Mengenal Lebih Jauh Vaksin AstraZeneca

:


Oleh Fajar Wahyu Hermawan, Rabu, 10 Maret 2021 | 18:57 WIB - Redaktur: DT Waluyo - 859


Jakarta, InfoPublik - Pesawat KLM Deutch Airline mendarat mulus di terminal kargo Bandara Soekarno-Hatta, Banten, Senin (8/3/2021) petang. Maskapai asal Balanda itu membawa 1.113.600 dosis dengan berat 4,1 ton yang terdiri dari 11.136 karton, vaksin virus corona asal perusahaan Farmasi Inggris AstraZeneca.
 
Jumlah 1.113.600 ini merupakan bagian awal dari 4,6 juta vaksin Astrazeneca yang dibeli pemerintah Indonesia. Kedatangan vaksin Astrazeneca ini menyusul vaksin Sinovac yang datang lebih awal dan telah digunakan untuk vaksinasi. Ini merupakan tahap keenam vaksin yang didatangkan pemerintah. 
 
"Jumlah 1.113.600 vaksin Astrazeneca ini merupakan vaksin jadi," kata Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi yang menyambut kedatangan vaksin di Bandara Soekarno-Hatta. 
 
Ini merupakan batch pertama pembelian vaksin dari jalur multilateral. Menurut Retno, dalam batch pertama Indonesia akan memperoleh 11.704.800 vaksin jadi. Pengiriman batch pertama ini akan dilakukan hingga Mei 2021. 
 
Vaksin AstraZeneca sudah masuk dalam daftar penggunaan darurat WHO pada Februari lalu. Produsen AstraZeneca menyebutkan, lebih dari 50 negara telah menyetujui penggunaan vaksin ini. 
 
"Vaksin COVID-19 AstraZeneca COVID-19 diberikan izin distribusi bersyarat atau penggunaan darurat di lebih dari 50 negara, yang mencakup empat benua termasuk Uni Eropa, sejumlah negara Amerika Latin, India, Maroko, dan Inggris," demikian AstraZeneca menyebut dalam website resminya.
 
Saat rapat kerja dengan Komisi IX Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Selasa (12/1), Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menjelaskan pemerintah sudah memiliki kontrak yang pasti untuk membeli sekitar 270 juta dosis dari kebutuhan 426 juta dosis vaksin Covid-19.
 
Vaksin AstraZeneca ini juga menjadi salah vaksin yang akan digunakan pemerintah dalam program vaksinasi nasional. Selain Sinovac dan AstraZenaca, dalam program vaksinasi pemerintah juga akan menggunakan vaksin Pfizer, Novavax, dan satu yang akan didapatkan dari mekanisme Covax facility.
 
Saat ini pemerintah sedang dalam tahap finalisasi kontrak dengan Pfizer-BioNtech untuk melengkapi kontrak pembelian vaksin COVID-19 menjadi 329.504.000 dosis. 
 
Sehari setelah vaksin AstraZeneca tiba, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) langsung menerbitkan emergency use authorization (EUA) atau penggunaan darurat untuk vaksin COVID-19 AstraZeneca di Indonesia.
 
Kepala Badan POM Penny K.Lukito menjelaskan, berdasarkan proses evaluasi dan kajian dilakukan bersama dengan tim ahli baik Komnas Penilai Obat, ITAGI, dan berbagai sektor klinis lainnya, izin penggunaan darurat bagi vaksin COVID-19 AstraZeneca diberikan pada 22 Februari 2021 dengan nomor EUA 21518100143a1.
 
Menurut Penny, pengajuan izin penggunaan darurat diajukan dalam dua jalur, yaitu jalur multilateral dan didaftarkan langsung oleh AstraZeneca Indonesia atau bilateral.
 
Dari evaluasi keamanan, berdasarkan data hasil uji klinik yang disampaikan, pemberian vaksin Astra Zeneca dua dosis dengan interval 4-12 minggu pada total 23.745 subjek dinyatakan aman dan dapat ditoleransi dengan baik. Dari evaluasi khasiat, pemberian vaksin AstraZeneca menunjukkan kemampuan yang baik dalam merangsang pembentukan antibodi, baik pada populasi dewasa maupun lanjut usia.
 
Untuk aspek mutu, BPOM melakukan evaluasi menyeluruh dari dokumen mutu yang disampaikan dengan hasil bahwa vaksin secara umum telah memenuhi syarat.
 
