Memulai Awal Tahun 2017, Mendag: Capaian Perdagangan 2016 Modal Penting Raih Optimisme 2017

:


Oleh Irvina Falah, Kamis, 5 Januari 2017 | 10:56 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 653


Jakarta - Capaian kinerja perdagangan Indonesia selama 2016 cukup menggembirakan. Kondisi perdagangan dalam negeri tetap stabil dan aman, inflasi terjaga, dan neraca perdagangan nasional mencatatkan surplus. Capaian positif ini menjadi modal utama Kementerian Perdagangan dalam menyusun langkah-langkah strategis perdagangan selama 2017.

“Kinerja perdagangan dalam negeri mengalami perkembangan positif. Naik turunnya harga tetap terkendali dan tanpa gejolak yang terlalu signifikan di masyarakat. Neraca perdagangan juga surplus. Capaian ini akan menjadi pijakan Kemendag dalam menyusun arah dan strategi perdagangan pada 2017,” tegas Menteri Perdagangan Enggartiasto Lukita dalam acara media briefing bertema “Memulai Awal Tahun 2017: Membangun Optimisme Perdagangan dan Pelayanan Publik Tanpa Pungli” di Kantor Kemendag, Jakarta, Rabu, (4/1).

Selama 2016 dan menatap 2017, Kemendag telah dan akan terus melaksanakan amanat Presiden RI Joko Widodo untuk menjaga tiga kebijakan utama, yaitu perdagangan dalam negeri, perdagangan luar negeri, dan melaksanakan reformasi birokrasi. Perdagangan Dalam Negeri Amanat Presiden kepada Menteri Perdagangan di sektor perdagangan dalam negeri mencakup stabilisasi harga dan pasokan pangan, penyerapan produksi dalam negeri, dan revitalisasi pasar tradisional.

Amanat itu telah dilaksanakan Kemendag melalui penataan ketersediaan stok dan stabilisasi harga barang kebutuhan pokok, menata sarana perdagangan melalui pembangunan/revitalisasi pasar rakyat, dan penetapan sistem resi gudang (SRG). Selain itu, pengamanan pasar dalam negeri dilakukan melalui upaya pengawasan barang beredar, serta tertib mutu dan tertib niaga.

Dalam hal menjamin ketersediaan stok dan stabilisasi harga barang kebutuhan pokok, Kemendag berhasil menjaga harga beberapa barang kebutuhan pokok sehingga cukup stabil, bahkan cenderung turun seperti beras, daging ayam, telur ayam, daging sapi, dan gula pasir. Beberapa komoditas hortikultura seperti cabai merah keriting, cabai merah besar, dan bawang merah, walaupun sempat
tinggi, namun saat ini trennya semakin menurun.

“Inflasi 2016 tercatat 3,02% terendah sejak 2010. Dibandingkan inflasi 2015 sebesar 3,35% yang disumbang dari beras 0,31%; daging ayam ras 0,15%; dan bawang merah 0,15%; inflasi 2016 justru menunjukkan tidak ada kontribusi dari beras dan daging ayam ras. Andil komoditas pangan terhadap inflasi 2016 yang paling tinggi hanyalah cabai merah dan bawang merah yang saat ini tren harganya mulai menurun,” papar Mendag.

Mendag melanjutkan, pengendalian stok ke depan akan dilakukan dengan mengintensifkan penerapan Tanda Daftar Gudang (TDG) yang menyimpan barang kebutuhan pokok di gudangnya serta pendaftaran distributor dan pedagang antarpulau barang kebutuhan pokok dan barang penting. Mendag juga berkomitmen mengaktifkan kembali tim panel ahli harga barang kebutuhan pokok untuk evaluasi kebijakan harga. Untuk mengurangi disparitas harga antara Indonesia bagian barat dengan Indonesia bagian timur akan dikembangkan gerai maritim sebagai penyangga stok barang kebutuhan pokok.

