Hepatitis A di Depok Terkendali, Kemenkes Gelar Surveilans Ketat

:


Oleh R Nuraini, Senin, 9 Desember 2019 | 08:43 WIB - Redaktur: Admin - 230


JPP, JAKARTA - Sejak ditemukan kasus hepatitis A pada tanggal 12 November 2019 berdasarkan laporan dari petugas Puskesmas Rangkapan Jaya, Depok, jumlah kasus yang dilaporkan terus menurun. Kasus terakhir ditemukan pada tanggal 28 November 2019 sebanyak 2 kasus. Total kasus sampai dengan tanggal 3 Desember 2019 sebanyak 262 kasus gejala klinis Hepatitis A.

Sehubungan dengan peningkatan kasus Hepatitis A tersebut, Pemerintah Kota Depok telah merespons cepat dengan melakukan penetapan Kejadian Luar Biasa (KLB) Hepatitis A. Tim Gerak Cepat (TGC) dari Kementerian Kesehatan RI, Dinkes Provinsi Jawa Barat dan Dinkes Kota Depok, masih terus melakukan penyelidikan epidemiologi (PE) untuk mengurangi jumlah penderita dan mencegah kematian serta mendapatkan informasi cepat, tepat dan akurat terkait kasus-kasus baru.

Hasil PE yang dilakukan oleh TGC 3 Desember 2019 telah diketahui jumlah kasus, Kasus Index (Case Index) dan kasus terakhir yang ditemukan. Kasus Hepatitis A yang ditemukan berjumlah 262 kasus, berasal dari SMPN 20 Depok, masyarakat sekitar sekolah tersebut dan santri Pesantren Petik yang lokasinya dekat SMPN 20 Depok.

Dirjen Pencegahan dan Pengendalian Penyakit dr. Anung Sugihantono, M.Kes mengatakan setelah dilakukan PE tidak ada laporan kematian, namun masyarakat diimbau tetap waspada. ''Setelah PE tidak dilaporkan adanya kematian, tapi ini adalah sinyal bahwa kita harus mampu melakukan berbagai hal untuk antasipasi serta melakukan kegiatan pencegahan dan pengendalian terkait faktor risiko penularan,'' ucap Dirjen Anung.

Sumber penularan bisa terjadi dari mana saja mengingat banyaknya faktor risiko penularan di sekitar SMPN 20 Depok. Faktor risiko penularan tersebut, antara lain:

1. PHBS belum diterapkan secara optimal di lingkungan sekolah,

2. Sarana untuk PHBS di sekolah belum memenuhi syarat kesehatan,

3. Belum ada pembinaan kepada pedagang jajanan di sekitar sekolah dan pemeriksaan berkala,

4. Banyaknya penjaja makanan di sekitar sekolah yang tidak terkontrol oleh pihak sekolah,

5. Pengetahuan yang kurang terkait hepatitis A.

Tim Gerak Cepat telah melakukan pendampingan investigasi dan upaya pengendalian KLB Hepatitis A, pengambilan sampel serum darah pada siswa dan guru, rectal swab kepada pedagang makanan di sekitar sekolah, dan pemeriksaan sumber air. Selain itu juga telah dilakukan penyuluhan di SMPN 20 Depok, di Pesantren Petik, kepada Kader dan Kelompok masyarakat lainnya. (kes)