Amankah Mengkonsumsi Daging Hewan yang Terjangkit PMK?

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Jumat, 13 Mei 2022 | 15:06 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 414


Jakarta, InfoPublik - Zaini kaget. Saat pergi menengok sapinya yang ada di kandang dekat rumahnya, sapi peliharaannya tak berdiri. Padahal biasanya sapi itu langsung berdiri jika ia datang memberi pakan. Tapi Minggu (1/5/2022) sore itu tidak. Sapi miliknya juga terlihat loyo.

Ia pun mendekati hewan itu. Disentuh-sentuh, sapi itu tetap susah berdiri. Air liur yang keluar dari mulutnya terlihat berbusa. Ia lalu memeriksa sapi itu. Ternyata ada bintik di bagian lidah. Bagian kuku sapi juga terluka. Zaini lalu bertanya ke tetangga yang juga memelihara sapi. Ternyata sapi mereka juga mengalami hal yang sama.

"Awalnya mulai malam takbiran itu sapinya sulit bangun, kira-kira 150-an sapi di sini," kata warga Dusun Basuki, Blok Darungan, Desa Nguter, Kecamatan Pasirian, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Senin (9/5/2022).

Karena banyak yang seperti itu warga akhirnya melapor ke Dinas Peternakan setempat. Dari hasil pemeriksaan, sapi Zaini dan warga lain itu divonis terkena penyakit Penyakit Mulut dan Kuku (Foot and Mouth Disease).

Kementerian Pertanian mencatat,  penyakit tersebut tidak hanya ada di Lumajang tapi meluas ke daerah lain. Di Jawa Timur penyakit sejenis juga ditemukan di Kabupaten Gresik, Sidoarjo, Lamongan, dan Mojokerto. Selain di Jawa Timur, penyakit ini juga ditemukan di sejumlah kabupaten di Provinsi Aceh seperti Aceh Tamiang dan Aceh Timur.

Kementerian Pertanian pun secara resmi menetapkan dua provinsi ini sebagai provinsi terdampak wabah penyakit mulut dan kuku (PMK).

Menteri Pertanian, Syahrul Yasin Limpo, menyebut pihaknya telah melakukan intervensi penyebaran wabah PMK di dua provinsi itu. Wabah PMK memiliki tingkat penularan yang tinggi karena bisa menyebar lewat udara (airborne).

"Daerah-daerah ini menjadi sepenuhnya dalam kendali agar tidak terjadi mutasi-mutasi yang berlebihan. Pengendalian langsung oleh tenaga-tenaga Ditjen Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan," kata Syahrul dalam konferensi pers virtual, Rabu (11/5/2022).

Kasus PMK pertama kali ditemukan di Gresik, Jawa Timur pada 28 April 2022. Sejak ditemukan pertama itu jumlah kasus mengalami peningkatan rata-rata dua kali lipat setiap harinya.

Agar wabah ini tak makin meluas, Kementerian Pertanian melakukan lockdown untuk lima kabupaten yang didapati adanya PMK itu. Penguncian wilayah untuk lalu lintas ternak ini sesuai dengan instruksi Presiden Joko Widodo.

"Saya minta Menteri Pertanian, segera dilakukan lockdown zonasi, lockdown di wilayah, sehingga mutasi ternak dari satu tempat ke tempat yang lain atau pergerakan ternak dari kabupaten ke kabupaten, apalagi provinsi ke provinsi betul-betul bisa dicegah," kata Jokowi seperti ditayangkan akun Youtube Sekretariat Presiden, Senin (9/5/2022).

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Nasrullah mengatakan, berdasarkan pendataan dan pemantauan di lapangan, jumlah hewan ternak yang terkonfirmasi sakit PMK sebanyak 200 ekor, mati 4 ekor, dan sembuh 12 ekor.

Ke depan, menurut Menteri Syahrul, Kementan telah menyiapkan tiga langkah pengendalian PMK di Provinsi Jawa Timur dan Aceh, yakni langkah darurat, langkah sementara, dan langkah pemulihan. Dalam pengendalian darurat, ada dua langkah yang penting, yakni penguatan imun hewan ternak di kedua provinsi dan vaksinasi hewan ternak.

Saat ini, kata Syahrul, pihaknya telah menyebarkan standar prosedur operasi (SOP) kepada seluruh pemerintah kabupaten tentang cara pembatasan pergerakan ternak. Namun demikian, pelaksanaan teknis akan diserahkan sesuai dengan keputusan masing-masing pemerintah kabupaten. Sebab, setiap daerah memiliki perbedaan budaya terhadap cara menangani hewan.

