LIPI Kukuhkan Dua Profesor Riset Baru Bidang Lignoselulosa dan Sumber Daya Air

:


Oleh Irvina Falah, Kamis, 15 Desember 2016 | 20:22 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 649


Jakarta - Dua orang ilmuwan yang akan menjadi Profesor riset baru di LIPI adalah peneliti yang memiliki keahlian bidang keilmuan yang berbeda. Myrtha Karina Sancoyorini mengkaji masalah lingkungan yang diakibatkan oleh pemakaian material polimer sintetik yang sulit didegradasi secara alami. Oleh sebab itu, lignoselulosa dapat dijadikan solusi. Menurutnya, berdasarkan penelitian yang sudah dilakukan menunjukan bahwa selulosa bisa dijadikan sebagai bahan alternatif pada pembuatan komposit untuk bahan bangunan dan komponen otomotif. ”Selulosa juga dapat berperan sebagai bioplastik untuk pengemas dan sebagai komponen elektronik,” ujarnya.
 
Sementara itu, bahan lignin dapat dimanfaatkan sebagai perekat kayu dengan emisi formaldehida yang rendah untuk prekursor serat karbon untuk komposit kampas rem yang selama ini masih menggunakan asbes. ”Teknologi pemisahan selulosa dan lignin dengan cara eksplosi adalah metode baru yang ramah lingkungan karena menggunakan sangat sedikit bahan kimia dan bisa diaplikasikan di industri kertas,” jelasnya.
 
Myrtha menjelaskan meskipun lignoselulosa mudah diperoleh namun selulosa dan lignin sangat rentan pembusukan, degradasi oleh sinar ultra violet (UV) dan perubahan dimensi. Hal ini karena selulosa dan lignin sangat mudah menyerap air. “Untuk mengantisipasi masalah yang rentan terjadi pada selulosa dan lignin, maka diperlukan pelakukan cold-plasma dan penggunaan pengawet yang ramah lingkungan,” ungkapnya.  Myrtha berharap, penelitiannya terkait pengembangan lignoselulosa untuk material ramah lingkungan akan sesuai dengan program pemerintah tentang produk ramah lingkungan dan industri yang berdaya saing.
 
Terkait dengan lingkungan,  Muh Rahman Djuwansah dalam orasi ilmiah akan menyampaikan tentang pengelolaan sumber daya air dan lahan. Masalah dan bencana terkait air dan lahan adalah persoalan penting. “Kasus kelangkaan air, kualitas air dan bencana seperti banjir, longsor dan kebakaran hutan yang kerap terjadi  salah satu penyebabnya karena pengelolaan sumber daya air dan lahan yang digunakan melebihi kapasitasnya,” jelasnya.
 
Rahman mengatakan, program perlindungan dan rehabilitasi lingkungan terkait lahan dan air seharusnya bisa lebih terukur dan terarah. Di masa depan, tekanan pada sumber daya air akan semakin besar dan kompleks karena jumlah penduduk yang bertambah dan perubahan variabilitas iklim. Idealnya, ketersediaan air di daerah aliran sungai di seluruh wilayah Indonesia terdata secara komprehensif sehingga bisa dimanfaatkan sebagai informasi dasar pengembangan wilayah. “Kebijakan pengelolaan sumber daya air dan lahan akan mengurangi resiko terjadinya masalah dimasa depan,” ungkapnya.  
 
Menurut Rahman, pengelolaan lingkungan yang konsisten akan menyebarkan pembangunan wilayah yang merata dan sesuai dengan daya dukung lingkunganya. Meminimalisir bencana kelangkaan air dapat membawa penghematan besar dalam hal waktu, biaya dan energi. “Daerah seperti Jawa Barat, Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Kabupaten Serang sudah merasakan perlunya ketersediaan informasi tentang jumlah ketersediaan air di wilayahnya sehingga mereka dapat memproyeksikan pembangunan daerah sesuai ketersediaan sumber daya air,” pungkasnya. Sebagai informasi, kedua orasi ilmiah tersebut akan dipaparkan dalam acara Orasi Pengukuhan Profesor Riset LIPI Bidang Lignoselulosa dan Sumber Daya Air  pada Kamis, 15 Desember 2016 bertempat di Auditorium Utama LIPI pukul 09.00 WIB.
 
Keterangan Lebih Lanjut:
- Myrtha Karina Sancoyorini  (Peneliti Loka Penelitian Teknologi Bersih LIPI)
- Muh Rahman Djuwansah (Peneliti Pusat Penelitian Geoteknologi LIPI)
- Isrard (Kepala Bagian Humas, Biro Kerja sama, Hukum, dan Humas LIPI)

Siaran Pers ini dibuat oleh Humas LIPI    
Sumber : Biro Kerja Sama, Hukum, dan Humas LIPI    

Sivitas Terkait : Dr. Heru Santoso M. App. Sc.