Presiden Minta Perguruan Tinggi Memperkuat Inovasi dan Daya Saing Bangsa

:


Oleh Irvina Falah, Jumat, 11 Maret 2016 | 12:59 WIB - Redaktur: Irvina Falah - 449


Presiden Joko Widodo melakukan agenda pertamanya hari ini, Jumat 11 Maret 2015 di Surakarta dengan memberikan sambutan pada acara Sidang Senat Terbuka dalam rangka Lustrum ke-8 Universitas Sebelas Maret (UNS).
 
Di awal sambutannya, Presiden Jokowi mengungkapkan kebahagiaan dan rasa syukurnya karena telah dikaruniai seorang cucu laki-laki pertama dari anaknya Gibran Rakabuming Raka dan Selvi Ananda yang lahir pada hari Kamis, 10 Maret 2016 di Rumah Sakit PKU Muhammadiyah Surakarta. "Alhamdulillah, saya sudah jadi kakek. Perasaan saya masih muda kok sudah jadi kakek," kata Presiden disambut tawa hadirin.
 
Dalam sambutan di depan para civitas akademika UNS, Presiden kembali mengingatkan bahwa dalam memasuki era persaingan seperti sekarang ini, bangsa Indonesia dituntut untuk memiliki produktivitas, kecepatan, dan etos kerja yang lebih baik dan lebih efisien.
 
"Dari detik ke detik, menit ke menit, kita dihadapkan pada kompetisi persaingan negara dengan negara," kata Presiden.
 
Saat ini Indonesia dihadapkan pada realita pergaulan dunia yang bertumpu pada kegiatan ekonomi dan kuatnya pengaruh dinamika ekonomi internasional dalam pertumbuhan ekonomi nasional. Blok-blok kerjasama ekonomi telah terbentuk saat ini, ada Masyarakat Ekonomi Asean (MEA), Trans-Pacific Partnership (TPP) yang digalang oleh Amerika dan negara-negara Pasifik, Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) yang digalang oleh Cina, dan juga integrasi ekonomi Negara-negara Eropa.
 
Presiden mengatakan, jumlah penduduk dunia pada tahun 2043 akan mencapai 12,3 miliar. Pada saat itu, dunia akan memperebutkan dua hal yakni energi dan pangan. "Keuntungan kompetitif kita dibandingkan dengan negara-negara lain, kita mempunyai itu, energi fosil dan energi baru terbarukan, pangan kita punya. Namun belum dikelola dengan baik," ujar Presiden
 
Untuk itu bangsa Indonesia harus menyiapkan strategi ekonomi global jangka panjang dari sekarang, karena Indonesia sudah memiliki sumber energi dan pangan tersebut.
 
Di sektor pangan, Indonesia memiliki lahan siap tanam di Merauke, Papua, yang bisa menutupi kekurangan stok beras yang acapkali terjadi. "Kalau 4,2 juta hektar lahan di Merauke ditanam padi sudah melebihi produksi nasional kita pada satu kali panen," ucap Presiden.
 
Di sektor energi, Indonesia juga memiliki hampir semua sumber daya alam dan energi baru terbarukan yang bisa dimanfaatkan di masa mendatang, hanya saja belum dikelola dengan baik. "Karena strategi manajemen ekonomi tidak dirancang dengan baik. Kita punya angin, sawit, ini masalah manajemen pengelolaan," kata Presiden.
 
Hilirisasi Riset Perguruan Tinggi
 
Lebih lanjut Presiden berharap bahwa perguruan tinggi ke depan memiliki tantangan. Budaya etos kerja, berpikir positif, dan optimisme harus dibangun. "Yang diperlukan adalah bagaimana kita benahi hal yang kurang dan dalam waktu secepat-cepatnya," ujar Presiden.
 
Secara khusus Presiden mendorong UNS agar terus mengembangkan riset yang kompetitif untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan pasar serta riset yang tematis agar bisa digunakan oleh industri sehingga dapat bermanfaat bagi pembangunan. "Perguruan Tinggi harus menyesuaikan kebutuhan itu," ucap Presiden.
 
"Untuk itu saya mendorong UNS untuk mengembangkan riset  serta hilirisasi yang kompetitif untuk menjawab kebutuhan masyarakat dan  pasar.
Saya minta riset-riset yang memperkuat inovasi dan daya saing bangsa terus dilakukan. Saya mengapresiasi perguruan tinggi yang sudah melakukan hilirisasi  riset dalam agro industri, kesehatan dan farmasi, manufaktur dan rekayasan teknologi informasi, energi baru dan terbarukan serta di bidang seni, tradisi, dan budaya", kata Presiden.
 
Presiden menutup sambutan dengan meminta perguruan tinggi untuk memperkuat manajemen yang responsif dan  mampu untuk menciptakan peluang pendanaan kreatif. Aktif bermitra dengan pemerintah, bisnis, industri dan masyarakat. "Jangan lupa juga berkontribusi untuk membangun daerah-daerah tertinggal, terpencil, terdepan dan kawasan perbatasan", ujar Presiden.
 
11 Maret 2016
Tim Komunikasi Presiden,
 
Sukardi Rinakit