Sebagaimana vaksin Sinovac, sebelum produk siap digunakan, Badan POM akan melakukan proses lot realese atau rilis kelulusan produk. Lot release digunakan untuk memastikan aspek mutu atau stabilitas mutu vaksin tersebut siap digunakan untuk program vaksinasi.
 
Juru bicara vaksinasi Kemenkes RI dr Siti Nadia Tarmizi Nadia menyebut, vaksin corona AstraZeneca sudah terbukti aman untuk lansia. Artinya, ini bisa mengurangi angka kematian karena corona yang cukup tinggi di usia lanjut.
 
"Vaksin corona AstraZeneca adalah salah satu vaksin yang dapat digunakan pada usia 60 tahun ke atas yang kita ketahui di mana kelompok ini memiliki angka kematian tertinggi," kata Nadia. 
 
Untuk proses penyimpanan dan distribusi vaksin AstaraZeneca, Penny menjelaskan tidak berbeda dengan vaksin COVID-19 dari Sinovac. Di mana penyimpanan vaksin berada pada suhu 2-8 derajat celsius.
 
Beda Sinovac dan AstraZeneca
Dari sisi teknologi, vaksin AstraZeneca-Oxford adalah vaksin vektor adenovirus simpanse. Artinya, tim pengembang vaksin mengambil virus yang biasanya menginfeksi simpanse, dan dimodifikasi secara genetik untuk menghindari kemungkinan konsekuensi penyakit pada manusia. 
 
Virus yang dimodifikasi ini membawa sebagian dari COVID-19 coronavirus yang disebut protein spike, bagian menonjol seperti paku yang ada di permukaan virus corona SARS-CoV-2. 
 
Ketika vaksin dikirim ke sel manusia akan memicu respons kekebalan terhadap protein spike, menghasilkan antibodi dan sel memori yang akan mampu mengenali virus penyebab COVID-19. 
 
Pengembangan vaksin vektor adenovirus ini bukan yang pertama tapi sudah lama dilakukan untuk melawan malaria, HIV, dan Ebola.
 
Efikasi kedua vaksin ini berbeda. Menurut Penny, efikasi vaksin AstraZeneca dengan dua dosis standar yang dihitung sejak 15 hari pemberian dosis kedua hingga pemantauan sekitar dua bulan menunjukkan efikasi sebesar 62,10 peren. Hasil ini sesuai dengan persyaratan efikasi untuk penerimaan emergensi yang ditetapkan WHO, yakni minimal efikasi 50 persen. 
 
Sedangkan efikasi vaksin CoronaVac buatan Sinovac Biotech berdasarkan uji klinis fase ketiga di Indonesia mencapai 65,3 persen.
 
Untuk efek samping, dalam uji klinis vaksin AstraZeneca, sebagian besar efek samping yang dirasakan dalam kategori ringan hingga sedang. Kebanyakan efek samping hilang dalam beberapa hari, tapi ada juga yang sampai seminggu setelah vaksinasi. 
 
Efek samping yang sangat umum (dialami lebih dari 1 pada 10 orang):  
- Nyeri, gatal, atau memar di area suntikan 
- Merasa lelah 
- Menggigil atau demam 
- Sakit kepala 
- Mual Nyeri sendi atau nyeri otot 
 
Efek samping umum (memengaruhi 1 dari 10 orang): - Bengkak, kemerahan, atau muncul benjolan di tempat suntikan 
- Demam Muntah atau diare 
- Gejala mirip flu seperti demam, radang tenggorokan, pilek, batuk 
 
Efek samping jarang (memengaruhi 1 dari 100 orang):  
- Nafsu makan menurun 
- Sakit perut 
- Kelenjar getah bening membesar 
- Keringat berlebih 
- Kulit gatal atau ruam 
- Vaksin sinovac 
 
Pada vaksin Sinovac, efek samping yang dialami ringan hingga sedang. Setelah vaksinasi, kebanyakan orang merasakan nyeri di sekitar tempat suntikan. Efek samping yang paling banyak terjadi adalah gatal dan mengantuk.
 
(Pekerja kargo menurunkan kontainer berisi vaksin COVID-19 AstraZeneca dari atas pesawat setibanya di Bandara Internasional Soekarno Hatta, Tangerang, Banten, Senin (8/3/2021). ANTARA FOTO/Muhammad Iqbal/wsj.)