Pada 2016, Kemendag merevitalisasi pasar rakyat sebanyak 878 pasar, terdiri dari 168 pasar melalui dana tugas pembantuan dan 710 pasar melalui Dana Alokasi Khusus APBN. Program revitalisasi pasar telah menerapkan SNI Pasar Rakyat dan mengembangkan desain/prototipe pasar rakyat yang modern dengan desain tipe A, tipe B, tipe C, dan tipe D.

Pada 2017, Kemendag berkomitmen akan membangun/merevitalisasi pasar rakyat sejumlah 272 unit dari dana Tugas Pembantuan. Untuk memenuhi target 1.000 pasar, pembangunan sisanya akan bersumber dari Dana Alokasi Khusus yang sudah teralokasi ke kabupaten/kota.

Di bidang Pasar Lelang Komoditi (PLK) dan Sistem Resi Gudang (SRG), lanjut Mendag Enggar, pada 2016 telah diselenggarakan 86 PLK dengan nilai transaksi Rp283,47 miliar atau meningkat 17,84% dari tahun sebelumnya yang hanya sebesar Rp240,54 miliar.
Sedangkan, aktivitas perdagangan melalui SRG tercatat 6.421,69 ton dengan nilai transaksi sebesar Rp42,58 miliar atau menurun 28% untuk volume, dan 48% untuk nilai transaksi. Enggar menjelaskan penurunan itu disebabkan kurangnya komitmen Pemda terhadap keberlanjutan SRG, keterbatasan sarana dan prasarana gudang, tidak adanya lembaga SRG, kendala pemenuhan kualitas hasil panen sesuai standar SRG, serta kurangnya dukungan lembaga keuangan dalam menyalurkan pembiayaan melalui skema SRG.

“Pada 2017, untuk PLK, Kemendag akan mengoptimalkan sinergi pasar lelang dengan SRG melalui pasar lelang online dan meningkatkan literasi pasar lelang melalui sosialisasi dan diseminasi. Pemda juga akan kita dorong untuk menerbitkan Perda yang mengatur perdagangan komoditas melalui pasar lelang,” jelas Mendag.

Untuk mengamankan pasar dalam negeri, Kemendag telah mengintensifkan pengawasan barang beredar melalui pengawasan prapasar (registrasi produk yang telah diberlakukan kewajiban SNI) dan pengawasan di pasar. Pengawasan di pasar dilakukan dengan dengan enam parameter, yaitu pemenuhan parameter SNI wajib, label Bahasa Indonesia, manual kartu garansi, pengiklanan, penggunaan klausula baku, dan pelayanan purna jual. Sepanjang 2016, dari 473 produk yang diawasi baru 38% yang memenuhi ketentuan.

“Pengawasan barang beredar akan terus ditingkatkan dan diharapkan tahun 2017 sekitar 60% produk yang diawasi telah memenuhi ketentuan,” tegas Mendag. Sementara itu, intensifikasi tertib ukur dilakukan dengan mengaplikasikan 128 pasar tertib ukur dan 5 daerah tertib ukur. Dilakukan juga pelayanan tera ulang, serta pengawasan terhadap alat ukur, takar, timbang, dan perlengkapannya (UTTP). Pada 2016, dari 68.552.441 UTTP, 52% UTTP telah dipastikan memiliki tenda tera sah.

“Target 2017, 55% UTTP memiliki tanda tera sah meningkat 3% dari tahun sebelumnya. Untuk tertib niaga, akan lebih ditingkatkan penertiban/penindakan terhadap perizinan, pendaftaran gudang, ketentuan distribusi bahan pokok, dengan target 30% dari objek pemeriksaan memenuhi ketentuan.

Akan disiapkan 60 PPNS dan Petugas Pengawas Tertib Niaga,” ujar Enggar. Perdagangan Luar Negeri Pada perdagangan luar negeri, Kemendag telah berupaya menjaga neraca perdagangan melalui penerapan kebijakan ekspor-impor dan iklim usaha yang berdaya saing. Kemudahan tersebut diupayakan Kemendag dengan deregulasi ekspor-impor dengan menyederhanakan 49 perizinan.

