliki infrastruktur kerja sama ekonomi yang cukup kuat, yakni Macroeconomic Research Office (AMRO) dan Chiang Mai Initiative Multilateralization (CMIM) yang harus sudah disiagakan, serta ASEAN+3 Emergency Rice Reserve yang juga harus disiagakan untuk menjamin keamanan pangan.
Selain itu, Presiden juga mendorong agar APT sepakat untuk menguatkan kerja sama agar arus pergerakan barang harus tetap berjalan. Indonesia, menurut Presiden, juga akan memastikan pelabuhan-pelabuhan serta simpul pendukung logistiknya akan tetap berjalan.
“Saya ingin tekankan negara-negara ASEAN Plus Three harus memimpin untuk menjamin agar kawasan kita tetap menjadi engine of the global economic growth. Mari kita kembali tunjukkan bahwa APT adalah jangkar ketahanan di kawasan,” kata Presiden mengakhiri pidatonya. (Foto: Setnas ASEAN)