REI Batam : Rumah Sederhana Tapak Banyak Peminatnya

:


Oleh MC Kota Batam, Jumat, 15 April 2016 | 11:38 WIB - Redaktur: Eka Yonavilbia - 738


Batam, InfoPublik  - Dewan Pengurus Daerah Real Estat Indonesia (DPD REI) Khusus Batam terus mengejar pembangunan rumah sederhana tapak demi penuhi target program sejuta rumah yang ditaja pemerintahan Presiden Joko Widodo.

Program sejuta rumah ini dibuat pemerintah untuk memberikan tempat hidup yang layak bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Kemudahan yang diberikan antara lain dari sisi uang muka kredit kepemilikan rumah (KPR) rendah, bunga cicilan juga rendah, serta jangka waktu cicilan lebih lama.

Ketua DPD REI Khusus Batam, Djaja Roeslim mengatakan minat masyarakat Batam terhadap rumah sederhana tapak yang dibangun developer sangat tinggi. "Peminat banyak. Kalau semua dibangun, akan terserap," kata dia.

Menurutnya, pemerintah setiap tahun memberikan target untuk tiap daerah membangun rumah sederhana. Tapi untuk tahun 2016 ini, kata Djaja, target untuk Batam belum diberikan pemerintah pusat. Sehingga pihaknya masih berupaya penuhi target tahun lalu.

"2015, kita ditargetkan 5500 rumah. Tapi tidak tercapai. Baru 3000-an. Jadi sekarang kita selesaikan target tahun lalu dulu. Sementara target 2016 kita belum tahu," kata Djaja beberapa waktu lalu.

Menurut Djaja kendala dalam pembangunan rumah sederhana tapak ini adalah keterbatasan lahan. Proses perizinan pun terkendala karena ada beberapa lahan yang belum terbit hak pengelolaannya (HPL), kemudian sertifikat lahan yang belum siap. Dan ada beberapa lahan yang dialokasikan ke pengembang, masih ditempati penduduk.

"Dulu bisa 5000-7000 rumah per tahun. Kita berharap habis ini akan bangun yang vertikal. Seperti rusunami (rumah susun sederhana milik), swasta bisa berpartisipasi," ujarnya.Meski ia akui, rumah vertikal harga jualnya lebih mahal daripada rumah tapak. Djaja mengatakan untuk rumah sederhana vertikal, dijual dengan harga Rp 9 jutaan per meter persegi. Artinya untuk satu unit rumah susun tipe 36 harganya berkisar Rp 300 jutaan.

"Kalau bangun ke atas memang lebih mahal karena konstruksinya. Seperti apartemen tapi dengan fasilitas yang lebih sederhana. Untuk saat ini belum tertarik bangun vertikal, tapi ke depan ketika lahan semakin sedikit, ada kemungkinan dibangun ke atas," kata Djaja. (MC.Batam/ Kartika/Eyv)