Capaian ekspor November 2016 mencatat surplus USD 837,8 juta atau naik 5,9% (MoM) dan naik 21,3% (YoY). Walaupun pertumbuhan ekspor Januari-November 2016 menurun sebesar -5,63%, namun tetap mencatatkan surplus sebesar USD 7,79 miliar karena impor juga menurun sebesar -5,94%. Lima negara penyumbang surplus nonmigas adalah Amerika Serikat (AS), India, Filipina, Belanda, dan Pakistan, dengan total surplus USD 22,1 miliar.

“Target pertumbuhan ekspor nonmigas tahun 2017 sesuai RPJM sebenarnya sebesar 11,9%, namun sejalan dengan dinamika perkembangan ekonomi global yang cenderung melambat, Kemendag secara realistis memproyeksikan target ekspor menjadi 5,6%,” lanjut Mendag.

Kemendag juga menata perdagangan luar negeri dengan pengembangan ekspor yang dilakukan dengan memperluas pasar-pasar baru dan diversifikasi produk, serta upaya penetrasi dan akses pasar melalui perundingan-perundingan perdagangan internasional. Pada 2016, Kemendag mendorong surplus neraca perdagangan antara lain dengan Misi Dagang (Kuwait Oman dan Nigeria-Ghana) yang memberikan total transaksi USD18,38 juta. Tak ketinggalan, misi pembelian juga sukses meraup USD211,87 juta. Promosi dan 25 pameran dagang pada 2016 yang terdiri dari delapan pameran di dalam negeri dan 17 pameran di delapan negara mencatat total transaksi mencapai USD106,90 juta.

Penyelenggaraan Trade Expo Indonesia (TEI) ke-31 mencatatkan keberhasilan tersendiri dengan transaksi USD 1,02 miliar (meningkat 12,38% dibandingkan pada TEI 2015). Pada 2016 Kemendag juga sukses menambah capaian dengan dibukanya Indonesia Design Development Center (IDDC) untuk membantu para pelaku usaha dari berbagai daerah. Diluncurkan pula portal INAMALL yang bekerja sama dengan Alibaba untuk promosi berbagai poduk UMKM secara online.

Mendag Enggar mengungkapkan Kemendag akan terus berupaya mendorong surplus neraca perdagangan untuk 2017 dengan peningkatan daya saing produk ekspor. “Daya saing terus ditingkatkan dengan fasilitasi pengembangan produk dan penyediaan informasi pasar. Selain itu evaluasi akan dilakukan pada negara tujuan ekspor, produk-produk baru yang diekspor, serta reposisi perwakilan perwakilan perdagangan di luar negeri,” lanjut Enggar.

Perundingan perdagangan internasional tahun 2016 juga telah mencatatkan beberapa capaian. Di lingkup multilateral, telah disepakati Deklarasi Menteri forum WTO pada dimensi pembangunan dan fasilitas special and differential treatment (SDT). Pemerintah juga sukses mengimplementasikan penurunan tarif sampai 5% terkait dengan daftar produk ramah lingkungan (Environmental Goods List/EGs List) dalam kerangka Asia Pacific Economic Cooperation (APEC).

“Penanganan isu nontarif dan sistem penyelesian sengketa yang baru mulai dioperasionalkan pada Oktober 2016 diharapkan dapat diakses langsung para pelaku usaha ekspor impor,” ujar Mendag. Indonesia juga telah melakukan dan akan meneruskan negosiasi kerja sama bilateral dengan beberapa negara prioritas di 2017, yaitu Indonesia-EU CEPA, Indonesia-EFTA CEPA, Indonesia-Australia CEPA, Indonesia-Turki FTA, Indonesia-Rusia FTA, serta beberapa negara lainnya seperti Korea Selatan, Jepang, Chili, Peru, dan Iran.

