Waspada, Mutasi COVID-19 belum Berakhir

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Kamis, 7 April 2022 | 08:47 WIB - Redaktur: Untung S - 491


Jakarta, InfoPublik - Kabar terbaru itu disampaikan Badan Kesehatan Dunia (WHO). Pada 19 Januari 2022, menurut WHO, varian baru virus Corona (COVID-19) telah ditemukan di Inggris. Varian baru ini disebut XE.

XE merupakan rekombinasi COVID-19 varian Omicron asli, BA.1, dengan subvariannya BA.2 (Omicron Siluman).

Menurut WHO, varian XE memiliki strain yang lebih kuat dibandingkan varian virus corona sebelumnya.

Varian XE, kata WHO, tampaknya 10 persen lebih menular dibanding BA.2, yang lebih cepat pertumbuhannya. Namun untuk memastikan tingkat penularannya masih dibutuhkan penelitian lebih lanjut. "Kurang dari 600 sekuens telah dilaporkan," kata WHO, Selasa (5/4/2022).

Di Inggris, Badan Keamanan Kesehatan Inggris (UKHSCA), mencatat ada 637 kasus XE hingga 22 Maret 2022.

Selain di Inggris, varian itu juga telah ditemukan di Thailand. Di Thailand, kasus itu pertama dilaporkan pada Sabtu (2/4/2022).

Dari hasil laporan Pusat Genomik Medis Rumah Sakit Ramathibodi, Thailand, disebutkan pasien Omicron 'XE' hanya mengalami gejala ringan dan kondisinya terus membaik.

Meski begitu, diperkirakan varian 'XE' itu akan menyebar dengan cepat ke seluruh penjuru Thailand.

Pakar kesehatan publik dari Boston Children's Hospital, John Brownstein, meminta agar munculnya varian baru itu tak perlu diresahkan. Sebab, varian rekombinan semacam itu sudah sering muncul. Bahkan, ia menyebut varian-varian seperti itu bisa hilang dengan sendirinya.

"Saat ini, tidak ada kekhawatiran terhadap kesehatan publik. Varian rekombinan akan terus bermunculan. Pada kenyataannya, itu adalah subvarian XE, berarti kita sudah mendeteksi subvarian XA, XB, XC, dan XD," kata dia.

Lalu apa gejala yang muncul jika terifeksi varian itu? Gejala awal biasanya adalah kelelahan dan pusing yang diikuti oleh sakit kepala, sakit tenggorokan, nyeri otot, dan demam. Beberapa tanda-tanda gastrointestinal lain, seperti diare, mual, muntah, sakit perut, cukup umum dilaporkan pada orang yang terinfeksi XE.

Epidemiolog Griffith University, Dicky Budiman, mengatakan varian XE merupakan varian yang berasal dari struktur protein Omicron atau B.1.1.529. Tingkat penularan varian itu, menurut dia, harus diwaspadai lantaran merupakan rekombinasi dari dua subvarian Omicron.

"Yang membuat kita harus waspada adalah informasi awal yang dirilis menunjukkan varian Omicron XE, 10 persen lebih lebih cepat penyebarannya, kemampuan menginfeksinya, dibandingkan Omicron BA.2," ujar Dicky.

Pada 5 April 2022 lalu, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyatakan, pihaknya belum menemukan adanya varian itu di Indonesia. “Pemerintah selalu memantau dan menggunakan data terkini dengan tetap mengedepankan prinsip kehati-hatian dalam berbagai penyesuaian kebijakan,” Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19, Wiku Adisasmito.

Wiku mengimbau agar masyarakat tidak perlu takut yang berlebihan. Alasannya, karena rekombinasi virus bukanlah suatu hal baru. “Ketakutan yang berlebihan pun akan berpengaruh pada imunitas tubuh menghadapi berbagai ancaman penularan penyakit di sekitar kita,” ujar Wiku dalam keterangannya, Rabu (6/4/2022).

(Warga melintasi mural bertemakan COVID-19 di Cibinong, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Senin (14/3/2022). Data Kementerian Kesehatan (Kemenkes) menyebutkan kasus COVID-19 di 30 provinsi mengalami penurunan dan pada Minggu (13/3) kasus konfirmasi harian COVID-19 turun hingga menyentuh 11.585 setelah sehari sebelumnya tercatat sebanyak 14.900 kasus. ANTARA FOTO/Yulius Satria Wijaya/rwa.)