Menebar Kebaikan Melalui Warung

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Senin, 24 Mei 2021 | 21:58 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 367


Jakarta, InfoPublik - Sebuah tenda berdiri di trotoar di dekat sebuah pasar di Malang, Jawa Timur. Tenda itu bertuliskan "Warung Kebaikan."

Beberapa anak muda yang mendirikan tenda itu juga terlihat sibuk. Ada yang sedang meracik makanan, ada yang berdiri di tepi jalan sambil mempersilakan siapa saja yang mau singgah.

Inilah gerakan sosial yang diberi nama Warung Kebaikan. Gerakan ini berdiri pada 2016 atau jauh sebelum pandemi COVID-19 melanda Indonesia. Mereka terdiri dari anak-anak muda Malang. Komunitas ini berdiri untuk membantu siapapun yang membutuhkan uluran tangan.

Karjo (40 tahun) adalah inisiatornya. Pemuda yang sehari-hari bekerja sebagai pekerja lepas ini bercerita, awal mula membuat gerakan ini. Ide mendirikan komunitas ini berawal saat dirinya mengantarkan istrinya ke pasar. Ketika menunggu istrinya berbelanja, ia melihat ada seorang tukang becak yang meneguk air putih terus-menerus.

Penasaran, ia menghampiri tukang becak itu. "Pak, dari tadi sampeyan (Anda) kok mimum terus," tanya Karjo kepada tukang becak itu.

Sambil terbata-bata si tukang becak menjawab, "Saya belum dapat penumpang dari tadi. Belum ada uang untuk saya buat makan."

Karjo kaget mendengar jawaban itu. Rupanya, si tukang becak itu minum itu untuk mengganjal perutnya yang kosong.

Dari peristiwa itu, Karjo kemudian tergerak untuk membantu orang-orang kecil seperti tukang becak itu. Peristiwa itu ia ceritakan kepada teman-temannya. Mereka mendukung gagasan Karjo untuk menebar kebaikan, tak hanya kepada orang kecil tapi kepada siapa saja yang membutuhkan uluran tangan.

Gagasan itu mendapat sambutan. Selain dari iuran teman-temannya, banyak juga orang baik yang menyumbangkan dananya kepada komunitas ini. Lalu Karjo dan teman-temannya mendirikan komunitas "Panitia Kebaikan." Komunitas ini membagikan apa saja yang disumbangkan warga kepada kaum duafa.

Makin lama makin berkembang, lalu ia membuat program warung kebaikan. Warung ini menyediakan makan, minum, dan snack.

Mereka memang tidak menggratiskan panganan itu. Untuk bisa menikmati panganan itu, mereka yang mau hanya diminta membeli seharga Rp 2.000.

"Uang Rp 2.000 yang mereka bayarkan itu nantinya bisa untuk yang lain, untuk mengelola yang lain, saling membantu. Jadi ada empati bahwa ‘oh iya kalau saya dengan Rp 2.000 bisa membantu, mungkin bisa bermanfaat untuk yang lain',” ujar Karjo.

Karena kesibukan anggotanya, warung tidak buka setiap hari melainkan dua minggu sekali. Mereka juga tak mendirikan warungnya permanen di satu lokasi tapi berkeliling. Biasanya lokasi yang dipilih di dekat pasar yang ada di Malang. "Agar warga Malang yang lain bisa turut menikmati," ujar Karjo.

Saat pandemi COVID-19 melanda, warung sempat berhenti beroperasi. Alasannya, karena Karjo khawatir terjadinya kerumunan. Sebagai gantinya, ia membagikan sembako kepada mereka yang membutuhkan.

Bantuan untuk gerakan ini memang terus mengalir. Apalagi saat pandemi COVID-19 melanda Indonesia. Semangat berbagi dan gotong royong untuk saling meringankan seperti yang dilakukan Karjo dan teman-temannya sangatlah bermanfaat.

(Para relawan Panitia Kebaikan sedang berpose di depan tenda warung kebaikan, 2 Mei 2021). Foto: tangkapan layar instagram @faraarafah)