Kain Magis untuk Delegasi G20

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Senin, 8 Agustus 2022 | 02:09 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 2K


Jakarta, InfoPublik - Pemerintah akan memberi souvenir kepada para delegasi G20 yang akan menghadiri acara KTT pada 15 dan 16 November 2022 di Nusa Dua, Bali. Souvenir yang dipilih tak main-main. Bukan emas memang tapi sebuah kain yang berasal dari Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem. Namanya kain gringsing.

Souvenir sebanyak 120 kain ini telah dipesan Meteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Menparekraf), Sandiaga Salahuddin Uno langsung dari pengerajin kain di Desa Wisata Tenganan Pegringsingan, Kabupaten Karangasem. Kain yang dipesan sejak September 2021 itu telah diselesaikan perajin.

"Semuanya sudah di-packing (kemas)," ujar Bendesa Adat Desa Tenganan, Putu Suarjana di Tenganan, Minggu (31/7/2022).

Kain gringsing yang yang akan dijadikan souvenir itu dibuat melalui seleksi ketat, terutama menyangkut kualitas. Seleksi sudah memenuhi syarat yang diminta oleh forum Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis (MPIG) Tenun Gringsing Bali.

Kain itu memiliki lebar 20 sentimeter dan panjang 180 sentimeter. Pengerjaan 120 kain itu melibatkan 125 perajin Tenganan.

Kain Penolak Bala

Kain gringsing merupakan salah satu warisan budaya kuno Bali yang masih bertahan sampai saat ini. Mengutip jalurrempah.kemdikbud.go.id, kata gringsing berasal dari kata gring yang bermakna 'sakit' dan sing yang berarti 'tidak'. Secara bebas, kata gringsing bisa diartikan kain magis yang membuat pemakainya terhindar dari bala.

Kain ini juga dipercaya sebagai pelindung, sehingga cukup sering digunakan oleh masyarakat Bali untuk acara seperti upacara pernikahan dan upacara keagamaan.

Kain ini memiliki beberapa motif di antaranya: lubeng, sanan empeg, cecempakaan atau bunga cempaka, dan cemplong.

Motif lubeng memiliki ciri kalajengking. Kain motif ini sering digunakan sebagai busana adat untuk acara keagamaan.

Sedangkan motif sanan empeg yang identik dengan kotak poleng merah hitam dan motif cecempakaan atau bunga cempaka yang sering dipakai untuk busana adat dalam upacara keagamaan dan kikir gigi.

Sementara motif cemplong, berciri bunga besar di antara bunga-bunga kecil di sekitarnya.

Motif kain tenun tersebut melambangkan keseimbangan antarmanusia, manusia dengan alam, serta manusia dengan Tuhan.

Dalam acara adat, para perempuan mengenakan kain tenun gringsing sebagai selendang atau senteng. Sedangkan pada pria digunakan sebagai ikat pinggang.

Pembuatan kain ini menggunakan teknik ikat ganda. Butuh waktu yang sangat lama untuk menyelesaikan pembuatan kain ini. Proses paling lama terutama saat pembuatan motif ikat gandanya. Pewarnaan kain menggunakan warna yang dihasilkan dari minyak kemiri. Untuk menghasilkan warna yang nyata diperlukan waktu lebih dari tiga bulan.

Kain tenun gringsing 100 persen dibuat menggunakan tangan atau tanpa bantuan mesin apapun.

Kain tenun gringsing disebutkan dalam Kakawin Nagarakertagama karya Empu Prapañca. Di mana dalam kitab itu menyebut tirai-tirai di salah satu kereta kencana Hayam Wuruk, Sri Nata Wilwatikta, terbuat dari kain gringsing.(*)

(Perajin sedang membuat kain gringsing. Foto: tangkapan layar https://jalurrempah.kemdikbud.go.id/foto/)