Gamelan, Instrumen Musik yang Punya Nilai Istimewa

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Sabtu, 18 Desember 2021 | 21:06 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 1K


Jakarta, InfoPublik - Ada yang tak biasa dalam pementasan wayang yang digelar di halaman kantor Dinas Pariwisata (Dispar) DIJ Yogyakarta, beberapa waktu silam. Para bule terlihat duduk bersimpuh, memegang sejumlah alat musik yang ada di panggung. Pemain musik, seperti gamelan, gendang, gong, suling, bonang, siter, rebab, kempul, kempyang, kethuk, dan lainnya, yang biasanya diisi "orang kita" malam itu digantikan para bule.

Malam itu mereka menunjukkan kepiawaian memainkan alat-alat musik itu. Usut punya usut ternyata, memang mereka ini pemain gamelan yang profesional. Mereka kelompok. Namanya Sari Raras yang berasal dari Universitas Berkeley, California, Amerika Serikat. Kelompok Sari Raras sudah terbentuk sejak tahun 1988. Luar biasa.

Pemandangan orang asing memainkan alat musik gamelan itu memang bukan hal yang asing. Tak hanya kelompok Sari Raras, masih banyak bule-bule lain yang juga menggandrungi alat musik yang biasa digunakan untuk mengiringi wayang atau tari. Gamelan memang sudah mendunia.

Gamelan tak hanya sekadar alat musik. Banyak nilai-nilai sejarah dan filosofis yang terkandung dalam gamelan itu. Nilai-nilai inilah yang menjadi salah satu pertimbangan UNESCO, menjadikan gamelan sebagai Warisan Budaya Tak Benda. Ini merupakan penetapan warisan tak benda ke-12 yang dimiliki Indonesia.

Kabar ditetapkannya gamelan menjadi warisan tak benda ini diungkapkan Presiden Joko Widodo, Rabu (15/12/2021) lalu.

"Saya menyambut dengan hangat dan bangga atas penetapan ini. Gamelan sudah lama menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari rakyat di berbagai daerah di Indonesia, terus dipelajari, dikembangkan dan diwariskan dari generasi ke generasi," kata Jokowi di akun Instagram resminya, Kamis (16/12/2021).

Komite Konvensi Warisan Budaya Tak Benda UNESCO menemukan, gamelan bukan hanya instrumen kesenian semata, melainkan juga instrumen yang mengajari berbagai hal, seperti sikap saling menghormati, mencintai, dan peduli satu sama lain.

Gamelan selama ini juga kerap digunakan untuk berbagai acara sakral, seperti upacara atau perayaan. Hal tersebut membuat gamelan memiliki nilai filosofis yang lebih kompleks dan menarik dibandingkan warisan budaya lainnya. Gamelan juga kerap ditampilkan dalam berbagai artefak dan karya seni, seperti relief di Candi Prambanan dan Candi Borobudur. Hal tersebut membuktikan bahwa gamelan juga merupakan Warisan Budaya Tak Benda yang telah ada sejak lama, yakni sejak 404 Masehi.

Gamelan berasal dari kata “gamel.” Dalam Bahasa Jawa berarti memukul atau menabuh. Sedangkan akhiran “an” merujuk pada kata benda. Secara bebas, gamelan diartikan sebagai seperangkat alat musik yang dimainkan dengan cara dipukul atau ditabuh.

Gamelan sudah menjadi bagian kehidupan sehari-hari rakyat di berbagai daerah di Indonesia. Tak hanya di Jawa, alat musik ini juga bisa kita temukan di Bali atau daerah lainnya.

Gamelan biasanya terdiri dari seperangkat instrumen yakni gendang, gong, suling, bonang, siter, rebab, kempul, kempyang, kethuk, saron, gender, slenthem, kemanak, cemplung.

Dalam sejarahnya, gamelan telah mengalami perubahan dan perkembangan yang luar biasa baik dilihat dari wujud, makna kualitas, kuantitas, fungsi dan kegunaannya.

(Penabuh gamelan atau pengrawit anak-anak mengiringi lagu berjudul Dawet Ayu dalam Pagelaran Karawitan Virtual di Sanggar Oerip Budaya, Ngawi, Jawa Timur, Minggu (21/11/2021). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/hp.)