:
Oleh Wahyu Sudoyo, Selasa, 22 November 2022 | 06:34 WIB - Redaktur: Untung S - 583
Jakarta, InfoPublik – Perkembangan teknologi digital, termasuk teknologi penyiaran, terus terjadi dan tidak bisa menunggu, seperti yang terjadi pada teknologi telepon seluler (ponsel), di mana masyarakat yang harus menyesuaikan dengan membeli gawai baru.
“Perkembangan teknologi itu tidak menunggu atau tidak jadi, masyarakat yang biasanya menyesuaikan. Misalnya saja HP (handphone) ya, zaman dulu hp-nya itu Nokia yang tebal, kemudian berganti ada BlackBerry, kita semua tidak protes. masing-masing memberi aja membeli HP itu dan terus berganti, di industri pertelevisian juga seperti itu berkembang,” ujar Staff Khusus Menteri Komunikasi dan Informatika (Stafsus Menkominfo), Rosarita Niken Widiastuti, dalam webinar Sosialisasi ASO dan Seremoni Penyerahan Bantuan STB Kementerian Kominfo RI bersama Komisi I DPR RI di Jakarta, pada Senin (21/11/2022).
Stafsus Menkominfo mengatakan, sebenarnya masyarakat telah merasa nyaman dengan siaran televisi analog yang telah dinikmati selama puluhan tahun.
Tetapi ternyata tidak semua wilayah terjangkau siaran analog dan dengan hadirnya inovasi teknologi, saat ini telah diterapkan siaran digital yang memiliki berbagai kelebihan dalam jangkauan siaran, seperti halnya ketika ditemukan teknologi TV berwarna yang menggantikan TV hitam putih.
“Kalau dulu para orang tua mengalami kalau nonton TV itu isinya hitam putih, nah kemudian teknologi berkembang, kita semua harus membeli TV baru kalau mau nonton siaran berwarna. Sekarang kita beralih ke TV digital itu sangat simple tidak mengganti perangkatnya, jadi TV tabung yang masih analog bisa (dengan alat set top box),” jelas dia.
Menurut Stafsus Niken, selain gambarnya lebih bagus, suaranya lebih jernih dan lebih beragam, penerapan teknologi TV digital secara nasional juga merupakan amanat dari regulasi organisasi telekomunikasi internasional atau International Telecommunication Union (ITU).
Sebab, siaran digital bisa menghemat penggunaan frekuensi penyiaran, infrastruktur tak terlihat yang tidak bisa diubah atau ditambah lagi. Padahal frekuensi itu juga dipergunakan untuk TV, penerbangan hingga internet.
“Kalau TV digital itu satu frekuensi bisa digunakan ramai-ramai 6-12 TV. kalau TV analog satu frekeuansi hanya satu TV, jadi sangat amat hemat,” imbuh dia.
Penghematan frekuensi yang didapatkan dari migrasi siaran digital akan bisa dialihkan untuk perluasan akses internet di wilayah perbatasan dan untuk meningkatkan kualitas dan kecepatan yang sudah ada.
Dengan adanya frekensi tersebut, maka teknologi jaringan 5G akan bisa diterapkan di berbagai titik, sehingga akan bisa berkontribusi dalam mendorong ekonomi digital nasional yang kini berkontribusi sekitar satu persen Produk Domestik Bruto (PDB) nasional.
“Jadi kalau semakin banyak masyarakat bisa memanfaatkan internet untuk ekonomi untuk konten kreatif hal positif, maka ekonomi Indonesia akan semakin meningkat. Kita sangat bersyukur ya ekonomi Indonesia itu termasuk luar biasa daripada negara lain pertumbuhan ekonominya,” katanya menandaskan.
Foto: YouTube