- Oleh Wandi
- Jumat, 22 November 2024 | 07:30 WIB
: Wakil Sekretaris Jenderal National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, Rima Ferdianto pada acara Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertema ‘Pekan Paralimpiade Nasional 2024 untuk Indonesia Ramah Difabel’ yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kemenkominfo pada Rabu (9/10/2024)/ foto: YouTube FMB9 IKP Kominfo
Oleh Mukhammad Maulana Fajri, Rabu, 9 Oktober 2024 | 20:56 WIB - Redaktur: Untung S - 143
Jakarta, InfoPublik- Pekan Paralimpiade Nasional (PEPARNAS) XVII yang diselenggarakan di Kota Solo tidak hanya menjadi ajang kompetisi olahraga bagi atlet disabilitas, tetapi juga momentum penting dalam menyeleksi atlet muda potensial untuk mewakili Indonesia di kancah internasional.
Wakil Sekretaris Jenderal National Paralympic Committee (NPC) Indonesia, Rima Ferdianto menekankan bahwa Peparnas 2024 menjadi titik awal identifikasi dan pembinaan atlet-atlet disabilitas unggul yang dapat melangkah lebih jauh di event internasional, seperti Paralimpiade 2028 dan 2032. Upaya identifikasi bakat sendiri telah dimulai dari tingkat daerah melalui 35 NPC provinsi di Indonesia.
"NPC di setiap kota dan kabupaten berperan penting dalam menjaring dan mengidentifikasi bakat para atlet disabilitas. Mereka melakukan pendekatan langsung ke komunitas, keluarga, dan juga melalui kejuaraan-kejuaraan lokal," ujar Rima dalam Forum Merdeka Barat 9 (FMB9) bertema ‘Pekan Paralimpiade Nasional 2024 untuk Indonesia Ramah Difabel’ yang diselenggarakan oleh Direktorat Jenderal Informasi dan Komunikasi Publik, Kemenkominfo pada Rabu (9/10/2024).
Setelah proses identifikasi, sambung Rima, atlet-atlet tersebut akan dipersiapkan lebih lanjut melalui pemusatan latihan nasional (Pelatnas) yang fasilitasnya semakin meningkat berkat dukungan pemerintah. Menurutnya, fasilitasi dari pemerintah di tingkat pusat sudah sangat baik, namun peran pemerintah daerah diharapkan dapat lebih optimal lagi agar pembinaan lebih merata.
Meski begitu, Rima mengakui, masih ada beberapa daerah yang belum memberikan perhatian maksimal terhadap pencarian bibit-bibit unggul atlet disabilitas, baik dalam bentuk pelatihan maupun dukungan fasilitas.
"Ada daerah yang mengirimkan atletnya dengan latihan minim, mungkin hanya sekitar satu minggu sebelumnya. Bahkan ada juga yang mengirimkan tanpa ada latihan sama sekali," ujarnya.
Lebih jauh, Rima bercerita, sejak Indonesia menjadi tuan rumah ASEAN Para Games 2011, perhatian pemerintah dan masyarakat terhadap olahraga disabilitas semakin meningkat. Bahkan, profesi atlet disabilitas kini mulai dipandang sebagai profesi yang menjanjikan, terutama setelah pemerintah memberikan penghargaan yang tinggi kepada mereka.
"Contohnya, Leani Ratri Oktila, atlet bulu tangkis yang menerima penghargaan tertinggi dalam sejarah olahraga Indonesia," imbuh Rima.
NPC Indonesia sendiri, lanjut Rima, tengah berusaha membangun ekosistem yang mendukung para atlet disabilitas, mulai dari identifikasi bakat, pembinaan, hingga pengembangan fasilitas.
Tidak hanya menjadi ajang seleksi, PEPARNAS 2024 juga diharapkan menjadi tempat bagi banyak atlet untuk memecahkan rekor-rekor nasional yang telah lama bertahan. Alhasil, Closing Ceremony PEPARNAS 2024 dapat menjadi "pesta kemenangan" bagi seluruh atlet, baik yang berhasil meraih medali maupun yang belum.
“Ajang ini bukan hanya tentang menang atau kalah, tetapi juga merayakan semangat juang dan prestasi yang diraih para atlet disabilitas. Kami berharap nanti ada banyak pemecahan rekor nasional, serta menemukan atlet-atlet muda yang berpotensi,” pungkas Rima.
Dengan semangat yang tinggi, Peparnas 2024 diharapkan tidak hanya menghasilkan prestasi di dalam negeri, tetapi juga mempersiapkan atlet potensial yang mampu bersaing di pentas dunia, membawa nama Indonesia semakin harum di kancah internasional.