Selain itu, Kementan telah mengirim ribuan tenaga medis dan paramedis ternak ke wilayah terdampak PMK. Kementan juga telah melibatkan Satgas Pangan dan Kementerian Perhubungan untuk menjaga pergerakan hewan antar wilayah. "Kementan akan mengadakan pelatihan kepada kepolisian terkait pengawasan, pengendalian, dan pembinaan pergerakan hewan ternak," ujarnya.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan, Nasrullah, menyebut PMK tidak memiliki obat karena disebabkan oleh virus. Karenanya, langkah terdekat yang akan dilakukan adalah meningkatkan imunitas hewan ternak dengan pemberian vitamin dan booster pada hewan yang rawan.

Menurut Nasrullah, Kementan akan mengimpor sebagian kecil vaksin yang dibutuhkan. Adapun, vaksin impor tersebut akan ditujukan bagi Provinsi Jawa Timur dan Aceh, terutama di enam kabupaten yang menjadi perhatian khusus. Sementara vaksin untuk hewan ternak di daerah sekitar akan menggunakan vaksin besutan produsen lokal yang sudah teruji.

Ditemukannya wabah PMK ini memang cukup mengejutkan. Sebab, lebih dari tiga dekade, Indonesia telah dinyatakan bebas dari penyakit ini. Di Indonesia PMK pernah pertama kali menjangkiti Indonesia pada 1887. Saat itu, kasus ditemukan di Malang, Jawa Timur. Dari Malang, penyakit ini menyebar ke negara tetangga.

Berselang beberapa tahun atau tepatnya pada 1892, PMK kembali ditemukan di Jawa Timur dan Sumatera. Berturut-turut setelah itu pada 1902 penyakit ini juga ditemukan di Sulawesi. Lalu pada 1906 ditemukan Kalimantan dan Madura. Pada 1907 penyakit ini kembali menjangkiti Sulawesi dan Nusa Tenggara Barat pada 1911 serta Madura pada 1913.

Apa itu PMK?
Penyakit Mulut dan Kuku (Foot and Mouth Disease) dan Apthtae Epizooticae adalah penyakit hewan menular bersifat akut. Penyakit ini disebabkan oleh virus tipe A dari keluarga Picornaviridae, genus Apthovirus. Masa inkubasinya antara 2-14 hari.

Secara umum, PMK merupakan penyakit infeksi virus yang sangat menular pada hewan berkuku genap/belah yaitu jenis ruminansia (sapi, kerbau, kambing, domba, rusa), babi, unta dan beberapa jenis hewan liar seperti bison, antelope, menjangan, jerapah dan gajah.

Penyakit ini ditandai dengan adanya pembentukan vesikel/lepuh dan erosi di mulut, lidah, gusi, nostril, puting, dan di kulit sekitar kuku.

Ada tujuh serotipe PMK yang telah diidentifikasi yaitu tipe Oise (O); Allemagne (A); German Strain (C); South African territories 1 (SAT 1); SAT 2; SAT 3; dan Asia 1. Tipe O, A, C, SAT 1, SAT 2, SAT 3 dan Asia 1 tersebut yang secara imunologis berbeda satu sama lain.

Direktur Jenderal Peternakan dan Kesehatan Hewan Kementan Nasrullah mengatakan, Pusat Veteriner Farma (Pusvetma) telah menemukan serotipe PMK yang kini melanda Aceh dan Jawa Timur yakni tipe O dengan strain Ind2001. Strain PMK tersebut umum ditemukan di Asia Tenggara.

Aman Dikonsumsi
Menurut Menteri, meski penyakit terkonfirmasi dapat menyebar cepat mengikuti arus transportasi daging dan ternak terinfeksi, namun PMK dipastikan tidak berisiko terhadap kesehatan manusia. “Yang perlu kita pahami penyakit PMK ini memang berbahaya bagi hewan, tetapi tidak menular atau tidak berisiko pada kesehatan manusia," kata dia.

Hewan ternak yang terinfeksi virus PMK, kata Syahrul, "masih aman" dikonsumsi manusia.

"Yang tidak boleh hanya pada tempat-tempat yang langsung terkena dengan PMK. Misalnya organ-organ tertentu, yang terkena misalnya kaki, ya tentu saja harus diamputasi dulu," kata dia.

Begitu juga dengan jeroan, mulut, lidah yang terkena virus itu. "Itu yang memang tidak direkomendasi, tapi yang lain masih bisa direkomendasi. Apa yang ingin saya sampaikan di sini bahwa dagingnya pun masih bisa di makan," katanya.

(Dokter hewan memeriksa kesehatan hewan sapi di salah satu lokasi peternakan di Jakarta, Kamis (12/5/2022). Pemeriksaan dari Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (KPKP) setempat itu guna mencegah penyebaran wabah virus penyakit mulut dan kuku (PMK) pada hewan ternak yang sudah merebak di sejumlah daerah. ANTARA FOTO/Rivan Awal Lingga/foc.)