- Oleh MC PROV ACEH
- Jumat, 15 November 2024 | 08:37 WIB
: Anggota Dewan Pakar Pusat Riset Komunikasi Pemasaran, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Universitas Syiah Kuala (USK) sekaligus pengamat ekonomi Aceh, Prof. Muklis Yunus, saat memaparkan peluang dan tantangan investasi di Aceh. (Foto: MC Aceh)
Oleh MC PROV ACEH, Selasa, 17 Desember 2024 | 10:56 WIB - Redaktur: Bonny Dwifriansyah - 88
Banda Aceh, InfoPublik - Sebagai provinsi paling barat Indonesia, Aceh memiliki potensi besar untuk menjadi pusat investasi di masa depan. Untuk itu, Prof. Muklis Yunus, anggota Dewan Pakar Pusat Riset Komunikasi Pemasaran, Pariwisata, dan Ekonomi Kreatif Universitas Syiah Kuala (USK) sekaligus pengamat ekonomi Aceh, pada Selasa (17/12/2024), kepada Media Center Aceh menyampaikan bahwa Aceh memiliki potensi besar berdasarkan kekayaan sumber daya alam, sumber daya manusia, serta lokasinya yang strategis sebagai pintu gerbang ke Asia Tenggara.
Saat ini, sektor unggulan ekonomi Aceh meliputi pertanian, perikanan, energi seperti panas bumi dan migas, serta pariwisata halal. Namun, tantangan utama yang dihadapi adalah infrastruktur yang belum merata, keterbatasan investasi asing, serta regulasi yang dinilai kurang fleksibel.
Menurut analisis SWOT yang disampaikan Prof. Muklis, posisi strategis Aceh memberikan peluang besar untuk meningkatkan ekonomi melalui penerapan tren ekonomi hijau dan halal global. Ekonomi hijau, yang menekankan keberlanjutan lingkungan, efisiensi sumber daya, dan pengurangan dampak negatif terhadap alam, sangat relevan dengan potensi Aceh.
Peluang investasi unggulan di Aceh meliputi, pariwisata halal, pengembangan destinasi berbasis lingkungan dan syariah. Energi baru terbarukan: Investasi pada energi panas bumi dan energi surya. Agroindustri, hilirisasi produk pertanian dan perikanan untuk meningkatkan nilai tambah. Ekonomi digital yaitu pemanfaatan teknologi dan e-commerce untuk mendukung UMKM.
Lebih lanjut disampaikan bahwa Aceh juga menghadapi sejumlah tantangan besar dalam menarik investasi, antara lain kompleksitas regulasi dan proses perizinan, kurangnya promosi investasi yang strategis dan berkelanjutan, ketersediaan sumber daya manusia (SDM) yang kompetitif, serta stabilitas ekonomi dan politik yang perlu terus dijaga.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, Prof. Muklis menyarankan beberapa langkah strategis, seperti Implementasi Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) untuk menciptakan iklim investasi yang lebih kondusif; reformasi regulasi untuk mempermudah proses perizinan dan investasi; pengembangan infrastruktur, terutama di bidang transportasi, komunikasi, dan energi; serta program pelatihan SDM berbasis kebutuhan industri untuk meningkatkan daya saing tenaga kerja lokal.
Dalam penutupnya, Prof. Muklis menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk mewujudkan Aceh sebagai pusat ekonomi halal dan energi hijau di Asia Tenggara.
"Dengan strategi yang tepat dan komitmen bersama, Aceh memiliki peluang besar untuk menjadi wilayah dengan perekonomian yang maju dan berdaya saing di masa depan," ujarnya. (MC Aceh/01)