Menteri Komunikasi dan Informatika RI Menutup Acara WPFD2017

:


Oleh Irvina Falah, Kamis, 4 Mei 2017 | 17:51 WIB - Redaktur: Gusti Andry - 343


Jakarta, InfoPublik - Menteri Komunikasi dan Informatika RI Rudiantara dan Asisten Direktur Jenderal Komunikasi dan Informasi UNESCO Frank La Rue, Kamis (4/5), menutup peringatan Hari Kebebasan Pers Sedunia 2017. 

Dalam penutupan tersebut dokumen Jakarta Declaration (Deklarasi Jakarta) diadopsi oleh peserta. "Kami sampaikan terima kasih kepada semua atas kedatangannya ke Jakarta dan partisipasinya dalam acara ini. Peringatan ini memiliki arti khusus bagi Indonesia, terutama untuk proses demokratisasi yang telah dimulai sejak tahun 1998. Setelah melalui serangkaian gangguan politik dan ekonomi yang berat, konflik bersenjata di daerah, bencana alam, dan ketegangan antar-agama dan antar-ras, Indonesia telah memulai sebuah jalan untuk menjadi Negara demokrasi dengan populasi Muslim terbesar di dunia, " kata Menkominfo.

Kebebasan pers memainkan peran penting dalam membangun bangsa. Dalam 17 tahun terakhir, Indonesia telah mendapatkan banyak hal positif dari kebebasan pers - terutama dalam peranan pers dalam memberikan kritik dan ruang opini yang berguna bagi pemerintah dan masyarakat.

Dalam sambutannya, Menkominfo mengatakan bahwa Indonesia bangga dan antusias untuk menyelenggarakan perayaan Hari Kebebasan Pers Sedunia ini karena kami sangat ingin berbagi dan belajar dari para tamu tentang pengalaman kami dalam mendorong kebebasan pers dan menyelesaikan banyak tantangan bagi pers dan tanggung jawab pers dalam membangun bangsa.

Rudiantara menambahkan, "Penghargaan Guillermo Cano, tradisi tahunan perayaan Hari Kebebasan Pers Sedunia ini, akan terus mengingatkan kita akan perlunya kebebasan pers, tanpa takut melaporkan informasi yang benar dan bermakna kepada masyarakat."

Dalam perayaan Hari Kebebasan Pers Sedunia ini, para peserta mengikuti diskusi dengan tema penting dan kontemporer termasuk mengenai lansekap industri media, dan bagaimana kita bisa menjembatani kesenjangan literasi di dunia digital.

"Kita semua menyadari bahwa teknologi informasi membawa sisi gelap yang dapat digunakan untuk menyebarkan ujaran kebencian dan berita palsu, yang mengakibatkan kekacauan dalam masyarakat kita. Kita juga sadar bahwa kita perlu membawa kembali komunikasi publik yang sehat, dan perlu mendukung jurnalisme berkualitas agar bisa menjadi rumah kliring di tengah gelombang informasi yang hiruk-pikuk."

Pada kesempatan ini Rudiantara juga memberikan penghargaan kepada UNESCO yang telah bekerja sama dengan Indonesia dalam penyelenggaraan perayaan Hari Kebebasan Pers Sedunia tahun ini, serta kepada Dewan Pers Indonesia, sebuah badan independen yang mengatur pers dan media, yang telah meyakinkan pemerintah untuk menjadi penyelenggara peringatan perayaan tahunan ini. Rudiantara juga berterimakasih atas partisipasi pemuda yang terlibat dalam Youth Room sebagai bagian dari perayaan WPFD.

Dalam penutup pidatonya, Rudiantara juga mengingatkan solidaritas media untuk masyarakat dunia yang lebih baik. "Pilihan kami untuk hiburan pada malam terakhir, alat musik angklung dari Mang-Udjo, sengaja kami persembahkan untuk anda. Selain mengenalkan alat musik bambu, kami juga ingin Anda merangkul filosofi musik angklung: bahwa setiap orang memainkan peran penting dalam membangun orkestra yang anggun dan harmonis. Semoga perayaan ini akan membangkitkan semangat yang sama bagi kita semua untuk mewujudkan dunia yang lebih baik.