Jaga Momentum Pertumbuhan, RI Perkuat Perdagangan Bilateral dengan Pakistan

:


Oleh Irvina Falah, Kamis, 16 Februari 2017 | 18:40 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 412


Islamabad - Direktur Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Iman Pambagyo memberi perhatian khusus pada Pakistan. Negara sedang berkembang ini telah menyumbang surplus perdagangan cukup signifikan bagi Indonesia. Total perdagangan kedua negara bahkan melonjak hingga 36,6%.

Untuk menjaga pertumbuhan tersebut, Indonesia berencana melaksanakan The 2nd Joint Committee Meeting (JCM) for the Review Indonesia-Pakistan Preferential Trade Agreement (IPPTA) pada 16-17 Februari 2017. Dirjen PPI Iman Pambagyo akan bertindak sebagai Ketua Delegasi Indonesia ke Islamabad, Pakistan.

"Pakistan merupakan salah satu mitra penting bagi Indonesia yang perlu lebih mendapat perhatian khusus, karena dalam 3 (tiga) tahun terakhir, total perdagangan kedua negara, melonjak sebesar 36,6% dari USD 1,6 miliar pada 2013 menjadi USD 2,2 miliar pada 2015. Oleh karena itu, pertemuan kedua JCM Review ini diarahkan untuk menjaga momentum pertumbuhan tersebut,” ujar Iman.

Pertemuan ke-2 Joint Committee Meeting Review IP-PTA akan membahas tindak lanjut pertemuan pertama yang telah dilaksanakan di Jakarta, 15-16 Agustus 2016 lalu. Pada pertemuan ini, Indonesia dan Pakistan akan membahas overview implementasi IP-PTA selama tiga tahun terakhir di masing-masing negara, termasuk kisah sukses dan hambatan yang dihadapi kedua pihak dalam melaksanakan perjanjian tersebut, serta membahas peningkatan hubungan perdagangan kedua negara melalui promosi perdagangan maupun business to business initiatives.

Salah satu isu utama yang diangkat Indonesia dalam pertemuan kedua Joint Committee Meeting Review IP-PTA adalah akses pasar produk minyak kelapa sawit Indonesia di Pakistan. “Kepentingan Indonesia dalam Review IP-PTA adalah untuk mempertahankan posisinya sebagai eksportir utama CPO ke Pakistan dan kalau bisa ke negara-negara tetangga,” tegas Iman.

Ekspor produk CPO merupakan kontributor utama surplus perdagangan Indonesia dengan Pakistan. Implementasi IP-PTA telah membuat Indonesia sebagai sumber impor utama Pakistan untuk produk CPO. “Di sisi lain, Indonesia juga perlu melakukan diversifikasi produk ekspor ke Pakistan mengingat besarnya potensi yang dimiliki Pakistan sebagai salah satu mitra dagang utama Indonesia di kawasan Asia Selatan,” lanjut Iman. 

Oleh karena itu, Indonesia juga berkepentingan melakukan amandemen perjanjian IP-PTA dengan tujuan meningkatkan cakupan IP-PTA atau meningkatkan status IP-PTA menjadi IndonesiaPakistan Trade in Goods Agreement (IP-TIGA). “Indonesia ingin memberikan perspektif baru dalam hubungan dagang dengan Pakistan, karena geo-strategis Pakistan dengan negara-negara tetangga seperti Asia Tengah. Oleh karena itu, para pelaku usaha sawit kedua negara saat ini tengah membahas untuk menjadikan Pakistan sebagai “hub” ke negara-negara Asia Tengah. Hal ini menunjukkan bahwa Indonesia dan Pakistan ingin hubungan ekonomi ini berlanjut dan jangka panjang,” tegas Iman.

Sekilas Hubungan Perdagangan RI-Pakistan
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), nilai total perdagangan kedua negara pada tahun 2015 mencapai USD 2,2 miliar, ekspor sebesar USD 2 miliar dan impor sebesar USD 0,2 miliar, dimana Indonesia surplus sebesar USD 1,8 milliar. Ekspor Indonesia ke Pakistan pada periode Januari-Oktober 2016 tercatat sebesar USD 1,54 milliar atau turun 5,61% dari USD 1,64 milliar
pada periode yang sama tahun sebelumnya. Sementara itu, impor Indonesia dari Pakistan pada periode Januari-Oktober 2016 mencapai nilai USD 113,1 juta, turun 10,27% dibandingkan USD 126 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya.

Komoditas ekspor andalan Indonesia ke Pakistan (2015) adalah minyak kelapa sawit (USD 1,3 miliar), other nuts (USD 97,97 juta), batubara (USD 68,56 juta), yarn (other than sewing thread) (USD 59 juta), dan paper and paperboard (USD 50,4 juta). Sedangkan komoditas impor utama Indonesia dari Pakistan adalah beras (USD 62,9 juta), kapas (USD 24,7 juta), jeruk (USD 23 juta), woven fabrics of cotton (USD 6,9 juta), dan ikan beku (USD 6,4 juta).

--selesai--

Informasi lebih lanjut hubungi:
Luther Palimbong
Kepala Biro Hubungan Masyarakat
Sekretariat Jenderal
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711
Email: pusathumas@kemendag.go.id
 

Ni Made Ayu Marthini
Direktur Perundingan Bilateral
Ditjen Perundingan Perdagangan Internasional
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021-3442576/021-3858206
Email: made.ayu@kemendag.go.id