Kementerian PUPR Gelar Ekspedisi Susur Jalan Perbatasan Kalbar

:


Oleh Irvina Falah, Jumat, 28 April 2017 | 14:26 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 1K


Putussibau, InfoPublik -  Menteri PUPR Basuki Hadimuljono mengatakan selain Pos Lintas Batas Negara (PLBN) dan infrastruktur permukiman di perbatasan, juga dibangun jalan paralel perbatasan di Kalimantan, sesuai dengan Nawa Cita yaitu membangun dari pinggiran dalam rangka menjaga NKRI.

“Desa-desa di kawasan perbatasan memerlukan jaringan jalan yang terhubung dengan jalan yang sudah ada. Jaringan jalan perbatasan ini merupakan infrastruktur yang bernilai strategis bagi NKRI dengan fungsi sebagai pertahanan dan keamanan negara dan sebagai pintu gerbang aktifitas ekonomi dan perdagangan dengan negara tetangga,” kata Menteri Basuki beberapa waktu lalu. 

Untuk mengetahui lebih dekat pembangunan jalan di perbatasan Kalimantan Barat (Kalbar) yang sudah dilakukan, Kementerian PUPR melaksanakan Ekspedisi Susur Jalan Perbatasan Kalimantan Barat yang juga diikuti sejumlah media, pada tanggal 26 – 28 April 2017. Ekspedisi terbagi menjadi tiga tim yakni tim 1 menyusuri sisi barat Kalbar yakni ruas Pontianak - Temajuk – Aruk – Siding, tim 2 menyusuri bagian tengah ruas Pontianak – Sosok – Balai Karangan – Senaning dan Tim 3 di bagian timur ruas Putusibau – Nanga Badai – Nanga Era – Merakai. 

Perjalanan Tim 3 dimulai setibanya di Bandara Pangsuma, Putussibau, sekitar pukul 12.30 WIB, rombongan menuju ke Jalan Paralel Perbatasan ruas Nanga Era-Batas Kaltim 2 yang dikerjakan oleh Balai Besar Pelaksanaan Jalan Nasional (BBPJN) XI, Ditjen Bina Marga Kementerian PUPR dan Tim ZENI 19 TNI AD sepanjang 12 Km. Perjalanan itu memakan waktu hingga sekitar tiga jam lamanya. Pada rute pertama ini, meskipun sebagian besar telah beraspal hitam, namun masih terdapat jalan dengan kondisi agregat berupa perkerasan tanah. 

Setibanya di lokasi proyek pukul 15.30 WIB,  tim langsung disambut oleh Kolonel Hastono Jati Sundoro beserta jajaran personil TNI AD lainnya untuk pengarahan. Kondisi tanah yang masih basah setelah diguyur hujan pada malam sebelumnya sehingga harus berhati-hati ketika turun ke lapangan. 

Sementara itu Kepala Bidang Pembangunan dan Pengujian, BBPJN XI Nanang Handono Prasetyo mengungkapkan progres pembangunan jalan paralel perbatasan Kalimantan dari Temajuk -  Batas Kalimantan Timur (Kaltim) dengan total panjang 849,76 km, pada akhir 2016 telah tembus dengan kondisi aspal sepanjang 289,3 km, tembus dengan kondisi agregat perkerasan tanah sepanjang 371,85 km dan sisanya 188,61 km belum tersambung. 

"Ditargetkan pada akhir tahun 2017, kondisinya 323,57 km sudah aspal dan 418,83 km sudah tembus dengan kondisi agregat dan perkerasan tanah," ujar Nanang kepada wartawan saat menyusuri Jalan Paralel Perbatasan di ruas Nanga Era-Batas Kalimantan Timur.

Ia menyatakan pada sejumlah ruas jalan paralel perbatasan,  pembukaan lahan untuk pembangunan jalan banyak dibantu oleh Batalyon Zeni TNI Angkatan Darat (AD), dengan kriteria lebar jalan yang dibuka 25 meter dan berikutnya dilakukan perkerasan jalan selebar 7 meter.

Tahun ini lima ruas jalan paralel perbatasan yang dibangun Kementerian PUPR bekerjasama dengan TNI AD yakni ruas Temajuk-Aruk yang akan dikerjakan ZENI 15 sepanjang 6,85 Km, ruas Siding-Entikong dikerjakan ZENI 16 sepanjang 20,85 Km, ruas Rasau- Batas Kapuas Hulu akan dikerjakan ZENI 17 sepanjang 8,55 Km, Nanga Era-Batas Kaltim 1 akan dikerjakan ZENI 18 sepanjang 17 Km, dan Nanga Era-Batas Kaltim 2 akan dikerjakan ZENI 19 sepanjang 12 Km.

"Khusus untuk ruas Nanga Era-Batas Kaltim yang menghubungkan dengan Kalimantan Barat kami targetkan tembus pada Agustus 2017," ujarnya. 

Kendala
Dari pantauan lapangan, tampak sejumlah alat berat yang dioperasikan personil TNI AD tengah meratakan gundukan tanah merah. Tak jauh dari lokasi perataan tanah, terlihat masih terdapat sekitar 1 km jalan terjal dan masih dalam proses pembukaan untuk melebarkan jalan. "Kendala terbesar kami bersama tim TNI AD adalah cuaca, karena curah hujan yang cukup tinggi. Ketika hujan turun kita berhenti dulu sampai tanah kembali mengering baru bisa dilanjutkan," kata Nanang. 

Sementara itu, Iwan Gunadi salah satu pekerja yang kami temui di lapangan mengaku tantangan terberat dalam membangun jalan paralel perbatasan yaitu kondisi penginapan yang mengharuskan mereka tidur di barak bersama-sama dengan fasilitas seadanya. 

Iwan yang juga penduduk asli Pontianak tersebut juga mengaku kesulitan untuk berkomunikasi dengan keluarganya akibat ketiadaan sinyal di lokasinya yang berada di tengah hutan. 

Namun ia mengaku bangga bisa berpartisipasi dalam pembangunan jalan paralel perbatasan tersebut. Pasalnya, menurut Iwan pembangunan tersebut akan sangat membantu menghidupkan urat nadi perekonomian di wilayah perbatasan Kalimantan. 

"Saya berharap jalan ini nantinya dapat membantu masyarakat membawa hasil bumi dan pertanian dari desa ke kota, karena selama ini hanya mengandalkan jalur air (sungai)," tutupnya.(*)

Biro Komunikasi Publik
Kementerian PUPR