Pada awal Desember 2016 lalu, pertemuan Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) Trade Negotiating Committee (TNC) yang ke-16 berhasil menyelesaikan bab Economic and Technical Cooperation (ECOTECH) dan bab Small and Medium Enterprises (SMEs).

“Indonesia bersama negara anggota ASEAN lainnya berkomitmen menuntaskan perundingan RCEP pada November 2017. Sedangkan kerja sama bilateral dengan negara prioritas tersebut ditargetkan selesai dalam tahun 2017,”ungkap Mendag. Reformasi Birokrasi alam hal pelayanan publik, Kemendag juga mencatatkan capaian signifikan. Kinerja pelayanan publik akan diawasi secara ketat agar tidak terjadi pelanggaran dan permainan yang menyebabkan timbulnya gejolak perdagangan, seperti penyelundupan, masuknya barang tanpa SNI, produk ilegal, dan berbagai produk yang membahayakan konsumen. 

Pada 2016 Kemendag berada di peringkat 10 besar prestasi kepatuhan tinggi terhadap standar pelayanan publik sesuai UU No. 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik oleh Ombudsman. Mendag juga akan lebih tegas dalam menerapkan pelayanan publik tanpa pungutan liar (pungli). “Tidak boleh ada lagi pungli. Stop pungli di lingkungan Kemendag. Ini perintah Presiden yang harus saya jalankan secara penuh tanggung jawab. Saya tidak akan kompromi soal ini,” tegas Mendag.

Penghargaan lainnya yang diraih Kemendag yaitu “Top 99 Inovasi Pelayanan Publik Nasional 2016” untuk pelayanan pengaduan konsumen. Pada penilaian akuntabilitas terhadap kinerja 77 kementerian/lembaga oleh Kementerian PAN-RB, Kemendag mendapat peringkat No. 7 dengan nilai 73,3 kategori “BB”. Kemendag pun telah menerapkan seleksi CPNS maupun calon pejabat berdasarkan kompetensi sesuai UU No. 5 Tahun 2014 tentang Aparatur Sipil Negara (ASN).

Upaya memanfaatkan teknologi juga terus dilakukan. Pemantauan harga barang kebutuhan pokok dilakukan dan dipusatkan hasilnya di situation room. Situation room yang sebelumnya dinamakan control room juga berfungsi memberi notifikasi (alert) sehingga menjadi feedback bagi kebijakan pimpinan.

Khusus untuk pelayanan perizinan, pelayanan manual semakin jauh berkurang. Saat ini sebagian besar pelayanan periznan di Kemendag telah online, bahkan menggunakan tanda tangan elektronik (digital signature). “Pemanfaatan teknologi digital telah diberlakukan pada 47 jenis perizinan yang kini sepenuhnya dijalankan secara online. Pelayanan perizinan online dan tanda tangan digital (digital signature) sudah berlaku efektif per 1 Januari 2017,” kata Enggar.

Guna meningkatkan capaian di bidang reformasi birokrasi, pada 2017 Kemendag akan melakukan reposisi peran perwakilan perdagangan luar negeri dan relokasi negara target tujuan ekspor. “Kami juga berencana membangun Assessment Center Kemendag untuk meningkatkan kompetensi ASN Kemendag dan penguatan lembaga secara menyeluruh,” tegas Mendag. 

Dukungan Anggaran Pada 2017, Kemendag mengalokasikan anggaran sebesar Rp3,44 triliun atau turun 6,24% dibanding tahun 2016. “Alokasi anggaran untuk perdagangan dalam negeri masih diberikan proposi yang terbesar sejalan dengan Nawacita untuk merevitalisasi pasar rakyat, serta untuk menjaga stabilisasi harga dan menjamin ketersediaan stok barang kebutuhan pokok,” ungkap Mendag.

--selesai--

Informasi lebih lanjut hubungi:
Luther Palimbong
Kepala Biro Hubungan Masyarakat
Kementerian Perdagangan
Telp/Fax: 021-3860371/021-3508711
Email: pusathumas@kemendag.go.id